Jaehyun merundung kesal saat mengetahui bahwa ponsel Rose kini tengah tidak aktif. Dia mencoba mengingat kembali apa yang sebenarnya terjadi malam itu. Memang bukan tanpa alasan Jaehyun menghindar dari Rose hari itu. Tapi, entah mengapa, kini dialah yang mulai khawatir. Dapat dilihat bahwa notifikasi ponselnya menunjukkan 12 panggilan tidak terjawab dari sang kekasih. Ditambah lagi saat ia melihat pesan di aplikasi Line miliknya, terlihat jelas bahwa seseorang tengah membantunya dengan mengirimkan alamat diskotik yang semalam Jaehyun kunjungi. Namun, mengapa setelah malam itu Rose bahkan tidak khawatir padanya lagi? Bukankah Rose yang menjemput dirinya?
Berbagai pertanyaan mulai menyerang pikiran Jaehyun. Dia sangat menyesal telah memesan minuman keras dengan kadar alkohol yang sangat tinggi. Untung saja pihak diskotik menjaga keamanan identitas para pengunjung. Jika tidak, mungkin berita buruk akan menghampirinya pagi ini.
"Rose-yaa.. aktifkanlah ponselmu." gumam Jaehyun saat lagi-lagi yang menjawab panggilannya adalah sang operator.
"Chagiya, kau dimana? Kenapa ponselmu tidak aktif? Maaf aku kemarin sedang banyak pikiran. Kumohon kau segera nyalakan ponselmu dan segera hubungi aku, jebal. Aku ada shooting sampai malam hari ini. Jangan lupa makan. Saranghae." Jaehyun mengirim pesan suara tersebut.
Jaehyun kembali menaruh ponselnya dan membiarkan penata rias meneruskan aktifitasnya. Kelebihan Jaehyun yang mempunyai naluri yang kuat. Ia merasa ada yang janggal, lebih tepatnya dia merasa ada yang memerhatikannya sedari tadi. Kedua matanya kini menyisir ke segala arah. Dan benar, ia menemukan satu pasang mata tertangkap basah tengah memperhatikannya lewat cermin besar dihadapannya. Yang memperhatikan pun langsung membuang muka.
Jaehyun merasa ada yang aneh dengan wanita itu. Ah mungkin karena kejadian kemarin, pikirnya. Kejadian saat wanita itu tiba-tiba mengamuk dihadapannya.
"Sudah?" tanya Jaehyun saat penata rias menaruh brush bedak miliknya. Penata rias itu pun mengangguk.
Jaehyun berdiri dari duduknya dan segera memasang rompi luaran jas itu. Jarinya begitu lihai saat memasang kancing demi kancing. Namun pergerakannya terhenti saat Jaehyun melihat seseorang yang sangat amat ia kenal. Mengapa dia disini?
"Lisa-ya!" sang empunya nama pun berjengit saat namanya dipanggil dengan sangat lantang, sehingga membuat orang-orang disekitarnya menoleh kearah mereka. Terlebih pada wanita bernama Chaeyeon yang kini tengah mengernyitkan dahinya, menatap bingung kedua insan yang tengah bertegur sapa itu.
"Ah.. hi Oppa."
"Oppa?" Chaeyeon semakin bingung, panggilan itu. Dia berpikir sangat keras. "Yak! Kau mengenal-"
"Kau sedang apa disini?" gerutu Chaeyeon terpotong saat Jaehyun sudah berada diantara mereka berdua.
"Ah.. hmm aku..."
"Dia teman sekaligus stylist-ku, kalian saling mengenal?"
Jaehyun tidak memperdulikan pertanyaan Chaeyeon, kini dia memegang lengan Lisa hendak membawanya ke suatu tempat "Ikut aku."
"Hei! Kau!" sergah Chaeyeon menahan lengan Lisa yang lain.
"Chae, hanya sebentar, 2 menit." Lisa mengisyaratkan ke wanita itu dengan gimmick mulutnya yang seolah mengatakan, tunggu.
Jaehyun melepas genggaman tangannya saat mereka berdua sudah sampai diruangan kaca yang tertutup korden putih dan kedap suara. Ruangan ini berguna untuk para artis yang membutuhkan privasi dan ketenangan.
"Ada apa dengan Rose? Kenapa ponselnya sampai sekarang tidak aktif?" Lisa mengernyitkan dahi setelah mendengar pertanyaan itu.
"Bukannya... semalam kalian bertemu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbreak That I Loved
Fanfiction"Apakah aku semunafik itu? Nyatanya aku tidak bisa melepaskanmu" Park Chanyeol. "Ya, dirimu sangatlah munafik dan egois. Sedangkan dirimu jugalah yang menjadi cermin untukku" Park Chaeyoung.