Twenty (20)

143 15 0
                                    

Don't forget to Vomment^^
Thanks~♡

******

"Keadaannya stabil. Tidak ada masalah. Tapi kita masih harus menunggu Jeno sadar untuk mengetahui apakah ada kerusakan pada saraf motoriknya. Nanti kami akan kesini lagi untuk memeriksa perkembangannya. Permisi."

Dokter dan perawat baru saja memeriksa keadaan Jeno. Sudah 3 hari tapi Jeno masih belum juga sadar. Oleh karena itu dokter mengatakan cuma bisa menunggu Jeno sadar.

Saat ini yang ada di ruangan hanya ada Jiho. Jiho tidak pulang dari awal Jeno masuk rumah sakit. Ia bahkan menyuruh orang untuk mengambil pakaian dan perlengkapan mandinya dari rumah dan dibawakan ke rumah sakit. Bener-bener Jiho yang menjaga Jeno. Sedangkan orang tuanya, masih sibuk bekerja dan sesekali datang ke rumah sakit.

Dongmin saat ini sedang bekerja, tapi ia sering menjaga Jeno jika ia sudah selesai bekerja. Dongmin juga sering membawakan makanan untuk Jiho karena ia tau Jiho tidak mau bahkan ke kantin hanya untuk makan sebentar. Terkadang Dongmin juga menginap untuk menjaga Jeno tapi tidak sering karena tidak nyaman dengan Jiho.

Ketika sendirian seperti ini, Jiho sering 'mengobrol' dengan Jeno. Tentang berbagai macam topik. Tapi yang paling sering adalah tentang mereka berdua. Kenangan tentang mereka.

"Jeno-ya, apa kau ingat dulu sewaktu kecil ketika kita main di taman? Waktu itu kita main ayunan, tapi karena tidak hati-hati aku terjatuh. Dan kepalaku bocor karena kena batu bata. Kau sangat panik saat itu dan kau menggendongku di punggungmu. Aku ingat aku meracau dan bilang kalau dimataku ada balon. Kau semakin bingung haha. Padahal mungkin saat itu efek aku kehilangan darah jadi pusing terus lihat balon-balon. Kau terus berlari membawaku ke klinik dekat taman itu. Padahal kau juga masih kecil- terimakasih Jeno-ya. Aku kangen kamu, Jeno-ya."

Air mata Jiho jatuh lagi. Sambil memegang erat tangan Jeno, Jiho berusaha berhenti menangis. Tapi tanpa Jiho sadari, dari mata Jeno juga keluar air mata.

Tok! Tok!

Mendengar ada ketukan pintu, Jiho menghapus air matanya dan berkata, "Silahkan masuk- Jaehyun-ah?"

Jiho terkejut melihat siapa yang datang. Iya, Jaehyun datang menjenguk. Setelah kekacauan yang dibuat Jiho dan Jeno, Jiho tidak menyangka Jaehyun mau menjenguk Jeno.

"Hai, Jiho-ya." Sapa Jaehyun sambil tersenyum seperti biasa. Senyuman yang membuat Jiho termangu. Entah terpesona atau masih tidak percaya Jaehyun disini.

"Jiho-ya?" Panggil Jaehyun lagi. Karena Jiho masih bengong saja.

"Ah, hai, Jaehyun-ah. Em, silahkan duduk disini." Ucap Jiho kepada Jaehyun. Tapi bukannya duduk di sofa, Jaehyun malah berjalan ke arah Jeno.

"Dia masih belum sadar?" Tanya Jaehyun.

"Ia dia masih belum sadar pasca operasi." Entah kenapa Jiho merasa canggung.

"Aku harap dia cepat sadar dan pulih seperti semula." Kata Jaehyun sambil tersenyum ke arah Jeno yang masih 'tidur'.

"Kamu bagaimana kabarnya? Sepertinya kamu agak kurusan? Gak sakit kan?" Tanya Jaehyun kembali kepada Jiho.

"A-aku baik-baik saja. Aku gak sakit, mungkin karena cemas aja dengan Jeno." Jawab Jiho. Jiho merasa gugup tapi tidak seperti biasanya.

"Jangan khawatir. Aku yakin Jeno pria tangguh, ia pasti akan segera pulih." Kata Jaehyun sambil mengelus kepala Jiho. Jiho sedikit tersentak dengan perlakuan Jaehyun. Ia tidak menyangka Jaehyun seperti ini.

"Maafkan aku, Jaehyun-ah." Kalimat itu keluar begitu saja dari mulut Jiho.

"Tidak apa-apa. Aku mengerti keadaanmu dan juga Jeno. Aku sangat paham kalian sangat dekat. Mungkin tidak ada yang mengerti kedekatan kalian berdua selain kamu dan Jeno." Jiho hanya bisa menunduk ketika Jaehyun berkata demikian. Jiho tau ia sudah melukai Jaehyun.

"Bohong jika berkata aku tidak apa-apa. Tapi aku berusaha mengerti. Aku masih sama seperti semula, Jiho-ya." Lanjut Jaehyun.

"A-apa maksudmu??"

"Aku akan menunggumu, Jiho-ya."

Tok! Tok!

"Jiho-ssi, ini aku bawakan makanan untukmu- oh?"







~To Be Continue~

Bro&Sis [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang