20.32 KST, Apartement kawasan Mapo-gu, Korea
"Rosie"
"Ne, wae Jennie eonnie?"
"Aku ingin menanyakan sesuatu. Tapi sebaiknya kita bicarakan bersama"
"Apakah sepenting itu eonnie?"
Jennie mengangguk "JISOO EONNIE, LALISA, KEMARILAH, ADA HAL PENTING" suara Jennie menggema diseluruh ruangan.
Tanpa menunggu waktu lama kedua wanita yang dipanggil namanya itu pun menghampiri ruang tamu dan memposisikan duduk mereka.
"Wae? Sepertinya penting sekali"
"Yes, that's right. Masih ingat jika siang tadi aku mengajak kalian untuk makan bersama namun kalian bertiga sedang sibuk?" Ketiga wanita itu lantas mengangguk.
"Nah, siang tadi aku bertemu dengan Chanyeol" ketertarikan ketiganya untuk mendengarkanncerita Jennie makin bertambah terlebih pada Rose.
"Dan, dia bertemu ayahnya"
Jisoo mengerutkan dahinya. "Lalu masalahnya?"
"Mereka terlihat seperti bermusuhan, dan di akhir pembicaraan Chanyeol bilang.. hmm intinya, dia menegaskan kepada ayahnya jika dia tidak mau berurusan lagi sama kau, Rosie" Rose hanya terdiam, mungkin ini saatnya sahabatnya mengetahui rahasia yang selama ini ia pendam, kecuali pada Lisa.
"Apa ada yang kau belum ceritakan kepada kami, Chaeyoung-ah" Jisoo menyambung. Lisa pun hanya menatap sendu kepada Rose dan memberikan anggukan kecil kepadanya saat Rose menatap dirinya.
"Jennie eonnie, Jisoo eonnie, sebelumnya aku meminta maaf kepada kalian. Hanya Lisa yang tahu akan hal ini karena waktu itu dia sedang bersamaku dan kalian sudah pulang, dan aku memintanya untuk merahasiakan ini semua." Ujar Rose yang sudah bersiap diri jika kakak-kakaknya akan mengeluarkan taringnya.
"Aniya, its Ok. just tell us slowly" Jennie membelai punggung tangan Rose membuat energi Rose terisi kembali.
"Jadi begini..
Flashback on..
Terhitung ini hari keempat setelah ibunya memutuskan untuk meninggalkannya. Rose masih setia dengan pakaian serba hitam dan pita putih di bagian kanan dadanya. Rambutnya ia kuncir asal, ia kini masih memeluk erat foto ibunya yang bertuliskan nama Park Yoona dibagian bawah foto itu. Ia sudah tidak bisa menangis lagi, kepalanya pening karena kehabisan cairan tubuh. Matanya menatap ke langit melalui jendela kamarnya. Hanya ada 1 bintang paling bersinar malam ini, mungkin itu ibunya.
Lisa yang sedari tadi memperhatikan gadis itu, tidak bisa berbuat apa-apa. Karena kehadirannya pun mungkin tidak diketahui oleh Rose. Jennie & Jisoo ada keperluan mendesak jadi tinggalah Lisa sendiri yang menemani sahabatnya yang sedang berduka ini.
"Chaeyoung-ah icipilah makanan ini sedikit saja, kau selama 4 hari hanya makan sebanyak 2x. Kumohon" tetap tidak ada jawaban dari mulut Rose.
"Lisa-ya.." akhirnya Rose membuka suara yang telah ditunggu-tunggu oleh Lisa selama 4 hari ini.
"Ne? Apa kau mau satu suapan. Ok?" Lisa menyemangatinya, suaranya terdengar begitu senang. Namun Rose tetap menggeleng menolak.
"Chanyeol, naneun bogoshipo" Lisa tidak bisa membalas pernyataan Rose. Dirinya sangat ingat malam itu. Malam dimana Rose tetap meluangkan waktunya untuk melayat walaupun dirinya juga sedang berduka. Namun Chanyeol mendiamkan Rose tanpa alasan selama pertemuan itu. Bahkan saat Rose memberitahu jika ibunya juga meninggal, Chanyeol sama sekali tidak meresponnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbreak That I Loved
Fanfiction"Apakah aku semunafik itu? Nyatanya aku tidak bisa melepaskanmu" Park Chanyeol. "Ya, dirimu sangatlah munafik dan egois. Sedangkan dirimu jugalah yang menjadi cermin untukku" Park Chaeyoung.