Jennie, supermodel yang sangat sibuk belakangan ini akhirnya bisa meluangkan waktunya untuk menghabiskan makan siang di jam yang tepat. Ia sedikit menyesal mengetahui ketiga sahabatnya tengah sibuk, alhasil kali ini ia habiskan jam makan siangnya sendirian. Jennie mulai memasuki sebuah restaurant yang cukup terkenal di area gedung-gedung pencakar langit.
Setelah memilih meja yang menurutnya nyaman, ia beralih ke buku menu. "Jeogiyo" Sang pelayan pun menghampiri keberadaan wanita yang memanggilnya itu.
"Aku pesan satu beef tenderloin steak medium yang ini, 1 lemon squash, 1 porsi garlic bread." Pelayan tersebut mengangguk dan menulis pesanan Jennie dengan detail."Baiklah Nona, Mohon untuk menunggu sebentar. Pesanan akan datang" Jennie mengangguk "Kamsahamnida".
Pelayan pun pergi meninggalkan meja Jennie. Saat hendak mengambil ponsel dari handbag kecilnya. Kedua matanya menangkap sosok pria tua yang baru saja memasuki restaurant itu. Namun ia tidak peduli karena ia tidak mengenalnya. Cermin yang terpasang di bagian kanan dinding restaurant itu membuatnya selalu penasaran akan siapa saja yang datang. Pelayan pun datang dengan membawa pesanan Jennie dan menyajikannya di meja.
Lonceng restaurant pun menyaringkan suaranya lagi, dan lagi-lagi Jennie penasaran akan siapa yang datang kali ini. Matanya membulat menemukan pria yang sangat dibencinya memasuki restaurant yang sama dengannya. Pria yang mengenakan kaca mata hitam dan setelan jas kerja bernama Chanyeol. Pria yang sempat menghancurkan sahabat yang sangat disayanginya itu. Jennie sangat ingin merasa tidak peduli akan kehadiran pria itu, namun rasa penasarannya lebih besar. Terlihat Chanyeol mendatangi pria tua yang telah datang 5 menit lebih awal. Jennie mengernyit heran akan pemandangan pantulan kaca itu saat ini.
'Mereka berdua tampak tidak akrab sama sekali, kupikir ia ayahnya. Tak mungkin jika ayah dan anak layaknya kucing dan macan seperti itu.' Ya, pria tua itu sebagai kucing sedangkan Chanyeol sebagai macan.
Perbincangan diantara kedua pria itu pun terlihat sangat serius dan sensitif. Walaupun Chanyeol mengenakan kaca mata hitam, namun sangat jelas bahwa pria ini sedang menatap pria didepannya dengan tatapan maut. Ekpresi muka Chanyeol berubah semakin mengerikan dan Jennie pun sempat bergidik ngeri melihat pemandangan itu. Terlihat pria tua itu sangat sabar menjelaskan tanpa ingin terbawa emosi akan respon dari Chanyeol. Jennie merasa seperti mata-mata yang sedang menjalankan tugasnya namun dirinya tidak bisa mendengar sama sekali apa yang mereka perbincangkan, karena letak meja yang lumayan jauh dan suara mereka yang sudah diatur dengan volume kecil.
"Aku tidak akan berurusan lagi dengan wanita bernama Park Chaeyoung itu!" Jennie menjatuhkan pisau dan garpu diatas piring makanannya ketika mendengarkan suara yang lumayan kencang itu dan menyebutkan nama sahabatnya. Jennie tahu jika nama Park Chaeyoung tidak hanya satu di dunia ini, namun ia yakin nama itu ditujukan untuk sahabatnya.
"Nak... tunggu Nak! Dengarkan penjelasan ayah dulu!" ujar pria itu yang hendak mengejar Chanyeol yang sudah membuka pintu restaurant.
"Nak? Ayah? Apa hubungannya dengan uri Chaeyoung?" Jennie menaruh perhatiannya lagi pada pria tua yang sudah terduduk lemas dan menopang dahinya yang mungkin terasa sangat berat sekarang.
Lonceng berbunyi sekali lagi mengalihkan perhatian Jennie dari pria tua itu.
"Joy?" Bisiknya pelan.
Namun ada yang menjadi fokus lain untuk Jennie, pria yang seumuran dengannya berada tepat dibelakang wanita itu. Ia perhatikan dengan seksama pergerakan Joy dan pria itu, ada kejanggalan saat Joy menemukan sosok pria tua yang saat ini masih menopang kepalanya. Joy langsung pergi begitu saja seperti sedang ketakutan. Jennie makin bingung dengan apa yang terjadi saat ini. Ia mencoba mengingat kembali siapa laki-laki yang sedang bersama wanita itu. Ingatannya sama sekali tidak buruk dan ia sedikit terkejut dengan apa yang diingatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbreak That I Loved
Fanfiction"Apakah aku semunafik itu? Nyatanya aku tidak bisa melepaskanmu" Park Chanyeol. "Ya, dirimu sangatlah munafik dan egois. Sedangkan dirimu jugalah yang menjadi cermin untukku" Park Chaeyoung.