Dion
Hari berlalu begitu cepat dan tak terasa sudah hampir delapan minggu aku berada di rumah sakit ini. Para dokter, perawat, petugas kebersihan bahkan ibu kantin pun sepertinya sudah hafal denganku. Aku memang jarang keluar dari rumah sakit ini meskipun rasanya sudah cukup membosankan. Tapi tak apalah, hanya demi membuat Gita tak takut padaku, aku akan melakukan apapun.
Selama itu juga dia mendapatkan banyak perawatan kejiwaan dengan dokter Vera. Hasilnya memang tidak bisa dilihat secara langsung tapi sudah ada beberapa kemajuan. Dia sudah mau merespon kehadiran orang lain dan pandangannya sudah tidak terlalu sering kosong. Yah meskipun dia masih tidak mau banyak mengatakan sesuatu.
Berbagai konseling sudah dilakukan bahkan dua minggu ini dia juga menjalani hipnoterapi. Menurut dokter Vera, kondisinya ini sudah membaik dan cukup siap untuk pulang ke rumah. Cukup lega mendengarnya, yang berarti aku tidak harus berlama-lama tinggal di rumah sakit ini.
Dokter Vera juga menyarankan aku untuk mulai skinship dengan Gita supaya membangun bonding diantara kami. Kira-kira sudah seminggu ini aku mencoba melakukannya meskipun awalnya dia menolak. Hanya sedikit dan pelan, aku mulai mencoba menyentuhnya saat dia sadar bukan mencuri-curi saat dia tidur seperti sebelumnya.
Setiap hari aku membelai rambutnya dan mengelus punggung tangannya yang sudah lepas dari jarum infus. Hanya sebatas itu karena aku takut dia akan menghindariku jika aku melakukannya lebih. Setidaknya seperti saat ini, aku yang mengerjap-ngerjapkan mataku karena baru terbangun. Tadi malam aku memang tidur dengan posisi duduk di kursi sebelah drankar dengan menggenggam erat tangannya dan kepalaku terkulai di sampingnya.
Saat aku terbangun, leherku rasanya mau patah karena posisi tidurku yang pasti tidak enak dilihat. Aku menggerak-gerakkan leherku ke kanan dan ke kiri dan kemudian terdengar suara retakan tulang. Namun kegiatanku itu terhenti saat aku melihat kalau Gita juga sudah sadar sepenuhnya karena dia sedang menatapku sekarang.
Buru-buru aku melepas tanganku yang masih menggenggamnya karena takut dia tidak suka. Namun di luar dari ekspektasiku, justru dia menahannya dan balik menggenggam tanganku. Aku termenung dengan tindakannya itu dan mengamati tanganku dan wajahnya bergantian.
"Aku panggil perawat dulu" Tangannya semakin menahanku saat aku hendak melepaskannya lagi untuk memanggil perawat karena mungkin dia butuh sesuatu.
"Kamu mau aku di sini?" Tanyaku yang disambut dengan anggukan kecil darinya. Aku menipiskan bibir yang juga telah melengkung sambil bernafas lega. Aku begitu terharu hingga ingin meneteskan air mata melihatnya menerimaku.
"Kamu butuh apa? Lapar? Haus?" Jam dinding di kamar ini menunjukkan pukul delapan pagi dan biasanya jam segini dia sedang makan dibantu oleh perawat. Aku menengok nakas di sebelah dan ternyata sudah ada makanan dan minuman di sana.
"Haus", jawabnya pelan. Aku mengambil segelas air putih dan membantunya menegakkan punggung untuk minum. Setelah itu aku mengambil food tray dan membuka tutupnya.
Sendok demi sendok makanan masuk ke dalam mulutnya. Jujur saja aku sedikit grogi dengan ini karena baru pertama kali aku menyuapinya. Dulu dia selalu dilayani oleh perawat karena aku memang tidak berani.
Makanan di food tray masih cukup banyak tapi dia sudah menggeleng dengan sendok di depannya. Baiklah, aku tidak akan memaksanya untuk menghabiskan itu.
"Mau mandi?" Gita mengangguk dan berusaha turun dari drankar. Setelah tidak lagi terpasang infus, dia mandi seperti biasa di kamar mandi. Aku membantu menyiapkan handuk dan juga pakaian ganti. Setelah itu dia masuk ke dalam kamar mandi, meninggalkanku yang masih berdiri di depan kamar mandi dengan pikiran kosong dan tidak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WILL YOU LEAVE ME?
RomanceAttention!! Mengandung unsur dewasa baik adegan atau konfliknya. Bijak dalam membaca Cerita singkat mengisahkan seorang wanita yang intorvert yang tidak bisa memberitahukan isi hatinya karena dibayang-bayangi oleh kejadian di masa lalu. Dia akhir...