"Perpisahan pastilah selalu menyakitkan, itu kewajaran pada manusia. Tetapi, yakinlah bahwa selalu ada rencana dibalik itu semua yang telah Tuhan rencanakan"
***
Tubuhku menegang mendengar pertanyaan ayah. Aku menunduk sambil mengigit bibir bawahku Hingga tanpa sadar Aku mengangguk pelan dengan kepala tertunduk.
"Ayah kecewa ama kamu, Al." ucap Ayah beranjak dari duduknya meninggalkan kami bertiga di ruang tamu.
"Ayah, biar Alea jelasin dulu, Yah. Ini gak seperti yang ayah kira." ucapku memohon pada Ayah.
Plaaaak
Oma menamparku kembali. Hingga darah segar mengalir di ujung bibirku. Sakit.
"Mau jelasin apa lagi sudah jelas kamu kayak gitu. Trus masih belum puas kamu ngelakuin itu, kamu malah godain pacar temen kamu. Murahan. Lalu waktu di Jakarta, kamu ke club ama cowok dan mabuk!!!." bentak Oma.
"Oma, Alea bisa jelasin. Semuanya gak kayak gitu. Alea di jebak." jelasku.
Tapi percuma, Oma kembali menamparku dan kini pertahananku runtuh. Air mataku jatuh di depan Oma dan Bunda. Ini pertama kalinya aku menangis di depan Oma, Ayah dan Bunda.
Ku hampiri Bunda yang daritadi menangis, tak ku hiraukan ujung bibirku yang kembali berdarah akibat tamparan Oma. Hatiku lebih sakit melihat wanita yang ku cintai menangis.
"Bunda jangan menangis." ucapku menghapus Air mata Bunda di pipinya. Bunda hanya diam menatapku.
"Alea minta maaf kalo udah buat Bunda kecewa ama Alea. Tapi Alea di jebak Bunda. Maafin Alea Bun. Seharusnya Alea membuat Bunda bangga tapi Alea malah ngecewain Bunda." Ucapku parau
"Jangan sok terluka kamu, Alea.!! Lebih baik kamu pergi dari sini.!" usir Oma.
Oma langsung menarik tubuhku, menyuruhku untuk keluar dari rumah Ayah Bunda. Aku melihat Bunda yang masih diam menatapku.
"Pergi kamu!!!" usir Oma menghempaskan tubuhku di lantai.
Kemudian oma melemparku dengan tas yang tadi aku bawa.
"Bunda, Maafin Alea jika sudah mengecewakan Bunda. Alea akan buktikan kalo Alea gak seperti itu." Janjiku.
"Nih bawa barang kamu. Jangan injakkan kakimu disini lagi." bentak Oma.
"Oma, Alea mau tidur di mana?" tanyaku.
"Terserah. Mau tidur di emperan atau di kolong jembatan terserah. Kalo perlu jual diri sekalian." bentak Oma.
Aku terkejut mendengar ucapan Oma. Begitu bencinyakah Oma padaku hingga tega berkata seperti itu. Oma masuk ke rumah dan kembali dengan barangku yanh sudah dimasukkan ke koper.
"Nih, bawa barang kamu. Silahkan pergi dari sini!!!" bentak Oma.
Dengan perlahan aku meraih barangku. Ku lihat Bunda menangis melihatku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aleanor (Anak Yang Terabaikan) End
Novela JuvenilBerkisah tentang kehidupan seorang Gadis kelas 3 SMA pencinta dance yang ceria, energik, keras kepala dan sedikit badgirl. Kehidupannya penuh dengan luka dan rahasia yang tersembunyi dibalik senyum cerianya. Dia selalu penasaran karena perlakuan yan...