Twelve (12)

159 18 3
                                    

Don't forget to Vomment
Thanks~♡

*****

Sore ini suasana di rumah keluarga Kim sangatlah sengang. Tidak ada suara yang berarti saat ini. Hanya ada suara gemericik air dari aquarium yang ada di ruang tengah. Hal ini karena tidak ada orang di rumah selain ART dan Jeno yang sedang duduk di ruang tengah itu.

Jeno sedang termenung saat ini. Ia sudah tau. Iya dia tau. Ada yang salah dengan dirinya. Ini hal yang salah.







Ia cemburu melihat Jiho bersama Jaehyun. Bukan sebagai seorang adik. Tapi seorang pria kepada wanita.

Kim Jeno, jatuh cinta, dengan saudara perempuannya sendiri.


Ini salah. Jeno menyadari itu.
Ia begitu senang dan jantungnya berdetak tak karuan ketika Jiho mencium pipinya.

Ia mengingini hal itu lagi. Ia ingin Jiho.
Ia ingin berada di posisi Jaehyun.

Tidak, Jeno tidak bisa membiarkan perasaan ini tumbuh. Ini salah. Jiho adalah noonanya.

Pahit sekali, karena ini artinya Jiho adalah cinta pertama Jeno. Dan ia harus mengubur perasaan itu sangat-sangat dalam. Apakah ini kutukan cinta pertama? Tapi kenapa harus dengan Jiho?

Mengapa Jeno harus menjadi adik Jiho?

Saat ini pikiran Jeno sangat kacau. Sebentar ia ingin membuang perasaannya. Nanti ia akan menyalahkan keadaan mengapa ia tidak boleh jatuh cinta dengan Jiho.



"Arghhh!!"

Jeno kehilangan kendali. Ia mengacak rambutnya frustasi. Ia tidak ingin terjebak dalam keadaan seperti ini.

Jeno rela hidup tanpa seorang kekasih jika ada Jiho di sampingnya. Tapi sekarang, itu adalah hal yang tidak mungkin. Jiho akan hidup bersama Jaehyun ketika menikah nanti.

"Apa yang harus aku lakukan? Kenapa semuanya jadi seperti ini?" Gumam Jeno pada dirinya sendiri.

Katok!

Tiba-tiba ada bunyi pesan masuk pada smartphone Jeno.

From: Jyo Noona👀

Jeno-ya, kamu sudah sampai rumah? Tadi noona ketemu Jaemin. Katanya besok ada latihan UKM. Nanti kamu tanyain lagi ya dengan Jaemin. Seeyou~♡

Melihat pesan masuk dari Jiho, entah kenapa perasaan Jeno semakin bercampur aduk. Ada rasa sakit yang tiba-tiba menjalar pada dada Jeno.

Ketika Jeno masih memandang pesan dari Jiho, tiba-tiba...


Drrtt...drrrt...drrrtt...

Calling from appa

"Yeoboseyo? Jeno-ya?"

Terdengar suara Junmyeon dari seberang sana.

"Eung, appa. Ada apa menelponku?" Jawab Jeno

"Kau sedang dimana sekarang?"

"Aku ada di rumah sekarang. Kenapa?"

"Baguslah. Appa mau minta tolong buka kan brankas appa yang ada di kamar appa. Tolong carikan amplop cokelat yang ada tulisan J-2101. Bisakah kau mengantarkannya nanti ke kantor appa?"

"Baiklah, nanti Jeno carikan dulu. Kode brankasnya masih sama?"

Benar. Jeno tau kode brankas ayahnya. Karena dulu waktu Jeno masih kecil, ia selalu mengikuti Junmyeon kemanapun.

"Iya masih sama. Gomawo, Jeno-ya. Nanti kabarin kalau sudah sampai di kantor appa."

"Eung, baiklah."

Tut!

Begitu sambungan telepon ditutup, Jeno segera ke kamar ayahnya dan membuka brankas.

Tidak membutuhkan waktu yang lama bagi Jeno untuk menemukan amplop yang ayahnya maksud. Namun karena terlalu banyak berkas menumpuk di dalam sana, maka tanpa sengaja Jeno menjatuhkan beberapa berkas.

Ada satu surat yang menarik perhatian Jeno.












Surat Pernyataan Penyerahan Anak





















~To be Continue~

Bro&Sis [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang