WYLM-4

8.1K 272 3
                                    


Gita

Kami mendarat di airport Male sekitar pukul 2 waktu setempat dan langsung menuju resort. Di airport kami sudah dijemput oleh orang dari travel agen jadi tidak perlu memesan taksi. Ah, menjadi bagian dari keluarga Kak Dion memang ada sisi menyenangkannya seperti ini.

Sesampainya di resort kami menuju kamar atau lebih tepatnya cottage atau pondokan yang telah disediakan. Saat berjalan menuju cottage sudah terdengar sayup-sayup ombak dan juga semilir angin pantai. Resort ini didesain menyatu dengan alam yang mana ada banyak tanaman juga jalannya tertutup oleh hijaunya rumput yang sudah dipangkas rapi.

Menurut penuturan dari pegawai resort, resort ini termasuk yang paling diminati di Maldives dan sebagian besar yang ke sini memang untuk berbulan madu. Pegawai tadi juga langsung menebak bahwa kami adalah pasangan pengantin baru. Suasana resort ini gimana ya, sepi, rindang, dan sepoi-sepoi, pokoknya aku kaya lagi di planet lain karena beda banget dengan keseharianku di Ibu kota yang bising dan panas. Sampai di cottage, pegawai resort membukakan pintu dan memberikan kuncinya kepada kami.

"this resort is private resort, so you can enjoy it like yours as well, here's the key"

"thank you", ucap Kak Dion sembari tersenyum pada pegawai tadi, rasanya sudah sekian purnama aku tidak melihat senyuman itu di wajahnya.

"happy honeymoon!", pegawai resort nan ramah tadi meninggalkan kami yang sepersekian detik saling berpandangan, kikuk tidak tahu harus berbuat apa setelah ini. Saat itu juga aku langsung membuka sebuah pintu yang letaknya di depan dipan persis. Setelah itu hanya ketakjuban yang masuk ke jiwaku, memandang sebuah pemandangan yang sangat indah dan menakjubkan yang membuatku tak henti-hentinya bersyukur pada Tuhan.

Source: http://yullysebayang-travel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Source: http://yullysebayang-travel.blogspot.com/2008/05/maldives-maladewa.html

Ternyata view dari cottage kami langsung menuju bibir pantai berpasir putih dengan airnya yang jernih berwarna biru. Apalagi hari ini sangat cerah, langitnya biru dan setitik awan. Ya ampun, sungguh besar kuasaMu Tuhan sudah menciptakan alam seindah ini. Aku sedang tidak lebay sih, tapi entah kenapa aku sangat terharu dan ingin sekali menitikkan air mata saat ini.

"Kak Dion kita ke luar yuk",

"Aku capek, mau tidur dulu",

"yah,,, yaudah aku keluar dulu kak"

Huh, rasanya sudah tidak sabar untuk merasakan air laut. Entah sudah berapa purnama aku tidak liburan ke pantai. Terakhir aku ke pantai saat kelulusan SMA bersama teman-teman, itu pun hanya ke pantai utara yang pasirnya hitam dan airnya tidak sebening di sini. Ya ampun, apa Kak Dion nggak mau rasain keindahan alam ini? Ah ya mungkin kak Dion masih lelah, lebih baik aku membiarkannya istirahat.

Dion

Harus ku akui kalau tempat ini sangat menakjubkan tapi sayangnya aku tidak sepemenikmatinyanuh hati . Papa benar-benar memberiku hadiah bulan madu terbaik, andai saja aku bisa menikmati semua ini dengan orang yang ku cinta.

Malam ini aku memutuskan untuk pergi dari resort, setelah tadi siang browsing ternyata ada sebuah bar dekat resort. Daripada aku harus menghabiskan malam bersama Gita lebih baik aku keluar saja. Untung saja di dekat resort ada persewaan mobil, jadi aku bebas kemana saja dan pulang kapan saja ke resort. Setelah dua hari menikah, tidak ada pembicaraan yang berarti dengan Gita. Jadi, dia pasti akan terbiasa dengan situasi seperti ini.

Sesampainya di bar, aku memesan minum, no bukan alkohol, aku bahkan tidak terlalu suka dengan minuman itu. Yah hanya minuman ringan saja yang ku pesan. Sambil menyesap minuman yang sudah ada di depanku, aku mengedarkan pandangan ke sekeliling, ah tidak ada orang yang ku kenal. Andai saja Lauren ada di sini pasti semuanya akan berbeda, aku bisa asyik bermesraan dengan dia sepanjang hari. Ah ya, gadis itu memang cantik dan menawan, Lauren teman tidurku.

Aku mengenalnya sekitar tiga tahun yang lalu saat aku sedang kalut dan mabuk di sebuah klub di Ibukota. Awalnya dia datang untuk menghiburku namun lama kelamaan sikapnya yang selalu bisa menenangkanku membuat aku selalu ingin bersamanya. Kami hanya berteman, ya berteman, meskipun kami sudah melakukan hal bersama seperti layaknya sepasang kekasih. Aku makin merasa beruntung bisa bersamanya karena dia tidak mempermasalahkan statusnya. Bukannya aku ingin mempermainkan wanita, tapi jika papa mengetahui aku memiliki hubungan dengan wanita yang menurutnya tidak baik, papa pasti akan membuat Lauren pergi dari hidupku.

Meskipun sekarang aku telah menjadi direktur utama, namun kekuasaan papa masih cukup banyak di perusahaan. Apalagi aku juga baru setahun menjabat karena desakan papa. Aku tadinya memang tidak tertarik untuk mengelola perusahaan itu tapi apa daya aku adalah anak tunggal dan ini juga salah satu wasiat mama sebelum meninggal.

Apa yang aku lakukan saat ini semata-mata hanya karena aku ingin mewujudkan impian mama. Dulu aku adalah anak pemberontak yang tidak pernah mau mendengarkan nasihat orang tua. Sampai suatu ketika aku mendapat kabar bahwa mama sakit kanker usus, aku berusaha untuk memperbaiki semuanya. Namun semuanya terlambat karena mama harus mangkat lebih dulu.

Meskipun saat ini ada Gita di hidupku, namun aku masih belum bisa menerimanya. Entah apa yang papa pikirkan, tapi aku tidak bisa berbuat banyak. Aku berharap Gita terus seperti ini, diam dan tidak bercerita mengenai hubungan kami kepada siapapun apalagi sama papa. Bisakah Lauren menggantikan Gita saja yang menikah denganku,

"Lauren, aku rindu" 

WILL YOU LEAVE ME?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang