Hangyul menggendong Sihoon masuk, membawanya ke dalam kamar. Perlahan Hangyul menurunkan Sihoon di atas kasur, memakaikannya selimut dengan benar lalu mengusap rambutnya pelan.
"Tidurlah. Sudah terlalu larut untuk pulang malam ini. Besok baru kita kembali ke kota.", ujar Hangyul lalu hendak berjalan keluar dari kamar itu. Tapi tangan Sihoon menahan mantel Hangyul. Sihoon lalu mengambil posisi duduk di kasur. Hangyul berhenti lalu menandang Sihoon yang menunduk.
"Kenapa?", tanya Hangyul.
"B-bolehkah aku menjadi egois malam ini?", Sihoon meremat selimut yang menutupi kakinya. Hangyul lalu duduk di kasur, tepat di hadapan Sihoon. Tangannya menarik dagu Sihoon, mempertemukan wajah mereka.
Wajah Sihoon benar-benar merah saat ini. Ia sendiri tidak mengerti dengan apa yang baru saja dikatakannya.
"Sihoon-ah, kau berhak untuk egois. Kau berhak menentukan kebahagiaanmu sendiri.", Hangyul lagi-lagi tersenyum penuh arti pada Sihoon.
Hangyul lalu meraih tangan Sihoon, meletakkannya pada dada kirinya.
"Kau merasakannya? Beginilah degup jantungku ketika bersamamu. Kau bertanya bolehkah kau egois malam ini, katakan padaku apa yang kau inginkan.", Hangyul tidak mengalihkan pandangannya dari Sihoon.
Sihoon menggigit gigir bawahnya. Apa yang dia inginkan?
"Aku... aku ingin bahagia. Aku ingin merasa dicintai.", Sihoon menatap Hangyul. Tatapannya jelas menunjukkan keputusasaannya.
Hangyul menarik wajah Sihoon, kembali meraih bibir manis itu. Ia memberikan lumatan pelan dan dalam pada Sihoon.
Sihoon membalas ciuman itu, ia membalas lumatan Hangyul. Tangannya yang awalnya canggung kini melingkar pada leher Hangyul, menemukan posisi nyaman disana.
Tangan Hangyul dengan lancang masuk ke dalam sweater Sihoon, menjamah perutnya. Dingin.
"Anhh~", satu lenguhan lolos dari mulut Sihoon, membangunkan sisi liar Hangyul.
Ia membuka mantelnya juga sweater yang digunakannya, kemudian tangannya juga membuka sweater Sihoon. Keduanya half naked saat ini. Sihoon malu. Wajahnya merah merona. Sementara Hangyul hanya tersenyum melihat Sihoon yang tampak manis saat ini.
Hangyul mengecup singkat bibir Sihoon sebelum akhirnya turun pada leher Sihoon, memberikan beberapa kecupan disana.
"Eughh~", desah Sihoon tertahan.
"Jangan ditahan. Suaramu indah~", ujar Hangyul lalu kembali memberi kecupan juga jilatan-jilatan pada leher Sihoon, turun hingga tulang selangkanya. Hangyul menggigit pelan dan mengesap bagian mulus dada Sihoon, memberikan tanda disana.
"Anggh~ H-Hangyuulh~"
"Hmm?", gumam Hangyul yang kini sedang bermain dengan nipple Sihoon. Lidahnya membentuk gerakan melingkar pada bagian sensitif itu.
"Annhh~ i-inii aneeh~", racaunya, tapi menikmati sentuhan aneh ini.
"Apa kau membencinya?", tanya Hangyul sembari menghentikan sebentar aktivitasnya dan menatap mata Sihoon.
Mata Sihoon tampak sayu. Ia lalu menggeleng pelan, membuat Hangyul kembali tersenyum.
"Aku benar-benar tidak akan berhenti meski kau memohon nantinya.", ujar Hangyul. Sihoon tidak mengerti maksudnya. Yang Sihoon tahu saat ini, dirinya menginginkan sentuhan Hangyul. Seperti yang ia dilakukan Hangyul tadi.
Kini Hangyul kembali meraup bibir Sihoon, sedikit lebih kasar, memberikan lumatan-lumatan tidak beraturan. Sihoon sedikit kewalahan menyamai tempo Hangyul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Under Cover 🔞 [X1 + PDX 101]
Fanfiction🔞 Tak semua hubungan terjadi hanya karena nafsu semata Oneshot Twoshot Threeshot Crackpair ? bxb area ⚠️ Kalau gak suka jangan read ya :")