18. Hubungan Darah

862 195 16
                                    

Nama si alis tebal itu Xiao Jun.

Dia mengaku sudah 2 hari tinggal di selnya dan sangat merindukan air. Tidak seperti Hendery dan yang lain, dia tidak sempat melarikan diri dan berakhir di sini. Lee Rim menawarinya kebebasan asal Xiao Jun bersedia bersumpah setia padanya, tapi dia tidak mau.

"Untuk apa jadi bagian dari kerajaan yang dipimpin oleh raja yang memaksakan kehendaknya seperti itu?"

Jadi Xiao Jun ditinggalkan di sel besi, diberi hukuman mati yang sangat lambat dan menyiksa. Mungkin dengan harapan di tengah tekanan rasa lelah dan haus, Xiao Jun akan berubah pikiran, tapi tidak, dia masih berpegang teguh pada keputusannya.

"Kenapa?" Tanya Jaehyun. "Apa raja yang sebelumnya lebih baik dari Rim?"

Yang dijawab pria itu, "Dia membawa banyak perubahan. Sebagian memang mengejutkan, tapi apakah dia raja yang baik? Menurutku ya. Aku setia padanya."

Jaehyun baru saja akan berkata dia tolol, sebelum sadar dirinya tidak ada bedanya. Bukankah kengototannya untuk diam di depan Arel dan tidak membeberkan rahasia apapun juga sama saja dengan Xiao Jun yang berpendapat lebih baik mati daripada mengabdi pada raja yang salah? Jadi dia beralih bertanya tentang jalan keluar.

Topik ini membuat Xiao Jun seolah dialiri energi baru. Dia mengangguk antusias sebab walaupun ini pertama kalinya dia menjadi penghuni penjara, dia tahu pintu mana yang akan menuntun mereka pada kebebasan dan di mana letak pintu tersebut.

"Lorong yang itu." Xiao Jun menunjuk lorong di sebelah kanannya yang sekilas lihat, hanya berisi sel-sel lain yang sama mengerikannya. "Penjara ini luas, tapi di sana ada tangga dan pintu yang mengarah ke halaman belakang istana. Kau juga masuk lewat sana beberapa jam yang lalu, tapi kau pingsan."

Jaehyun terlalu serius untuk merasa malu mengenai kebiasaan pingsannya. "Pintunya dikunci?"

Xiao Jun memikirkan pertanyaan ini sejenak. "Mungkin saja. Sebenarnya sudah lama penjara tidak digunakan, karena raja tidak sering menghukum seseorang, tapi pria tadi? Dia bukan pengurus aslinya. Ada kemungkinan dia ... lupa."

"Mereka tidak akan mengira ada yang melarikan diri." Jaehyun terkekeh. "Untuk apa? Keluar dari sel ini saja sudah sulit. Kita akan memberi mereka kejutan."

"Pintu itu terbuat dari besi."

"Tidak masalah." Jaehyun meletakkan tangannya di bagian bawah deretan bilah besi yang memisahkannya dari Xiao Jun. Dia menarik napas panjang, berdoa semoga dia benar-benar bisa dan tidak mempermalukan dirinya sendiri 2 kali, lalu mendorong salah satu besi itu ke samping.

Celah yang cukup lebar untuk dilewati tangannya tapi tidak akan terlalu menarik perhatian berkat penerangan yang remang-remang, tercipta dari tangan itu dengan ... bisa dibilang mudah.

Jaehyun terkejut mendapati seberapa kuat dirinya sebenarnya karena dia selalu berpura-pura menjadi manusia normal dan tidak pernah harus membengkokkan besi apapun.

Mata Xiao Jun terbelalak lebar. "Bagaimana kau melakukannya?"

Dengan lihai, Jaehyun mengalihkan topik pembicaraan. "Dikunci atau tidak, kita harus mencobanya. Aku tidak punya pengalaman mendobrak pintu sebelum ini, tapi aku tidak keberatan coba-coba sedikit. Lebih baik mati dengan harga diri daripada disiksa mereka."

Keraguan Xiao Jun masih belum sepenuhnya sirna. "Apa rencanamu untuk orang-orang yang kita temui dan pasti akan menghadang kita?"

"Hajar saja." Jaehyun nyengir. "Tendang mereka seperti Bruce Lee, kau tahu kan?" Tapi Xiao Jun hanya berkedip bingung dan membuat Jaehyun menghela napas. "Kau tidak tahu lagu manusia, ya?"

Morality : A Prince's Tale ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang