09. Tebak-tebakan

2.1K 379 8
                                    

Jung Jaehyun kadang bingung mendefinisikan dirinya sebagai apa.

Siapa aku sebenarnya?

Salah satu pertanyaan paling penting di alam semesta yang mungkin hanya bisa dijawab para filsuf itu belum ditemukan jawabannya oleh Jaehyun dan dengan malas, ia asal menyimpulkan bahwa dirinya adalah terang dan gelap yang menjadi satu.

Secara fisik, Jaehyun berambut gelap, mata hitam, tapi seolah seperti penyimpangan, kulitnya sangat putih sampai-sampai ada yang memanggilnya Casper sewaktu ia masih kecil. Beberapa orang menyebutnya malaikat saat tersenyum, yang lain dengan bergurau menjulukinya iblis karena ia dekat dan membuat begitu banyak gadis jatuh cinta.

Jaehyun tak pernah tahu mana sisi yang lebih dominan dalam dirinya.

Namun anehnya, dia tahu dengan tepat harus menggolongkan raja di depannya sebagai apa.

Cahaya. Hanya itu. Terlepas dari rambutnya yang pirang, dia memang seperti cahaya padat dalam bentuk manusia一oh maaf一fairy yang bersinar. Seperti Miyeon, meski aura mengintimidasinya tidak terlalu kuat karena mungkin, yah bisa saja, disebabkan  keadaannya yang teler lebih berat dari Jaehyun. Tapi Jaehyun tidak ragu, kalau raja itu bangun, dia akan jadi makhluk yang sama meresahkannya karena terlalu tidak ... manusia.

Kalau.

Masalahnya adalah, apa dia akan bangun?

"Kau bisa mendengarku?" Jaehyun merasa  tolol karena bicara pada orang yang jelas-jelas tidak bisa mendengarnya, tapi setelah Rose dan Johnny keluar usai mendapat persetujuan Doyoung dan siap "pulang" (atau menurut Doyoung, setor nyawa pada Lee Rim), dia ditinggalkan sendiri di sini dan tidak punya pekerjaan lain.

Demi mengisi waktu luang, dia memilih bercengkrama secara sepihak dengan sang raja. "Tidak, ya? Tsk, dasar makhluk kecil bodoh menyusahkan."

Dia tersenyum pongah karena menang dalam hal tinggi badan. Iseng, ditendangnya tempat tidur, berharap raja itu akan mengutuknya atau apalah karena marah-marah jelas lebih baik dibanding berada di keadaan antara hidup dan mati.

Sang raja tidak bergerak.

"Bagaimana bisa ada raja yang ceroboh sepertimu? Apa karena Paman kau jadi mempercayainya dengan mudah? Kau..." Jaehyun memejamkan mata. "Kenapa kau tidak bisa menjaga dirimu sendiri?"

Pintu menyela kegiatannya yang sudah akan melanjutkan omelannya ke tingkat yang lebih kreatif, dan kepala berambut perak Rose muncul dari ambang pintu. "Apa kau baru saja mengoceh seorang diri atau aku  salah dengar?"

Senyum percaya diri mengembang di wajah Jaehyun. "Itulah aku; melakukan pembicaraan internal karena mencintai diri sendiri."

Rose mengernyit. "Kalau sudah selesai, cepat keluarlah. Kita akan berangkat."

Senyum Jaehyun berganti menjadi erangan kesal. "Tidak ada istirahat sama sekali?"

"Bilang saja itu pada Johnny."

Dengungan mirip bunyi nyamuk terlontar dari bibir Jaehyun sebagai bentuk protes. Bicara pada Johnny mengenai itu sama saja dengan meminta hinaan lemah, lembek, dan semacamnya. Belum genap beberapa jam, Johnny telah melupakan jasanya yang membujuk Doyoung dengan sepenuh jiwa. Selain anggukan singkat dan janji serius akan memberinya emas sebanyak yang ia mau (Jaehyun girang sekali mendengarnya) Johnny masih bersikap sama menyeramkan seperti saat mereka pertama bertemu.

Di luar, Jaehyun disambut matahari siang di langit yang warnanya biru-hijau yang menyimpang. Dia lega karena sudah pamit pada Miyeon dan lebih lega lagi karena sehabis menuruti saran Doyoung, dia bisa mengendalikan dirinya.

Morality : A Prince's Tale ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang