Chanyeol kembali ke mansion dengan keadaan yang sama kacau dengan apa yang dialami Rose. Penyesalan pada diri Chanyeol belum juga menghilang. Tidak ada niatan yang buruk semenjak pertama kali dirinya menyeret wanita itu untuk berbicara dengannya. Chanyeol benar-benar ingin berpisah dengan cara yang baik. Namun selalu saja setan dalam dirinya menyeruak dan tak mau mengalah. Ketika hendak mengambil satu anak tangga, Chanyeol dibuat terhenti karena merasa ada satu pasang mata yang seperti sudah menunggu kepulangannya.
"Aku lelah" lirih Chanyeol
"Ada apa denganmu Nak?"
"Bukan urusanmu" Chanyeol mempercepat langkahnya.
"Jangan menghakimi dirimu sendiri. Kau sedang emosi dan wanita itu tidak akan benar-benar membencimu" Chanyeol akhirnya menaruh tatapan kepada Ayahnya.
"Apa kau mengikutiku? Urus urusanmu sendiri Tuan!"
"Kau boleh membenci Appa sampai ajal menjemput Appa." Chanyeol tertawa sinis mendengar pernyataan ayahnya.
"Namun janganlah kau benci gadis yang sama sekali tidak bersalah itu" sambung Siwon serta menyerahkan satu clear folder yang lumayan berat membuat Chanyeol mengernyit heran melihat benda berwarna hijau itu.
"Apa ini?"
"Pelajarilah saat kau sudah tenang. Appa akan kembali ke Seoul sekarang. Jika ada yang perlu ditanyakan jangan sungkan untuk menanyakannya kepada Appa." Chanyeol tidak berkutik dan tetap menimbang-nimbang isi clear folder hijau itu.
"Hati-hati diperjalanan" ujar Chanyeol membuat Ayahnya tersenyum tipis akan kalimat sederhana itu. Walaupun cara Chanyeol sama sekali tidak ramah layaknya anak berbicara pada ayahnya, namun hal sederhana ini membuat hati Siwon menghangat.
Chanyeol segera mengambil langkahnya menuju kamar pribadinya yang sangat luas dengan design exclusive modern. Ia menuju sofa kamar yang berwarna dark grey dan mengambil posisi duduk senyaman mungkin. Chanyeol membuka perlahan benda itu. Dokumen-dokumen rahasia, foto, bukti transaksi keuangan. Semuanya berhubungan dengan perusahaan yang sedang ditekuninya saat ini. Chanyeol sempat menyipitkan matanya saat melihat foto 2 pria dimana salah satunya ia sangat kenali, ayahnya sendiri. Dahi Chanyeol mengernyit ketika melihat pria yang merangkul ayahnya dengan senyumnya yang khas.
"Aku seperti tidak asing dengan orang ini."
Chanyeol berusaha sangat keras untuk mengingat kembali dimana ia bertemu pria yang pasti sudah seumuran dengan ayahnya. Chanyeol membulatkan matanya tidak percaya akan apa yang baru saja ia ingat.
"Tidak.. ini tidak mungkin"
Chanyeol segera merampas ponselnya dan mengetikkan suatu pesan singkat.
To : Appa
Tolong jelaskan apa maksud dari semua dokumen ini
Chanyeol benar-benar penasaran dengan maksud dari dokumen-dokumen yang diberikan ayahnya. Walaupun ia sebenarnya paham akan isi dari dokumen tersebut. Namun ia hanya ingin memastikan bahwa dugaannya salah.Tidak perlu menunggu waktu lama, pesan Chanyeol akhirnya dibalas oleh ayahnya.
From : Appa
Arraseo, bertemulah denganku di Restaurant dekat kantor Appa besok waktu makan siang.Tanpa ingin membalas pesan ayahnya, Chanyeol merapikan kembali dokumen-dokumen itu. Percuma saja jika ia ingin mengetahuinya sekarang karena tidak ada dokumen pendukung lainnya untuk mencocokkan isi dari data itu. Ia berlalu menuju balkon kamarnya yang langsung terhubung dengan pemandangan pantai yang sangat indah. Chanyeol menyipitkan matanya seakan melihat sesuatu yang sangat tidak asing walau dari jauh. Pasangan yang sedang berlarian kesana kemari dengan tawanya yang riang. Benar itu Rose dan Jaehyun. Hati Chanyeol terbakar, dia ingin membuktikan kepada Jaehyun bahwa dirinya pernah membuat Rose lebih bahagia dari ini.
"Ckh.. Pantai? Aku bahkan hampir setiap hari mengajaknya kesana Jaehyun. Kau bahkan tidak membelikannya permen kapas" seringai Chanyeol dan benar saja ada penjual permen kapas tepat disisi kanan pantai.
Ada apa dengan Chanyeol? Apa dirinya saat ini sedang cemburu?
.
.
.
.
."Joy, Kalau kau mondar mandir seperti ini sekali lagi, aku tidak sungkan untuk mengusirmu dari apartement ini." keluh wanita yang sudah jengah melihat tingkah Joy.
"Kau tidak mengerti Seul"
"Yak! Bagaimana aku bisa mengerti jika kau mondar-mandir tidak jelas seperti ini alih-alih menjawab pertanyaanku. Dan itu.. itu, kau sangat menjijikkan, tidak sadarkah jika kutek kukumu masih terbilang baru" omel Seulgi kali ini, partner kerja sekaligus sahabat Joy 3 tahun ini.
"Chanyeol, aku tidak mau kehilangan Chanyeol!" Joy akhirnya mendudukkan dirinya diatas sofa tepat disamping Seulgi.
"Kau ini terkena wedding syndrom atau gimana? Memang ada apa dengannya?" Joy tetap tidak ingin menjawab, jika ia keceplosan sedikit saja kemungkinan sahabatnya ini juga akan meninggalkannya.
"Joy?"
"Gwaenchana, aku hanya lelah" Seulgi tahu jika Joy berbohong, namun dirinya tidak ingin memaksa sahabatnya itu berbicara.
"Istirahatlah dikamarku, kau baru saja sampai dari Busan pasti lelah" ucap Seulgi sambil mengelus pelan punggung sahabatnya. Joy mengangguk dan melangkahkan kakinya menuju kamar Seulgi.
Kejadian malam itu benar-benar menghantui pikiran Joy. Ia sama sekali tidak menyangka jika Jaehyun mengetahui segala hal sifat buruknya.
Flashback on
"Aktingmu sangat bagus Nona, mengapa kau tidak jadi aktris saja?"
"Jae-Jaehyun?" Jaehyun melepas masker hitamnya dan menampilkan senyum yang kali ini membuat Joy merinding.
"Wae? Iya aku Jung Jaehyun, sahabat kecilmu"
"Ba-bagaimana kau bisa disini?"
"Ingin jawaban jujur atau bohong?"
"JANGAN MAIN-MAIN DENGANKU! CEPAT KATAKAN!" Joy sudah hilang kendali dengan sikap Jaehyun yang terlalu bertele-tele menurutnya.
"Yak! Aku tidak tuli bodoh!"
"Jaehyun aku sedang tidak bercanda!"
"Begitupun aku Soo Young. Ok aku jelaskan, kuharap kau tidak lupa jika agensi kita dibawah naungan Park Siwon namun tidak secara langsung"
"Aku tidak sebodoh itu untuk tidak mengetahui hal ini. Lalu apa hubungannya denganmu? Mengapa kau bisa ada disini?"
"Keluargaku sudah mengabdi menjadi tangan kanan (mata-mata) beliau sampai ayahku meninggal dan aku diwarisinya. Dan beliau memintaku menjadi trainee dan aktor disana agar aku bisa mengawasimu. Jadi aku sangat mengerti apa saja dosa-dosamu Nona. Kuharap kau tidak terjebak dalam permainanmu sendiri Park Soo Young. Good luck. Lets play the game" Jaehyun meninggalkan Joy yang sudah gemetar tidak karuan akan sikap Jaehyun yang benar-benar beda.
"Jaehyun sebentar.. jelaskan apa maksudmu.." Pria yang dipanggilnya pun tetap melangkahkan kakinya membuat Joy semakin kesal "JAEHYUN!"
Percuma, Jaehyun tidak akan memperdulikan teriakannya. Joy kembali duduk di bangku taman untuk mengurangi rasa kalut dan kakinya yang bergetar. Matanya pun tidak lelah untuk memastikan jika tidak ada yang melihat kejadian barusan.
"Tidak! Aku tidak ingin semuanya sia-sia"
Flashback off
Joy semakin kesal mengingat segala pertemuan dan perbincangan malam itu. Ia mengambil ponselnya lalu mengetikkan nama seseorang dan hendak menghubunginya.
"Yoboseo"
"Yoboseo, Baekhyun Oppa, mari bertemu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbreak That I Loved
Fanfiction"Apakah aku semunafik itu? Nyatanya aku tidak bisa melepaskanmu" Park Chanyeol. "Ya, dirimu sangatlah munafik dan egois. Sedangkan dirimu jugalah yang menjadi cermin untukku" Park Chaeyoung.