Gita
"kamu suka banget sih gambar cewek, kemarin juga gambar cewek kan?" Tanya Reza, salah satu siswa kursus yang selalu duduk di sebelahku sejak awal. Hahaha benar juga kenapa aku selalu menggambar yang objeknya wanita ya? Mungkin karena aku memang sedang ingin sekarang. Sementara Reza sejak awal ku perhatikan juga selalu menggambar dengan objek binatang. Lukisan yang dibuat Reza selalu bagus karena menurutku lukisannya itu hidup dan mampu menyampaikan pesan yang dalam.
"kamu juga dari kemarin objeknya binatang terus, kemarin ayam, sekarang beruang kutub", jawabku
"aku lebih suka menyampaikan sebuah pesan melalui binatang"
"kenapa?"
"menurutku binatang itu primitif, pola pikirnya masih alami dan tidak dibuat-buat, jadi meskipun aku sebenarnya ingin menyampaikan pesan tertentu kepada orang lain, binatang adalah perantara yang bagus", Reza terkikik setelah menjelaskan itu padaku, mungkin dia berfikir itu agak lucu tapi aku juga setuju dengan pendapatnya.
"binatang kalau marah dia akan marah, kalau senang ya mereka akan senang, tidak ada yang disembunyikan. Beda kan nggak kaya manusia yang selalu menyembunyikan sesuatu berharap orang lain akan bisa mengetahui padahal kalau nggak dikasih tahu ya nggak tahulah ", Aku tersenyum mendengar penjelasannya lagi. Siapa sangka Reza yang memiliki penampilan yang agak urakan ini memiliki jiwa dan pemikiran seperti itu.
"kok kamu bisa berfikir kaya gitu sih?", tanyaku antusias namun sebelum Reza menjawabnya Mister Slamet sudah hadir di dekat kami. Mister Slamet memberikan pendapatnya pada lukisan Reza yang menawan itu, ada beberapa hal yang dikoreksi namun lebih kepada tekniknya saja supaya lukisannya bisa lebih dramatis.
"kalau kamu Gita, apa yang kamu lukis hari ini?", Mister Slamet berpaling ke arahku setelah selesai dengan lukisan Reza.
"masih sama Mister seperti kemarin"
"kamu lagi?"
"iya", Aku menundukkan wajah dan sedikit menggigit bibir, rasanya agak malu sih karena aku tidak mencoba sesuatu yang baru dalam dua hari ini.
"coba ceritakan lukisanmu, apa karena kamu suka bunga?"
"iya Mister, bunga bisa mewakili perasaan saya"
"lalu apa arti bunga itu?"
"i don't know, maybe,,,,, happiness?", Mister Slamet menatap lukisanku dan kemudian menatapku intens. Tidak ada tatapan marah, senang atau sedih di sana, melainkan tatapan yang menunjukkan kekhawatiran.
"sometimes we don't understand that the source of happiness is not from outside but our bodies, you carry so much love in your heart, give it some..... to yourself" Aku tersentak mendengar ucapan Mister Slamet barusan, apa yang dia katakan seakan menohok langsung di relung jiwaku yang selama ini tidak tersentuh oleh sebuah perhatian, membuatku merinding dan hanya bisa ternganga karena tidak bisa berkata apapun. Seakan tahu bahwa dirinya telah menembak langsung di titiknya, Mister Slamet berlalu begitu saja seraya memberikanku seutas senyum hangatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WILL YOU LEAVE ME?
RomanceAttention!! Mengandung unsur dewasa baik adegan atau konfliknya. Bijak dalam membaca Cerita singkat mengisahkan seorang wanita yang intorvert yang tidak bisa memberitahukan isi hatinya karena dibayang-bayangi oleh kejadian di masa lalu. Dia akhir...