WYLM-1

18.3K 469 6
                                    

Gita

Tubuhku menegang ketika memasuki kamar hotel yang sudah disetting menjadi kamar pengantin, tempatnya masih sama dengan gedung resepsi pernikahanku. Kamar ini cukup luas, kasurnya juga sangat luas sepertinya aku tidak pernah menginap di hotel dengan kasur seluas ini. Suasana kamar dibuat seromantis mungkin dengan penerangan yang temaram dan juga taburan bunga mawar di atas kamar. Ah, aku jadi malu melihat semua ini.

"aku dulu atau kamu yang mandi?", kekagumanku pada kamar hotel ini terdistraksi oleh ucapan Kak Dion - Suamiku - yang kini sudah melepas jas dan sepatunya.

"Kak Dion duluan saja deh", aku mempersilahkan lelaki itu untuk mandi dulu karena melihat dia sudah bersiap-siap

"oke, aku mandi dulu", jawabnya singkat dan dirinya menghilang di balik pintu kamar mandi. Sebenarnya aku berharap Kak Dion akan mengajakku untuk mandi bersama, hey itu yang aku baca di sebuah buku mengenai pengantin baru bukan? Menurut buku itu, mandi bersama selain dapat membersihkan diri juga dapat menjadi bonding antara suami dan istri. Mm, mungkin Kak Dion masih malu denganku.

Itu wajar sih karena kami dijodohkan oleh kedua orang tua kami, jadi aku juga belum terlalu mengenal Kak Dion dengan baik. Kak Dion itu memang lebih tua dari aku, selisih umur kami adalah 5 tahun. Usiaku sekarang 23 tahun dan Kak Dion 28 tahun. Aku juga tidak tahu kenapa orang tua kami menjodohkan kami, tapi menurut kedua orang tua kami itulah yang terbaik. Kira-kira 15 menit berlalu dan Kak Dion sudah keluar dari kamar mandi sambil menggosokkan handuk di rambutnya yang basah. Kak Dion juga sudah memakai kaos dan celana kolornya, itu diluar ekspektasi sih sebenarnya karena bayanganku dia akan keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit pinggang dan berganti pakaian di depanku. Ish, mikirin apa sih aku.

"aku udah selesai, sana kamu gantian mandi",

"iya kak"

Huh, enak banget ternyata bisa berendam di bathup full air hangat. Jika kalian tahu, tubuhku rasanya saat ini mau remuk karena sejak dua hari yang lalu prosesi persiapan pernikahan sudah dilakukan di rumah orang tuaku. Hari ini adalah puncaknya, ijab kabul dan resepsi pernikahan yang dilakukan dalam satu hari. Apalagi kolega Kak Dion ternyata sangat banyak dan aku harus menahan pegal karena menggunakan heels sepanjang hari. Sambil berendam pikiranku menerawang apa yang akan terjadi setelah ini, menurut buku yang aku baca biasanya pengantin baru akan melakukan prosesi malam pengantin sebagai penyatuan hubungan suami istri secara fisik. Ih, aku jadi gugup deh. Apa Kak Dion sudah menungguku ya?

Setelah sekitar 10 menit aku berendam, akhirnya aku memutuskan untuk keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk piyama yang disediakan hotel. Makin deg-degan rasanya menghadapi Kak Dion malam ini. Namun, berbeda dengan jantungku yang dari tadi berdegup tidak karuan, pemandangan lain justru terlihat pada Kak Dion, dia terlihat sangat tenang seiring dengan nafasnya yang naik turun teratur. Ya, dia tidur.

Dion

"papa harap kamu bisa menerima perjodohan ini Dion, usia papa sudah tidak lama lagi", papa mengatakannya dengan nada enteng seakan memutuskan sebuah perkara yang sepele

"Dion nggak kenal siapa dia pa"

"kamu akan mengenalnya nanti, perlahan. Gita itu anak dari bawahanku yang sangat loyal, kamu tahu kan ayahnya pernah menyelamatkan papa dari kematian?"

"kalau papa mau balas budi, jangan libatkan aku pa"

"ini bukan hanya sekedar balas budi, papa tidak pernah seyakin ini sebelumnya Dion"

"tapi,,"

"kamu sudah banyak lakukan penolakan, pemberontakan ke papa. Papa minta kali ini aja kamu bisa menerima keputusan papa"

Aku terdiam sejenak, berfikir apa sebaiknya jawaban yang harus aku berikan "baik. Tapi jangan paksa aku mencintainya pa", ya itulah jawabanku mengenai tawaran papa. Jawaban yang membuatku saat ini harus menikah dengan wanita yang tidak aku kenal. Gita.

Aku masih tidak mengerti kenapa papa harus menjodohkanku dengan anak dari bawahannya. Meskipun dahulu bawahannya itu memang pernah menyelamatkan papa saat papa nyaris tenggelam namun aku masih tidak terima mengapa aku yang harus membalas budi?

Aku akui bahwa Gita tidaklah jelek. Dia cukup cantik meskipun tidak secantik dan se-sexy mantan-mantanku yang dulu. Tapi bukan itu masalahnya. Aku tidak mencintainya sama sekali. Mungkin saat ini Gita sedang merasa bahagia karena sudah bisa menjadi isteri dari seorang direktur utama perusahaan properti multinasional. Ya siapa juga yang tidak mau menjadi isteri seorang Dion Mahardika yang tampan dan kaya ini. Ah, lebih baik aku tidur saja karena aku sangat lelah seharian ini karena harus menyalami ribuan orang di pesta pernikahan, apalagi rahangku ini rasanya tidak karuan lagi karena aku harus berpura-pura tersenyum sepanjang hari.

***

WILL YOU LEAVE ME?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang