15

914 144 130
                                    

hi hai, astagfirullah, akhirnya up

tapi ini ngaco banget sumpah dan bacot banget haghaghag, gatau aku ih lagi ilang sense of humor, kemana sih mereka? ):

adanya sense of problems mulu kudu gimana):

yah gatau):

aku gak tahu mau nulis apa ini ngaco banget huh baduuutttt [menangis di depan laptop sambil minum H2O isi ulang]

but still, happy reading (meski gak hepi hepi amat, BERCANDA) ❤️




※※※



Hyunjin memegang dada kirinya. Deg-degan. Ya iyalah, kalau gak deg-degan tapi dia masih napas justru dipertanyakan, kok bisa?

Oke, lupain.

Jadi Hyunjin sudah sampai ke tempat kerja Jisung, tepatnya dia berdiri beberapa meter dan melihat Seungmin duduk di undakan yang ada, dan itu malah bikin nyali Hyunjin anehnya menciut tapi jantungnya malah berdisko kayak di dugem.

Seungmin mau ngomong apa? Apa gue bakal ditolak? Gue belum ngapa-ngapain udah ditolak masa', sedih banget. Ah, bego, justru karena gue belum ngapa-ngapain makanya sekarang mau menerjang. Tapi kalau ditolak beneran gimana?

Seketika isi kepala Hyunjin muncul gambar Seungmin yang menunjuk dirinya dengan muka marah.

"Gue muak sama lo, mending lo pergi jauh-jauh dari gue. Hubungan kita sampai di sini aja, jangan hubungin gue lagi. Goodbye Hyunjin."

TIDAAAAAAAAAAAAAAKKKKKK!

Plak! Tiba-tiba Hyunjin ditabok hingga jatuh terjerembab, begitu menoleh dia melihat Jaemin dan Felix berdiri menatap sengit padanya.

"Lo tahu cupu gak? Ya elo itu!" teriak Jaemin tepat di hadapan Hyunjin.

"Gue kecewa sama lo Jin, katanya mau berjuang? Segini doang pengorbanan lo? Lo bahkan belum ngapa-ngapain Jin, cuman haha-hehe doang di pinggir jalan. Malu lo sama pisang."

Hah? Kok pisang sih? Hyunjin gak ngerti dan mau nanya, tapi suaranya kayak gak bisa dikeluarkan.

"Udahan lah anjing, ngaco bener halusinasi gue." Hyunjin menepuk-nepuk wajahnya dengan kedua tangannya.

Masih dalam posisi kedua tangan menutupi wajahnya, Hyunjin menarik napas dalam dan membuangnya seraya mengusap wajahnya. Biar bagaimana pun, dia harus tenang seperti Kim Seungmin yang asli, bukan yang ada dalam halusinasi sesatnya.

Jadi Hyunjin mulai kembali melangkah mendekati Seungmin. Meski tetap saja jantungnya masih hobi loncat-loncat di tempat. Hyunjin takut keselek jantungnya sendiri semisal nyangkut di kerongkongan, tapi gak mungkin dan gak mungkin BANGET.

Dalam pikiran Hyunjin berandai-andai—lagi—gimana baiknya menyapa Seungmin pas kedatangannya. Namun baru juga mulut Hyunjin terbuka, Seungmin menoleh.

Jantung Hyunjin auto ditarik gravitasi.

"Hyunjin," panggil Seungmin segera berdiri menghampiri Hyunjin.

"Ah, eng—ngh, hei... La-lama nunggu?"

Seungmin menggeleng. "Cari makan yuk Jin,"

Hyunjin zoned out tapi tetap mengangguk. "Ayo."

Direction ╏ HyunMin (DICONTINUED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang