28. Rencana

477 36 0
                                    

"A real friend is one who walks in when the rest of the world walks out."
- Walter Winchell -

***

"Al, pulanglah." Suara Bunda menyita perhatianku.

"Duduk dulu tante." Ucap Okta.

Kami berempat duduk di kursi masing-masing. Bunda duduk di depanku, sedangkan El duduk berhadapan dengan Okta.

Okta kembali memanggil pelayan untuk memesan makanan dan minuman untuk Bunda dan El. Aku dan Bunda hanya diam dan saling tatap dengan pikiran kami masing-masing.

Hingga pesanan kami datang, diantara kami masih tak ada yang membuka suara.

"Pulanglah, Nak." Ulang Bunda memecah keheningan

"Maaf Bun..." Lirihku.

"Kenapa Al?" Desak Bunda.

"Alea gak bisa, Bun."

"Kamu kepikiran Ayah dan Oma? Biar Bunda yang bicara dengan mereka."Tebak Bunda

"Bukan Bun-" ucapku terpotong

"Lalu kenapa?" Potong Bunda tak sabar

"Alea pasti akan pulang setelah Alea bisa membuktikan kalo Alea itu gak salah."

Dengan ragu-ragu, Ku genggam tangan Bunda, tangan yang selama ini ku rindukan belaiannya di setiap kali aku akan tidur. Sebulan ini tak ada lagi tangan yang mengusap kepalaku sebbelum tidur.

"Tapi kapan Nak? Bunda kepikiran kamu terus."

"Sebentar lagi Bun. Alea pastikan sebelum Alea UN, semua ini pasti selesai. Bunda gak usah kepikiran Alea. Okta dan Om Ardi selama ini jagain Alea Bun. Alea kerja disini."

"Al kamu beneran kerja?" Tanya Bunda tak percaya

"Iya Bund."

"Tapi untuk apa? Kamu tinggal minta ama Bunda. Kamu anak Bunda, Nak."

"Alea ingin belajar Mandiri Bun. Kan sekalian untuk belajar kalo udah kuliah." Jawabku menenangkan Bunda.

"Kamu jadi kuliah di luar negeri?" Tanya Bunda

Pertanyaan Bunda sukses membuat tubuhku menegang seketika tapi sebisa mungkin kusembunyikan rasa keteganganku. Aku tersenyum mendengar pertanyaan Bunda.

Kuliah di luar negeri? Bahkan Sekarang, untuk bermimpikan kuliah di luar negeripun aku takut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kuliah di luar negeri? Bahkan Sekarang, untuk bermimpikan kuliah di luar negeripun aku takut.

Kurasa aku tak pantas menginginkannya, mengingat statusku hanya anak angkat di keluarga itu. Saat ini aku sudah bersyukur keluarga angkatku mau menyekolahkanku sampai lulus SMA.

Tapi kini, aku sudah mengecewakan mereka. Masih pantaskah aku bermimpi?

"Apapun yang kamu inginkan, Ayah Bunda pasti memdukungnya. Karena kamu anak kami, Al." Ucap Bunda.

Aleanor (Anak Yang Terabaikan) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang