Boleh sambil diplay musicnya gaes
Dion
Hari ini sudah satu minggu sejak Gita dirawat di rumah sakit. Menurut dokter, kondisi fisiknya sudah mengalami peningkatan dan dia pun tidak perlu dikuret karena rahimnya sudah bersih karena pendarahan waktu itu. Pemeriksaan finalnya kemarin dan saat itu juga setahuku Gita baru tahu kalau dia mengalami keguguran.
Ekspresinya? Jangan banyak berharap. Dia masih tetap diam ketika diberitahu bahwa dirinya sempat mengandung sepuluh minggu dan akhirnya keguguran. Aku tadinya berfikir kalau dia akan menjerit histeris namun ternyata tidak, dia tetap diam dan tatapannya juga kosong.
Entah kenapa aku semakin sedih melihat ekspresinya itu. Aku merasa bahwa mungkin dia sudah kehilangan rasa pada hatinya. Dan itu tidak baik, jelas tidak baik bagiku yang ingin memberi rasa baru di hatinya.
Selama satu minggu ini memang sudah ada perkembangan yang cukup baik. Gita sudah tidak berteriak dan ketakutan saat melihat orang lain. Namun, ekspresinya menjadi berubah seperti mayat hidup. Mengapa aku bilang demikian? Karena sepanjang hari dia hanya akan diam dengan tatapan kosongnya tanpa berbicara sepatah kata pun.
Namun ada satu hal yang belum berubah yaitu dia masih belum mau disentuh. Hanya dokter dan perawatlah yang bisa menyentuhnya dan oh ya jangan lupakan Sonya. Selain dokter dan perawat, hanya Sonyalah yang diberi akses untuk menyentuh dirinya. Menurut dokter karena itu adalah faktor kepercayaan.
Menyedihkan ketika kamu mendapati kenyataan bahwa kamu bukanlah orang yang dipercaya oleh istrimu. Aku terkekeh mengingat kenyataan itu. Aku menghela nafas karena dadaku kian sesak mendapati kenyataan itu. Tidak. Aku tidak boleh ikutan gila jika semuanya harus berhasil.
Hari ini dokter Vera menyarankan untuk mulai konsultasi dan pemeriksaan kejiwaan mengingat kondisi fisiknya sudah membaik. Gita sudah berada di ruang praktik dokter Vera dan aku tentu saja bersembunyi supaya dia bisa lebih leluasa dalam pemeriksaan ini. Aku terpaksa harus menyembunyikan diri di balik gorden yang ada di ruangan dokter Vera karena aku juga ingin tahu proses pemeriksaannya.
Dokter Vera mulai membuka sebuah note di depan Gita yang tengah duduk di kursi roda. Mengingat Gita sudah seminggu tiduran mungkin dia akan lebih rileks jika diperiksa sambil duduk. Posisi Gita membelakangiku jadi dia tidak curiga kalau aku berada di ruang ini.
"Jadi apa yang terjadi? Kamu mau cerita?" dokter Vera mulai memberi pertanyaan.
Lima menit telah berlalu dan tetap tidak ada jawaban dari Gita. Dokter Vera sepertinya maklum dan tersenyum "Ada yang ingin kamu sampaikan?" Lanjut dokter Vera
Cukup lama Gita diam kali ini bahkan lebih lama dari yang tadi. Sepertinya dia memang tidak mau membuka mulutnya sama sekali.
"Ada yang menganggumu?" dokter Vera belum menyerah. Ada gerakan di leher Gita, dia menggeleng. Dokter Vera cukup senang dengan respon itu begitupun aku. Setidaknya dia bisa memberikan jawaban.
Dengan volume suara yang lirih samar-samar kudengar sebuah kalimat dan itu bukan dari dokter Vera melainkan suaranya Gita "Everybody hates me --- they ignore me ---- and leave me"
Aku masih tercekat mendengarnya namun tidak dengan dokter Vera yang sepertinya merasa lebih senang dengan pernyataan Gita. Bahkan pernyataan itu sangat menyakitkan diucapkan oleh suaranya yang lirih.
Setelah itu terdengar suara isakan, ya Gita mulai menangis namun aku tak bisa melihatnya karena posisiku dibelakangnya. Isakannya semakin kuat seiring berjalannya waktu dan...
"Aaaaaaaaaaaaaaaa!!!!!!" Gita mulai menjerit sembari tubuhnya merosot dari kursi roda. Awalnya aku masih bertahan di tempat persembunyianku namun aku tidak tahan juga setelah mendengarnya menjerit terus menerus dan jeritannya makin kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
WILL YOU LEAVE ME?
RomanceAttention!! Mengandung unsur dewasa baik adegan atau konfliknya. Bijak dalam membaca Cerita singkat mengisahkan seorang wanita yang intorvert yang tidak bisa memberitahukan isi hatinya karena dibayang-bayangi oleh kejadian di masa lalu. Dia akhir...