Terhitung ini sudah hari keempat setelah kejadian menggemparkan itu. Artikel-artikel dengan komentar menyakitkan pun tidak hentinya berdatangan. Namun tentu saja Joy tidak diperbolehkan untuk melihat semua itu.
Perutnya yang semakin membesar tidak membuat wanita berambut panjang ini berhenti meronta memohon untuk bisa keluar dari rumahnya. Orang tuanya sengaja mengurung Joy didalam rumah untuk menghindari anaknya berbuat macam-macam. Semua ini demi kebaikan janinnya yang terbilang masih lemah dan tentu saja menghindari ocehan yang menyakitkan. Walaupun kini Joy dan keluarganya berada sangat jauh dari media, dalam arti tempat ini adalah tempat yang benar-benar aman untuk anaknya saat ini.
Pria yang setiap hari mengawasi wanita ini pun hampir saja menyerah. Bahkan matahari pun belum menunjukkan sinarnya sama sekali, terbilang ini masih jam 7 pagi. Walaupun Sungjae sempat menuangkan amarahnya kepada Joy terakhir kali di hari pernikahannya dengan Chanyeol, namun rasa cintanya mengalahkan semua keegoisan itu.
Tentu saja Sungjae sudah rela membuang harga diri dan egonya terhadap orang tua Joy untuk bisa menemui wanita ini. Namun yang didapatkan pria ini hanya sakit yang begitu dalam saat melihat Joy yang hanya meminta menemui Chanyeol semenjak kedatangannya.
"Park Soo Young, dengarkan, aku tidak bisa. Aku kemari bukan untuk menuruti permintaanmu yang berulang-ulang itu." Sungjae akhirnya menyerah, ia melepaskan genggaman tangan Joy berniat meninggalkan wanita itu.
"Oppa, kumohon. Apa kau tega tidak menuruti keinginan bayi didalam perutku?" Sungjae menghentikan langkah kakinya lalu menoleh ke arah wanita itu dengan tatapan mematikan.
"Apa kau tidak punya hati Soo Young-ah?" Joy kini akhirya terdiam. Sungjae perlahan menghampiri keberadaan wanita itu lagi dengan tetap menatapnya tajam.
"Apa kau tidak bisa menghargai kehadiranku sedikit saja? Kau kira kesabaranku ini tidak akan habis hm? Jangan bawa-bawa bayi yang tidak bersalah itu untuk memenuhi alibimu bertemu Chanyeol. Aku ayahnya bukan Chanyeol! Apa kau masih belum sadar hah? Apa yang sedang kau pikirkan sekarang! Chanyeol atau anakku! Kau-..!" Sungjae meradang namun terhenti ketika air mata sudah menggenangi pipi wanita didepannya.
"Jangan kau bunuh anakku dengan tidak memasukkan makanan itu sedikitpun ke perutmu!" Sungjae mengarahkan arah matanya ke nampan berisi bubur dan susu ibu hamil yang sudah ia bawa ke kamar wanita itu sedari tadi semenjak kedatangannya
"Aku pulang!" ujar Sungjae lagi karena kali ini dia ingin memberi sedikit peringatan kepada Joy yang telah mengacuhkannya sedari tadi. Joy hanya menatap nanar kepergian pria itu.
"Apa aku sudah keterlaluan?"
.
.
.
."Kau bisa mengambil istirahat lebih lama Chan, biar masalah ini kita yang selesaikan." ujar Suho saat mendapati Chanyeol yang baru saja memasuki lift.
"Saham turun drastis, anak didik kita juga terkena imbasnya. Aku tidak bisa diam terlalu lama Hyung. Kita sudah deficit sangat besar saat ini, jangan sampai perusahaanku ini mengalami gulung tikar. Kasihan mereka yang sudah bertahan untuk dikenal banyak orang." Suho memahami apa yang dirasakan pria tinggi ini. Jika dirinya yang menduduki jabatan Chanyeol, tentu saja dirinya tidak bisa berlama-lama diam.
Ting
Pintu lift terbuka saat sudah sampai di lantai tujuh. Di lantai ini pula tempat ketiga temannya bekerja dengan jabatan masing-masing. Para pegawai wanita disini pun sangat bersyukur bisa mendapatkan bonus pemandangan indah ini. Namun berbanding terbalik dengan para anak didik Chanyeol, mereka justru selalu bergidik ngeri jika namanya sudah dipanggil untuk mengunjungi tempat ini. Baik itu berita baik maupun berita buruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbreak That I Loved
Fanfiction"Apakah aku semunafik itu? Nyatanya aku tidak bisa melepaskanmu" Park Chanyeol. "Ya, dirimu sangatlah munafik dan egois. Sedangkan dirimu jugalah yang menjadi cermin untukku" Park Chaeyoung.