"CUT!" Sang sutradara membanting naskah yang sudah hampir tidak berbentuk karena diremat-remat olehnya. Entah mengapa mood-nya saat ini hancur melihar aktor andalannya berulang kali melakukan kesalahan.
"Jaehyun! Ini sudah take ke-8 kalinya, kau ingin memecahkan rekor sebagai aktor 'profesional' yang melakukan take sebanyak 9x untuk adegan semudah ini ?!"
"Hyung, bersabarlah. Jaehyun sepertinya sedang ada masalah." Asisten sutradara berusaha menenangkan pria paruh baya ini.
"Tenangkanlah dia terlebih dahulu, baru kali ini dia membawa masalahnya ke dalam pekerjaan." Ujar sutradara menatap manager Jaehyun, lalu mengambil toa speakernya hendak mengatakan sesuatu.
"Shooting kita tunda sampai keadaan membaik. Saya tidak ingin melihat ketidak-profesionalitas-an dari kalian semua! Mengerti!"
"Ne!"
"Sampai bertemu besok!" Seluruh kru dan karyawan bangkit dari aktifitasnya hendak membungkuk kepada sang sutradara. Tidak lupa Jaehyun juga beranjak dan memberi salam perpisahan. Saat pria paruh baya itu telah menghilang dari tempat mereka berdiri, semua manusia itu pun akhirnya bernapas lega dan kembali merapihkan alat-alat yang masih berserakan. Jaehyun kembali menghempaskan dirinya diatas sofa.
Pria ini memang sedang dirundung masalah, sepertinya Jaehyun sendiri yang menganggap ini menjadi masalah. Berita yang baru saja ia terima pagi ini seharusnya menjadi berita baik bagi kekasihnya saat ini, Rose. Ya, wanita itu akan melakukan debutnya satu bulan lagi. Masalah pertama, niatnya untuk melamar wanitanya ini jelas akan tertunda beberapa waktu. Kedua, semua lagu yang akan Rose bawakan adalah ciptaan dari mantan kekasih wanita itu, Chanyeol. Ketiga, berkat berita duetnya Rose dengan Chanyeol di pernikahan hari itu sempat viral. Chanyeol dengan lancarnya menawarkan kolaborasi kembali dan dengan senang hati agensinya menerima tawaran itu.
Pikiran negatif sudah memenuhi isi kepalanya. Berkali-kali Rose selalu mengatakan bahwa ini hanyalah sekedar profesionalitas mereka berdua semata. Namun semenjak kejadian beberapa hari itu, saat Rose dibawa pergi oleh Chanyeol. Rasa cemburu dan posesifnya pun semakin menguat.
'Apa maumu Chan!' gumamnya dalam hati sambil mengacak kembali rambut berwarna dark grey itu.
'Lagipula ini masih scene awal kenapa sudah ada adegan kissing saja sih.' ia tambah kesal sekarang.
"Jaehyun-ah, kau tidak bisa selalu seperti ini. Kau harus fokus. Akhir-akhir ini aku sering melihatmu melamun." ujar Manager bernama Doyoung.
"Mianhae Hyung telah mengacaukan semuanya."
"It's Ok, apa terlalu sulit untukmu beradegan kissing dengan wanita itu?"
"Entahlah hyung, sepertinya aku butuh waktu istirahat."
"Bercengkrama lah dengannya, supaya kau tidak terlalu canggung dengannya besok." Doyoung menunjukkan jarinya kearah wanita lawan mainnya yang ternyata baru saja mencuri pandang ke arah Jaehyun. Jaehyun mengikuti arah telunjuk Doyoung lalu hanya membuang mukanya acuh.
"Jeoliga, aku ingin sendiri." Doyoung menurutinya atau artisnya ini akan bertambah buruk kondisi hatinya. Ia menepuk-nepuk pundak Jaehyun dan meninggalkan tempat.
Brak!
Jaehyun yang sedang menopang dahinya hampir terjerembab dari sofanya saat seseorang sengaja menggebrak meja kaca didepannya. Ia mendongak ke arah suara.
"Kau pikir aku sudi beradu akting denganmu ha?"
'Ada apa dengan wanita ini?'
"Ckh .. hanya membuang-buang waktu saja!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbreak That I Loved
Fanfiction"Apakah aku semunafik itu? Nyatanya aku tidak bisa melepaskanmu" Park Chanyeol. "Ya, dirimu sangatlah munafik dan egois. Sedangkan dirimu jugalah yang menjadi cermin untukku" Park Chaeyoung.