01:45

10 1 0
                                    

Malam ini,
di atas motor nya,
perlahan runtuh...

Luapan emosi amarah nya,
--dan aku yang terdiam.

Hari dimana aku bisa lebih dalam mengenalnya,
yang masih dan tak akan jadi milikku.

Ia marah pada keadaan,
Ia marah pada situasi,
Ia marah pada ketidakadilan.

"Kenapa yang kerja lebih enak dapet lebih enak?"

Mulut ku bungkam;
benar-benar diam.

5 menit,
10 menit,
30 menit,
1 jam,

berjalan tanpa arah,
mengitari sekitar rumah.

"Pulang, ya?"
"Enggak. Jalan lagi."

1 putaran,
2 putaran,
3 putaran,

Aku masih ingin menemani dan mendengarnya.

--ia dan luka yang selama ini ia pendam sendiri.

//
"Bukan salah lu,"

Tapi tahukah kamu aku sedih?

Sedih mendengarmu begitu.
Sedih membayangkanmu hidup dengan perasaan seperti itu.
Takut bahwa aku berperan dalam sakit mu.

Air mata mulai timbul,
Aku bersender pada punggung nya.

"Pulang, ya?"
Gelengan kepala dan putaran lainnya.

Aku mau kamu lega;
lega bercerita,
lega ungkapkan luka,
lega luapkan marah.

Gapapa, aku mau dengar mu.

"1 putaran abis itu pulang, ya?"
Tangan mu genggam tangan ku sejenak;
Aku mengangguk.

/
Tuhan, Kau tau aku jarang memohon
--tapi kali ini aku benar-benar akan meminta.

Tolong,
tolong angkat beban nya...

Aku ingin bisa membantunya;
tapi bagaimana?

Bantu aku...

Aku tak ingin dia menyerah...
Aku tak ingin dia putus asa...
Tolong buka mata ku,
Tolong bantu mulut ku,
Tolong aku 'tuk tolong dia.

Aku mohon,
Ya?

Semesta,
Aku mohon,
Ya?

-A

-A

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sleepless NightsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang