Prolog

2.8K 102 3
                                    

"Hidup adalah persiapan panjang untuk menanti hal-hal yang tak akan pernah terjadi."
_ WB Yeats _

***

Menjadi anak yang disayang keluarga adalah hal yang sangat didambakan oleh setiap anak.

Namun, bagaimanakah definisi di 'sayang' menurut kalian?

Jika kalian bertanya kepadaku, apakah aku disayang? Ya Menurutku, mereka menyayangiku meskipun mereka jarang ada waktu buatku dan sibuk dengan pekerjaan mereka.

Kenapa aku berpikir demikian?

Mereka menyayangiku dengan cara mereka sendiri. Mereka juga selalu 'mendukungku' di segala kegiatanku. Baik dalam ekstrakurikuler dance maupun hubunganku dengan masalah percintaan, selama memberikan dampak positif bagiku.

Dirumah, aku selalu bersama Oma. Dan adik bungsuku. Ya Meskipun Oma selalu membenciku tanpa aku tau alasannya.

Oh iya Kenalkan, namaku Aleanor Daisy Fardhana. Putri kedua dari pasangan Fardhan Dan Maura.

Ayahku merupakan salah satu pengusaha properti yang lumayan terkenal di Bogor sedangkan Bundaku, beliau bekerja sebagai kepala Accounting di sebuah kantor yang bergerak di bidang otomotif. Sudah kubilang kan, mereka selalu sibuk.

Saat ini aku duduk di kelas XII di SMA Harapan Bangsa. Aku cukup ceria, energik, keras kepala dan sedikit...badgirl.

Kalau boleh jujur, sebenarnya Aku iri dengan saudara ku yang lain, Kak Olivia dan Adikku Elvina.

Mereka selalu disayang oleh Oma. Sedangkan aku? Jangan kan disayang, bahkan hanya untuk sekedar senyuman dari Oma tak pernah aku dapatkan, selain siksaan dan kebencian Oma. Tamak kah aku?

Entahlah aku tak tau alasannya, Kenapa dari dulu Oma jahat banget padaku? Sedangkan perlakuan Oma pada saudariku yang lain, sayang banget. Tiap kali Oma membeli sesuatu, selalu yang diingat Kak Olivia Atau Elvina.

Pernah suatu hari, Ayah Bunda sedang pergi ke luar kota dan parahnya menginap. Di rumah hanya ada Oma, aku dan si kecil Elvina yang masih berusia 5 tahun, sedangkan Kak Olivia saat ini sedang kuliah semester akhir di Jakarta.

Oma baru dateng dari Acara arisan, pulang dengan menenteng sebuah bungkusan. Aku dan El sedang kelaparan karena di kulkas tidak ada bahan makanan yang bisa di masak.

Begitu Oma masuk, beliau hanya menawari El makan. Aku yang melihatnya hanya gigit jari sambil menahan rasa laparku. Dengan terpaksa aku malam itu hanya meminum air untuk mengganjal perutku.

Kadang aku berpikir, bahwa aku hanyalah anak angkat ayah dan Bunda. Aku bahkan pernah bertanya pada Ayah Bunda tapi mereka selalu meyakinkanku jika aku adalah anak kandung. Kenapa aku berpikir begitu?

Wajahku tak ada mirip-miripnya dengan Ayah maupun Bunda. Aku jadi jarang ada di rumah, karena selain menghindari Oma aku juga takut jika harus kena marah Oma.

Karena Oma tak jarang menyiksaku, ya pastinya tanpa sepengetahuan Ayah Bunda. Pernah suatu hari, tubuhku lebam karena Oma pukuli dan tanpa Sengaja Bunda melihat bekasnya.

"Al, itu badan kamu kenapa lebam gitu?" tanya Bunda Maura.

"Hmm kemaren waktu latihan Dance, Alea jatuh, Bun.", kilahku.

"Hati-hati Nak. Kamu ini selalu ceroboh."

"Iya Bunda. "

Maafkan aku Bunda. Karena sering berbohong. Aku hanya tidak ingin Bunda bersedih karena tau jalau aku selalu disiksa oleh Oma.

Ya, aku sering kali berbohong pada Bunda soal bekas pukulan yang aku dapat dari Oma. Tapi aku tak pernah bisa menyembunyikan kebohonganku dari Ega.

Lengkapnya Ega Restyan, dia adalah sahabatku sejak kecil dan juga tetanggaku. Jadi tak heran jika aku ke sekolah selalu nebeng bersamanya.

Dia juga selalu tau dan selalu mengobati bekas luka-luka tentunya di bantu Mama Winda, Mama Ega.

Aku juga mempunyai kekasih yang bernama Kak Febri. Dia adalah ketua Osis di sekolahku. Ya tau lah bagaimana sibuknya dia sebagai ketua Osis.

Dan aku, aku biasa saja saat dia sibuk dengan kegiatannya. Aku tak pernah protes, sebenarnya bukan tak masalah hanya saja aku berusaha mengerti dengan segala kesibukannya. Kadang teman-temanku berkata jika aku di nomor duakan dengan kegiatan Osis oleh Kak Febri.

Di sekolah, aka selalu bersama 3 sabahatku diantaranya Eka, Okta dan juga Imel.

Eka pratiwi, dia teman sebangku denganku, orangnya supel, enak di buat curhat dan juga cerewet. Oktaviani Safina, diantara kami berempat dialah yang paling dewasa, pendiam dan cuek. Imelda Fridayanti, dia yang paling ceplas ceplos, gegabah dan sedikit urakan, tapi dia baik.

***

Ctaash..

Suara pukulan gagang sapu kembali ku terima di punggungku, pastinya dari Oma.

Perih.

"Ma-maaf Oma.", ucapku ketakutan sambil memegang bekas pukulan Oma.

"Darimana aja kamu. Kenapa kamu baru pulang jam segini? Hah?" bentak Oma.

"Dari jalan ama temen Oma. " jawabku menunduk.

"Siapa laki-laki tadi?" tanya Oma.

"Pa-pacar Alea." jawabku.

Plaaaak..

"Dasar anak tak tau diuntung!! Kamu itu disekolahin biat belajar, bukan buat pacaran." ucap Oma sambil menarik rambutku.

"Oma sakit.... " lirihku sambil memegang Jambakan Oma di kepalaku.

Tanpa mempedulikan rintihanku, Oma terus menyeretku ke gudang belakang. Tempat dimana Oma selalu menyiksaku.

Dan ya, sesampainya disana aku langsung menerima siksaan dan bahkan cacian dari Oma. Aku hanya bisa meringis menahan pukulan Oma.

Ctaash...

"Dasar anak sialan.. " Caci Oma sambil terus menyiksaku dengan gagang sapu.

"O-oma sakit. Am-ampun." Lirih ku.

Ctaash

Oma memukukku lagi bahkan kadang Oma juga menjambak rambutku. Rasanya kepalaku perih, seakan-akan rambutku tercabut semua belum lagi perih yang kurasakan di punggungku.

"Jadi anak tahu diri."

Lambat laun pandanganku terasa buram, kulihat Oma perlahan-lahan mulai menggelap dan kepalaku terasa berat. Aku tidak kuat lagi hingga semuanya gelap.

Aleanor (Anak Yang Terabaikan) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang