H-30 pernikahan Chanyeol dan Joy pun segera tiba. Semua persiapan pernikahan sudah ia serahkan pada wedding organizer terpercayanya itu.
"Ingatlah Chan, bagaimanapun beliau tetap Ayahmu. Kau bisa berdiri disini juga karenanya. Jangan sampai kau menyesal seumur hidup karena menuruti egomu itu. Temuilah beliau sebelum kalian menikah."
Nasihat Suho benar-benar mengganggu pikiran Chanyeol, ia selalu mengurungkan niat itu berulang kali namun akhirnya dia mengalah pada egonya. Walapun menurutnya hal ini sangat-sangat tidak penting. Chanyeol memutuskan untuk tinggal di kediaman ayahnya yang terletak di kawasan perumahan elit di Korea Selatan guna memperbaiki hubungan keduanya selama 2 hari, itupun kalau bisa bertahan selama itu. Tentu ia mengajak Joy untuk ikut dengannya.
Chanyeol yang tidak pernah menganggap keberadaan ayahnya sejak kematian ibunya menghela nafasnya berat saat sudah sampai didepan gerbang rumah mewah itu. Bagaimanapun beliau tetap ayahnya, dia tidak ingin dosanya bertambah. Walaupun ia menjadi seperti ini karena kelakuan ayahnya juga.
Gerbang mansion itu akhirnya terbuka, terpampanglah mansion super mewah tempat masa kecil Chanyeol dulu. Chanyeol hanya merasa sesak ketika melihat kembali rumah masa kecilnya membuatnya mengulang memori lama saat masih bersama ibunya. Masa-masa bahagia yang tidak bisa diulang kembali karena kebodohan ayahnya. Berbeda dengan Joy yang masih membulatkan matanya melihat secara detail bangunan mewah yang terpampang nyata. Joy merasa beruntung mendapatkan calon suami tampan dan kaya. Ya, walau mansion ini masih milik ayah mertuanya.
"Selamat Malam Tuan, Nyonya" sapa dua wanita paruh baya yang setia menjaga mansion dan keluarga Park sedari Chanyeol masih bayi.
"Malam Ahjumma. Orang tua itu ada?" Ujar Chanyeol mendapatkan cubitan di lengannya.
"Ada apa kesini?" terdengar suara berat tidak jauh dari keberadaannya.
Park Siwon ayah kandung Park Chanyeol.
"Ini rumahku" singkat Chanyeol langsung menarik kekasihnya ke kamar tamu yang tersedia melewati pria tua itu.
"Apakah baik menurunkan sifat tidak sopan santunmu kepada kekasihmu?" Ujar ayahnya melihat wanita yang digandeng anaknya menurut begitu saja tanpa menyapa.
"Apakah perlu?" Joy yang mendengar jawaban Chanyeol makin merasa bersalah
"Appa, mianhae. Bagaimana kabar Appa?" Joy merasa sedikit gemetar.
"Baik. Jangan panggil saya Appa." Ujar Siwon tak kalah pedas membuat sedikit goresan pada hati Joy.
"Masuklah ke kamar" ujar Chanyeol tanpa ingin memperpanjang percakapan sengit ini.
"Mianhae Abeoji" Joy membungkukkan sedikit badannya berlalu menuju kamar tamu yang telah ditunjukkan.
Chanyeol yang memastikan pintu kamar yang wanita itu sudah tertutup rapat akhirnya mengalihkan perhatiannya kepada pria tua yang sedang mengambil kacamata dan meneruskan pekerjaan yang sempat terhenti.
"Ada apa? Jika tidak ada yang perlu dibicarakan sebaiknya kau segera istirahat di kamarmu" Siwon yang mengetahui jika dirinya sedang diperhatikan berujar namun kedua matanya tetap fokus pada monitor laptop didepannya.
"Aku akan menikah, 1 bulan lagi, aku tidak mengharapkan restu anda. Tapi aku tetap berharap anda bisa hadir ke acara pernikahan kami." ujar Chanyeol sambil menatap selembar kertas terletak di samping laptop yang diyakini undangan pernikahan dimana Siwon menerimanya 2 hari yang lalu melalui kurir kantornya.
"Jadi ayah hadir sebagai tamu?" Siwon lalu mengalihkan pandangannya terhadap anak satu-satunya itu.
"Ya lebih baik seperti itu" Chanyeol hanya membuang muka ketika ayahnya menatap dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbreak That I Loved
Fanfiction"Apakah aku semunafik itu? Nyatanya aku tidak bisa melepaskanmu" Park Chanyeol. "Ya, dirimu sangatlah munafik dan egois. Sedangkan dirimu jugalah yang menjadi cermin untukku" Park Chaeyoung.