WYLM-19

5.1K 271 8
                                    

Dion

Brakk!

Terdengar sebuah benda jatuh tidak jauh dari tempat tidurku sekarang, dan ternyata benar saja saat aku menoleh ada orang yang berdiri di depan pintu menatap kami dengan pandangan yang kaget. Semuanya terjadi begitu cepat, Gita langsung berlari saat aku mencoba turun dari ranjang dan mengejarnya.

"Gita tunggu!"

Aku tak bisa berlari lebih jauh untuk mengejarnya saat dia sudah keluar karena kondisiku yang tidak berpakaian saat ini. Aku duduk di ruang tamu dengan tanganku memijit pelipisku. Rasanya tiba-tiba pusing sekali di sana. Jantungku pun berdetak lebih dari biasanya sekarang.

"hon, is she your wife?", Lauren membawakan selimut yang langsung ku raih untuk menutupi bagian bawahku, sementara dia masih terbalut dengan selimut lainnya. Aku tak menjawab pertanyaan Lauren, seharusnya dia tahu jawbannya dengan melihatku saat ini.

Ya, aku bahkan tidak tahu harus berfikir apa setelah mengetahui Gita melihat kami berdua di kamar, tanpa busana. Rasanya hanya bingung dan sangat panas di dada. Berkali-kali aku menghela nafas kasar dan memaksa udara untuk masuk ke dalam dadaku.

"i'm sorry hon, harusnya kita nggak lakuin itu di sini"

"kamu pulang aja, aku butuh sendiri dulu"

Tanpa ada pembicaraan lagi, Lauren bergegas pergi dari sini. Dia sempat mendekatiku dan mengelus rambutku. Tapi ku tolak tangan itu. Sudah cukup aku melakukan kesalahan dengannya tadi dan dia tidak seharusnya memberi perhatian lagi padaku.

"aku pulang dulu hon", ucapan itu disusul dengan tertutupnya pintu apartemen.

Fikiranku masih kosong, Gita jelas bilang akan menginap di rumah orang tuanya malam ini tapi kenapa dia ada di sini tadi? sekarang aku harus mencarinya di mana? Apa dia mau memaafkanku?

"Arrrrggghhhhh!!!!!!"

***

Author

"i'm sorry, but she needs me", ucap Sonya dengan Kevin, kekasihnya, yang kini sudah ada di ambang pintu.

"i know, kalau ada apa-apa langsung call me ya",

"sure"

"aku balik dulu", Sonya mengangguk dan menutup pintu unit apartemennya saat Kevin sudah berjalan menjauh dari sana. Saat Gita datang tadi memang sedang ada Kevin tapi dengan kondisi Gita yang cukup tragis dan tidak bisa diam karena terus menangis membuat Sonya harus 'mengusir' Kevin karena dia tahu saat ini sahabatnya itu sangat membutuhkannya.

Sonya memandang Gita yang masih terbaring di kasurnya dengan tatapan nanar. Dia belum tahu apa yang terjadi dan lebih baik menunggu Gita tenang untuk menceritakannya.

"hey udah baikan? nih minum dulu, kamu pucet banget, udah makan?" tanya Sonya dengan kelembutan yang disambut dengan gelengan kepala lemah oleh Gita.

"aku ambil makan dulu ya", Untuk saat seperti ini Sonya tahu bahwa dia tidak boleh memaksa Gita untuk bercerita dulu apalagi melihat wajahnya yang pucat dan tubuhnya yang lunglai. Sonya tahu pasti ada sesuatu yang cukup serius sehingga membuat Gita menjadi seperti sekarang ini.

Sonya adalah sahabatnya sejak kuliah, tapi dia seakan tahu seluruh kisah hidup Gita dari awal hingga akhir. Terkadang Sonya tidak habis fikir kenapa ada orang sekuat dan sesabar Gita, kalau Sonya menjadi Gita pasti tidak akan kuat dan menyerah dengan hidup ini.

Itulah yang membuat Sonya tetap menjadi sahabatnya hingga sekarang karena dia tahu Gita adalah satu dari seribu orang. Tidak banyak orang yang mampu seperti Gita dan Sonya juga belajar banyak dari sahabatnya itu. Setidaknya jika Sonya ingin berbuat jahat pada orang, dia selalu teringat pada Gita. Bahkan orang tua Sonya cukup heran dengan perubahan anaknya yang dulu sewaktu sekolah usilnya bukan main.

Sonya menyiapkan nasi dan sayur sop kaki kambing, menu dinnernya dengan Kevin tadi yang masih tersisa. Tidak ada makanan lain selain itu, jadi Sonya tidak punya pilihan.

"babe, makan dulu ya. Aku suapin", Sonya menyodorkan sendok berisi nasi dan sop yang direspon dengan mulut Gita yang terbuka. Tidak banyak, hanya lima sendok yang mampu Gita telan karena perutnya mual. Mungkin karena asam lambungnya naik akibat telat makan.

"so, udah siap cerita?" Tanya Sonya sambil mengusap kepala Gita

"aku nggak tahu harus mulai dari mana"

"mm,, Dion,,, is he cheated on you?" Sebenarnya Sonya ragu dengan pertanyaan itu dan berharap jawabannya adalah tidak. Namun ternyata Gita malah mengangguk sambil menangis lagi.

"oh Gosh, i'm sorry", Sonya mencoba menenangkan Gita dengan cara memeluknya. Dia sudah menduga ini akan terjadi. Sudah cukup lama Sonya merasa ada yang tidak beres dengan pernikahan Gita tapi dia mencoba untuk positive thinking.

"Nya, apa kamu juga bakal nyakitin aku?"

"Enggak, tentu enggak! Kita kan sahabat"

"Lala used to be my best friend, but she also did that",

"Gita, aku bukan Lala. i'm not going anywhere, tust me" Sonya mencoba meyakinkan Gita. Dia tahu saat seperti ini pasti Gita mengalami trust issue yang berat.

"It hurts Nya, It hurts me so much", isakan Gita makin menjadi-jadi kali ini.

"why? why did everything happen to me? do you think i deserve to be happy, don't you?"

"yes, of course! you deserve to be happy"

"but WHY?!!" Nada suara Gita meninggi mempertanyakan mengapa semua ini terjadi pada dirinya. Sonya diam, dia tidak mampu menjawab karena dia pun tidak tahu mengapa semua ini terjadi pada Gita. Ia merasa itu bukan kuasanya untuk menjawab hal itu.

"rasanya dalam sini sakit banget", Gita menepuk dadanya cukup keras, ia ingin menunjukkan bahwa di dalam sana ada untaian rasa sakit tak berujung yang kini sudah tak terbendung lagi.

"it's like a nightmare, but it's real"

"Menangislah git, menangislah..", setidaknya hanya itu yang muncul dari bibir Sonya. Ia pun tak tahu, yang pasti dia tahu bahwa menangis adalah salah satu cara untuk meluruhkan segala rasa sakit yang ada di dalam dada.

WILL YOU LEAVE ME?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang