01. Sepasang Pengacau

6.3K 654 27
                                    

Toko buku itu tidak seperti toko buku pada umumnya.

Barangkali, Yongsun adalah satu-satunya toko buku yang pintunya, meja kasirnya, rak bukunya, sampai hiasan-hiasan lain一yang dimaksudkan agar tempat itu terkesan lebih ceria一yang terbuat dari besi atau baja. Selain itu, kalau bertanya pada penduduk sekitar, mereka pasti akan berkata bahwa toko itu selalu ramai lebih dari yang seharusnya dialami oleh sebuah toko buku, tapi tak seorang pun heran atau kalau ada, mereka tidak mengutarakannya keras-keras.

Penyebabnya mungkin karena setiap buku yang dijual di sana selalu dibungkus rapi一entah itu yang bekas atau baru, dan dari segi harga, pemiliknya memasang harga yang tidak mahal menjurus murah.

Tapi kalau mau jujur, pemiliknya-lah yang jadi faktor utama sekaligus magnet yang menarik pembeli tanpa perlu melakukan promosi.

Di usia 23 tahun, Jung Jaehyun adalah pemuda yang bisa dideskripsikan dengan kata "terlalu tampan" yang hanya perlu tersenyum, pamer dimple, untuk membuat orang-orang kembali ke tokonya bahkan sebelum menyelesaikan bacaan mereka.

Pintu terbuka sedikit, dan Jaehyun menoleh.

Seorang gadis berjuang susah payah membuka pintu lebih lebar, mendorong dengan bahunya, tapi tak mampu menghasilkan celah sebanyak yang ia inginkan sampai Jaehyun berdiri dan membantunya.

Gadis itu mencebik. "Astaga, apakah aku sudah bilang kalau pintu kaca itu jauh lebih praktis dan modern dan indah dari segi ke-aesthetic-an?"

Jaehyun berpura-pura memikirkannya sebentar. "Kurasa kau sudah mengatakannya 34 kali."

Tapi Jaehyun tidak memikirkannya secara serius untuk alasan yang lebih penting; keamanan. Manusia mungkin tidak tahu, tapi di luar sana, ada makhluk-makhluk yang bisa menyakiti mereka tanpa harus menampakkan rupa. Dan bila salah satu cara menghalau makhluk itu adalah dengan membuat tokonya dikelilingi patung besi, dia tidak keberatan.

Jaehyun berjongkok, menyapa adik dari pelanggannya dengan mengelus rambut anak perempuan itu. "Byul-ie, beri aku tos!"

Byul dengan senang hati menepukkan tangannya ke tangan Jaehyun sementara kakaknya mencari buku apapun yang dia perlukan.

Buku yang dikepit anak itu di lengannya menarik perhatian Jaehyun. "Apa itu? Peri?" Jaehyun tertawa. "Kau benar-benar suka peri, ya?"

Anggukan penuh semangat menanggapi pertanyaannya. "Tinker Bell! Aku suka Tinker Bell!"

Kepala Jaehyun miring ke satu sisi saat ia membimbing anak itu untuk duduk di salah satu dari beberapa kursi yang一coba tebak一terbuat dari besi juga! Tidak mempedulikan ucapan Doyoung bahwa kursi besi itu tolol, ia tidak menggantinya. Lagipula, bila sekali-kali bisa mengerjai temannya itu, Jaehyun malah lebih senang. "Peri itu tidak seperti Tinker Bell, Byul. Mereka jahat." Dalam hati ia menambahkan, licik, tidak bermoral, manipulatif, kejam. "Peri tidak sebaik yang tertulis di buku cerita."

Mata kecoklatan Byul membelalak penasaran. "Sungguh?"

"Benar." Jaehyun mengangguk antusias, berlagak seperti pendongeng. "Mereka bisa mengenakan glamour一"

"Apa itu glamour?"

"Glamour adalah sihir yang bisa membuat mereka jadi tidak kelihatan atau terlihat seperti manusia." Nada yang digunakan Jaehyun begitu dramatis sampai penonton kecilnya bergumam "WAAAH" panjang. "Mereka kadang menjegal manusia, menarik rambut mereka, memukul, memindahkan barang-barang, hal-hal semacam itu. Mereka nakal dan kau tidak boleh seperti mereka, ya?"

Morality : A Prince's Tale ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang