Dion
"Kamu salah makan kali hon makanya muntah-muntah gini", Lauren memijit tengkuk leherku yang saat ini tengah memuntahkan seluruh isi perutku di toilet
"nggak tahu, udah tiga hari kaya gini", jawabku dengan tubuh yang masih lemas. Rasanya tidak ada lagi tenaga karena semuanya keluar bersamaan dengan muntahan tadi.
Lauren membuka kaus yang ku kenakan dan mengoleskan minyak kayu putih di dada dan perut. Sedangkan aku masih memejamkan mata akibat rasa pening yang kian datang.
"Mmmm... Kamu udah pernah having sex sama istrimu?", pertanyaan itu berhasil memberiku sedikit kesadaran. Mataku mengerjap mencoba menatap Lauren yang kini tengah memandangiku.
"Belum. Kenapa?" tentu saja aku bohong
"Enggak, nanya doang. Sini balik badan aku olesin minyak ke punggung kamu"
Di waktu yang lain...
Terpaksa aku harus undur diri dari rapat tadi karena kepalaku rasanya pusing bukan main. Apalagi saat sesi coffee break tadi banyak yang membawa snack ke ruang rapat dan aromanya itu membuatku mual. Padahal biasanya aku biasa saja dengan aneka snack yang biasa di dalam rapat.
"Mira, tolong cariin obat sakit kepala ya", titahku pada Mira, sekretarisku, yang tengah asyik menatap layar komputer. Dia mengangguk dan aku masuk ke ruanganku.
Tidak lama Mira datang membawa obat yang ku minta dan juga segelas air putih.
"Pak Dion sakit ya? Beberapa hari ini saya perhatikan bapak agak pucat"
"Iya Mir. Udah beberapa hari ini aku pusing dan mual"
"Jangan-jangan Pak Dion lagi kena morning sickness"
"Morning sickness? Apa itu?"
"Itu lho pak, mual karena ngidam"
Seketika aku terdiam mendengar ucapan Mira. Morning sickness? Ngidam? Hamil? Tapi siapa yang hamil?
"Lho aku kan laki-laki mana mungkin ngidam"
"Tapi ada kok pak yang kaya gitu",
"Hm, enggak mungkinlah aku ngidam. Aku mau istirahat dulu mungkin dua jam, kalau ada yang nyari dan nggak penting bilang aja lagi sibuk"
"Baik pak. Saya keluar dulu"
Aku masuk ke dalam sebuah ruang yang ada di dalam ruang kerjaku. Untung saja aku punya kamar di sini jadi aku bisa istirahat sebentar. Ucapan Mira tadi kembali mengusikku. Kalau benar ada yang hamil lalu siapa yang hamil?
Apakah Lauren? Tidak mungkin. Dia selalu menggunakan kontrasepsi. Dia tidak mungkin mengkhianatiku dan menjebakku dengan anak. Lagi pula kalau dia hamil, pasti dia sudah memberitahukannya padaku.
Apakah Gita? Well, aku memang pernah melakukan dengannya tapi itu hanya satu kali dan saat itu aku juga tidak sadar. Tidak mungkin kan percintaan satu kali membuahkan hasil?
Aku menggeleng. Tidak, tidak mungkin. Tidak ada yang hamil. Aku hanya kelelahan. Ya, itu saja. Sebaiknya aku istirahat saja.
Di lain waktu....
Tidak pernah aku melihat Gita telanjang tanpa busana sama sekali kecuali saat ini. Dia keluar dari kamar mandi hanya berlilitkan handuk dan membukanya di hadapanku. Atau mungkin karena dia tidak peduli dengan kehadiranku.
Berkali-kali aku memejamkan mata hanya untuk memastikan apa yang kulihat adalah nyata atau tidak. Aku berusaha sekuat mungkin untuk meneguk salivaku supaya tidak menetes karena menyadari pemandangan indah itu. Tubuhnya putih bersih dan masih agak basah membuatku semakin terpana. Jelas, bukan pertama kali ini aku melihat wanita telanjang tapi entah kenapa kali ini berbeda, sepertinya Gita sangat... Seksi.
KAMU SEDANG MEMBACA
WILL YOU LEAVE ME?
RomanceAttention!! Mengandung unsur dewasa baik adegan atau konfliknya. Bijak dalam membaca Cerita singkat mengisahkan seorang wanita yang intorvert yang tidak bisa memberitahukan isi hatinya karena dibayang-bayangi oleh kejadian di masa lalu. Dia akhir...