Di suatu sore lain ketika Jaehyun jadi kelinci percobaan Doyoung, dia pernah bertanya, bagaimana kau melakukannya? Apa ada gerakan tertentu? Apa ada mantra?
Yang ia maksud adalah, bakat penyembuhannya.
Percuma saja. Doyoung yang jarang serius tidak menjawab pertanyaannya dengan benar. Dia justru berkata sombong bahwa kehadirannya saja sudah merupakan obat dan kalau dijelaskan pun, Jaehyun tidak akan paham.
Jadi Jaehyun mencari tahu sendiri.
Melalui pengamatannya, Jaehyun sadar Doyoung tidak mengucapkan mantra apapun. Tidak ada gerakan rahasia atau ritual tertentu. Esensi terpenting dalam tindakannya hanya dirinya sendiri, tangannya. Doyoung akan menyentuh pasiennya, terdiam penuh konsentrasi, dan boom! tiba-tiba luka itu sembuh atau setidaknya membaik. Kadang-kadang kalau sedang iseng, Jaehyun memanggilnya plester luka dalam bentuk fairy dan Doyoung akan mencari sesuatu untuk dilempar padanya.
Kali ini, Doyoung tidak melakukan itu.
Dia justru berputar mengelilingi sang raja, tidak menyentuhnya sama sekali. Dia meneliti tubuh itu penuh pertimbangan, dengan jujur mengakui, "Kukira kau hanya melebih-lebihkan keadaannya."
Jaehyun juga berpikir sama.
Sikap tegas Johnny menguap. Wajahnya berubah lesu dan keputusasaan mengiringi setiap kata dalam suaranya. "Kenapa kau tidak melakukan sesuatu?"
Jauh dari ratu dan segala intimidasinya, kembali memegang kendali, Doyoung tersenyum. "Apa yang dia makan atau minum?"
Yang memberinya jawaban adalah Rose. "Anggur. Aku tidak tahu anggur apa itu karena Rim yang membawanya. Rim berpura-pura mengajaknya minum, setelah itu dia tidak bisa minum apapun lagi."
Tangan Doyoung terulur. "Sampelnya?"
2 orang penting dari kerajaan Unseelie hanya menatap tangan itu dengan tatapan kosong hingga kerutan tercipta di dahi Doyoung. "Ayolah, kawan. Mana sampelnya? Aku tidak bisa mulai bekerja tanpa itu."
"Kau tidak bilang kau butuh sampel," ucap Johnny dengan bahu merosot. "Tidak bisakah kau langsung menyembuhkannya saja?"
"Ini racun." Doyoung menekankan kata terakhir seakan itu adalah informasi yang sudah seharusnya diketahui semua orang. "Aku tidak bisa membuat penawar tanpa tahu apa yang akan aku lawan. Kalau sekedar luka, tentu saja aku bisa. Racun berbeda, itulah masalahnya." Matanya mengerjap. "Tolong jangan katakan padaku kalian tidak punya sampelnya."
Sisi diri Johnny yang tertekan kini terlihat semua orang saat Doyoung membeberkan betapa kacaunya situasi mereka yang tidak hanya punya raja yang sekarat, tapi juga punya raja sekarat dan kemungkinan tidak bisa membuat penawar untuknya. "Kami memang tidak punya. Tidak terpikir untuk mengambilnya. Periksa saja dia dulu. Kau pasti bisa melakukan sesuatu."
Pujian terselubung itu tidak membuat Doyoung terkesan sedikitpun. "Sayangnya tidak ada. Lihat dia, rajamu ini sudah tamat. Tanpa sampel, aku tidak berguna. Ini hanya masalah waktu dan kalian tahu itu."
Rose tidak berhasil menutupi perasaan muak dan takutnya. "Apa, jadi begitu saja?" Pipi gadis itu bersemu merah. "Kami tidak jauh-jauh mencarimu untuk mendengar kata-kata itu. Johnny bilang kau dulunya Penyembuh Terhebat Kerajaan, tapi kau tidak bisa melakukan apa-apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Morality : A Prince's Tale ✔️
Fanfiction[Fantasy, royals, minor romance] Demi mencegah perebutan kekuasaan, sebuah kerajaan yang tersembunyi dari manusia menetapkan sebuah tradisi; bila ada pewaris takhta yang terlahir kembar, salah satunya harus dihabisi. Bertahun-tahun kemudian, terjadi...