Don't forget to Vomment^^
Thanks~♡******
Hari ini seharusnya menjadi hari yang membahagiakan bagi keluarga Kim dan Jung. Tapi semua berubah. Jiho tidak memperdulikan lagi acara pertunangannya. Yang ia pikirkan hanyalah mengejar Jeno, adiknya.
"JENO-YA!! JENO-YA!! TUNGGU NOONA!!! YA!! KIM JENO!!" teriak Jiho dengan suara nyaring. Ia berusaha mengejar Jeno. Namun langkah Jeno tidak berhenti dan sangat cepat. Hingga Jiho kesulitan untuk mengejarnya.
"Jiho-ya! Jiho-ya! Tunggu aku!" Panggil Jaehyun yang ternyata sedari tadi ikut mengejar. Dan Jaehyun pun berhasil menarik tangan Jiho.
"Ada apa, Jaehyun-ah?? Aku harus mengejar Jeno saat ini!" Ucap Jiho dengan kalut.
"Iya aku tau. Tapi tunggu sebentar. Kita kejar bersama ya? Biar aku bawa-"
"Maafkan aku Jaehyun-ah. Aku tidak bisa bertunangan denganmu. Aku minta maaf. Saranghae, Jaehyun-ah."
Setelah mengucapkan kalimat itu, Jiho berlari meninggalkan Jaehyun. Dan Jaehyun masih terdiam mencerna kata-kata Jiho tadi.
Jiho benar-benar kalut. Dipikirannya hanya ada Jeno, Jeno, dan Jeno. Jiho bahkan tidak menyadari saat ini ia dimana. Dengan dress yang dikenakannya, ia jalan kesana kemari. Ia kehilangan jejak Jeno. Tidak tau mau kemana.
Jiho berulang kali mencoba menelpon Jeno, namun tidak pernah tersambung. Seperti orang linglung, Jiho selalu menekan nomor Jeno. Walau ia sudah tau hasilnya seperti apa. Jiho pun selalu menolak telepon, baik dari ayahnya, ibunya, dan Jaehyun.
"Kim Jeno! Kamu dimana?! Aku benci kau, Jeno-ya!" Tak kuat lagi, akhirnya Jiho terduduk di sebuah halte sambil menangis.
"Kau bilang kau sayang aku? Kau bilang kau akan menjaga aku? Tapi kau malah menyakitiku!" Keluh Jiho seakan-akan ada Jeno di sampingnya.
Seperti film berputar, semua kenangan Jiho bersama Jeno terputar di pikirannya. Jiho merutuki dirinya yang tidak memahami perasaan Jeno.
Dan yang paling penting, ia tidak tau kalau Jeno adalah adik tirinya. Sungguh, Jiho tidak tau. Ia tidak pernah mengingat kalau Jeno adalah adik tiri.
"Jiho-ya."
Tiba-tiba ada seorang pria memanggil Jiho. Pria itu adalah ayahnya.
"Appa? Appa tau dari mana aku disini?" Tanya Jiho begitu melihat Junmyeon, yang kini duduk di sebelahnya.
"Hm, appa melacak nomormu. Appa khawatir dengan kamu, Jiho-ya. Kamu pasti banyak yang ingin ditanyakan 'kan?"
"Sejak kapan-?" Jiho tercekat karena tangisannya. Ia tidak sanggup mengatakan Jeno adalah adik tirinya.
"Maafkan appa. Seharusnya appa mengatakan ini dari dulu. Waktu kamu berumur 4 tahun, kamu terjatuh dari sebuah ayunan di taman. Yang menyebabkan kamu lupa ingatan. Dan disaat yang bersamaan, teman ayah, almarhum Lee Donghae sedang kesulitan ekonomi dan ia memiliki Jeno yang berumur 1 tahun. Ia pun meminta ayah untuk mengambil Jeno, agar Jeno mempunyai masa depan yang terjamin. Almarhum Donghae, merasa tidak sanggup untuk membesarkan Jeno. Dan tidak lama... ia dan istrinya... memutuskan untuk mengakhiri hidupnya."
Air mata Jiho benar-benar mengalir deras. Mendengar cerita ayahnya, entah kenapa Jiho semakin sayang dengan Jeno. Jiho ingin membahagiakan Jeno. Jiho ingin selalu bersama Jeno. Jiho sangat ingin memeluk Jeno.
Melihat tangisan Jiho semakin kencang, Junmyeon menarik anaknya itu ke dalam pelukannya.
"Maafkan appa. Appa belum bisa menjadi appa yang baik untuk kalian berdua. Jujur appa sangat menyayangi kau dan juga Jeno. Kali ini, appa akan menuruti keputusanmu. Untuk menuruskan pertunangan ini atau menyudahinya."Drrtt... drrrt.. drrrttt....!
Ketika Jiho masih menangis, ada sebuah panggilan masuk di handphone Jiho.
Calling from Nae Saengie, Jenyo♡
"Yeoboseyo??! Jeno-ya!!! Kau dimana??!! Kau-"
"Yeoboseyo? Maaf apa benar ini keluarga dari pemilik handphone ini?"
Bukan Jeno yang menelpon, tapi orang asing.
"Hm? Benar, saya noona-nya Jeno. Ini siapa?"
"Saya suster dari rumah sakit AMC. Saya ingin memberitahukan, bahwa adik Anda baru saja dibawa ke rumah sakit ini karena sebuah kecelakaan."
~To Be Continue~
KAMU SEDANG MEMBACA
Bro&Sis [✔]
FanfictionDia Adikku -Jiho Dia Noonaku -Jeno Start : January 12, 2020 End : April 05, 2020