Kedua tamu tak diundang itu mendahului Jaehyun masuk ke bagian dalam rumah Doyoung.
Si rambut perak tidak menggubrisnya. Dia hanya berlalu, melewati Jaehyun menyusul laki-laki yang dipanggil Johnny dan nyaris tidak akan terlihat dari depan karena tubuh Johnny yang tinggi dan kekar menutupinya dengan sempurna. Agak terlambat, Jaehyun menyadari Johnny membawa semacam tas seperti yang digunakan untuk menampung anak panah, tapi bagian atasnya tertutup dan benda itu terbuat dari kulit.
Laki-laki itu berkata, "Lama tidak bertemu, Doyoung."
Doyoung memberi isyarat pada Jaehyun untuk menutup pintu, mundur ke kamarnya yang menampung bahan penelitiannya. Ada banyak barang-barang yang terlalu pribadi dan penting baginya, namun dia tidak ragu-ragu sedikitpun. "Tidak selama yang aku mau."
Dengan pelan, menjaga jarak dari mereka dan menimbang-nimbang apakah sebaiknya dia menyelinap pergi sebab tidak ada yang menyadari kehadirannya, Jaehyun melirik pintu.
Tetapi rasa penasarannya membuatnya membatalkan niat.
Fairy kerajaan ada di sini, padahal menurut Doyoung, mereka jarang ikut campur dalam urusan manusia atau jauh-jauh dari istana, jadi apapun yang membawa mereka kemari, pastilah amat penting一Jaehyun ingin tahu apa itu.
Tiba di kamar, si rambut perak menghampiri meja Doyoung. Asap tipis yang melayang-layang dari keping kaca menarik perhatiannya dan ia mengangkat benda itu, mendekatkan ke matanya yang berwarna biru一dan ia samarkan dengan glamour. "Fairy. Milik siapa?"
Suaranya begitu merdu. Suaranya seperti rangkaian simfoni yang terbuat dari debur ombak, arus laut yang lembut, dan desau angin yang menentramkan.
Jaehyun mendapati dirinya menatap gadis itu tanpa berkedip saat Doyoung mengerjap padanya. "Darimana kau tahu?"
Bahu si rambut perak mengedik acuh. "Aku pernah bekerja dengan manusia dan darah manusia tidak seperti ini. Lihat," ibarat terhipnotis, 3 laki-laki yang bersamanya kompak memperhatikan keping kaca di bagian yang ia tunjuk. "Darah ini terlalu terang一tapi aku bukan bicara soal warnanya. Begitulah cara membedakannya."
"Mengesankan." Pujian singkat itu terkesan istimewa bila keluar dari mulut Doyoung. "Biasanya hanya Penyembuh yang mengetahuinya. Ataukah kau...?"
Rambut perak gadis itu berayun ringan di punggungnya ketika ia menggeleng. "Bukan. Kalau memang begitu, kami tidak perlu mencarimu."
"Betapa sialnya aku." Doyoung kembali menghempaskan tubuh di kursinya dan sesuai kebiasaan, memutar-mutar kursi itu hingga menimbulkan bunyi deritan. "Nah, katakan apa yang membuatku mendapat kehormatan dikunjungi oleh kacung raja sepertimu?"
Kata terakhirnya di arahkan pada Johnny layaknya peluru yang tepat sasaran, tapi Johnny hanya memeriksa keping kaca itu tanpa menampakkan tanda-tanda tersinggung. "Aku butuh bantuanmu."
Gelak tawa Doyoung seketika memenuhi ruangan. "Bisa kau bayangkan ini, Jaehyun? Kerajaan butuh bantuanku. Bukankah itu..."
"Menarik?" Jaehyun memberi usul dan diberi anggukan setuju oleh Doyoung.
"Benar. Sebenarnya ini sangat menarik." Dia mengelus dagunya dan merebut barangnya dari Johnny. "Siapa yang sakit?"
Barulah saat itu Johnny dan temannya serius. Mereka bertukar pandang. Punggung mereka terlihat tegang. Ada yang terpojok tapi seperti hewan yang menolak menyerah, mereka menyembunyikan hal itu. Johnny bergeser ke dinding, meletakkan tas aneh yang dia bawa yang sejak tadi menggugah rasa penasaran Jaehyun. Dia bersandar di sana, terlihat mengintimidasi dan indah di saat yang sama. "Aku akan memberitahu kalau kau mau bersumpah tidak akan membocorkan informasi ini pada siapapun一entah itu manusia atau bukan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Morality : A Prince's Tale ✔️
Fanfiction[Fantasy, royals, minor romance] Demi mencegah perebutan kekuasaan, sebuah kerajaan yang tersembunyi dari manusia menetapkan sebuah tradisi; bila ada pewaris takhta yang terlahir kembar, salah satunya harus dihabisi. Bertahun-tahun kemudian, terjadi...