4

459 47 1
                                    

"Hah tuh ada yang mau anterin pulang. Eh btw tapi siapa ya?" tanya Ival dari seberang sana yang memang ia tak tau jika Gina sedang bersama Tara saat ini.

"Siapa lagi kalo ngak anak yang baru aja lahir tadi pagi" jawab Gina dengan ketusnya dan melirik Tara dengan sinis, tetapi justru Tara justru menyunggingkan senyum lebarnya seolah-olah Gina baru saja memujinya.

"Sipp donggg biar ngak ribet. Heh Tara anterin buboss pulang sampe rumah ya, jagain baik-baik jan sampe lecet sedikitpun"

"Dengan senang hati" jawab Tara semangat, tak lupa senyuman manis ia ukir sebagai tanda jika ia menang. Gina memutar bola matanya malas, mengapa begitu malang nasipnya??

"Gue ngak mau" tolak Gina mentah-mentah.

"Udah lah bubos bareng si Tara ngak papa, dari pada naik taksi terus digodain om om kaya waktu itu"

"Jaga ya mulut looo"

"Eittsss sorrryyy" jawab Ival dengan entengnya seraya menahan tawanya yang ingin meledak saat ini. Gina menghembuskan napasnya pasrah.

"Ya udah oke, gue bareng Tara" jawab Gina ketus seraya menutup panggilannya secara sepihak.

"Yesss" guman Tara pelan namun masih bisa didengar jelas oleh Gina.

"Kenapa lo seneng banget??"

"Nggak papa kok" jawab Tara tanpa memudarkan senyumnya sedari tadi, entahlah mengapa Tara begitu terlihat bahagia. Tetapi yang perlu kalian ketahui Gina tak peduli itu.

Tara menaiki speda mininya, dan disusul Gina dibelakangnya. "Udah mbak??" tanya Tara penuh semangat sedangkan Gina hanya berdehem saja sebagai jawaban.

Speda mini berwarna pink yang memiliki keranjang berwarna putih itu mulai melaju meninggalkan halte. Dengan santainya Tara mengayuh speda mininya sedangkan Gina hanya mengumpat dalam hati, merutuki kebangsatan temannya. Sepanjang perjalanan hanya suara kendaraan bermotor saja yang terdengar mereka sama sama diam, fokus pada pikirannya masing-masing.

"Alamat rumah mbak mana ya?" tanya Tara memecah keheningan.

"Udah jalan aja, nanti gue kasih tau belokkannya"

"Iya mbak, tapi maksut saya itu rumah mbak sama rumah saya jauhan mana? Kalo jauhan rumah embak, nanti ke rumah saya dulu terus saya anter pake motor. Tapi kalo rum-"

"Rumah gue jauh" potong Gina cepat, Tara kembali menyunggingkan senyum lebarnya. Entahlah ia begitu terlihat bahagia saat ini.

"Oke, tapi mbak mau kan kerumah saya dulu?"

"..."

"Tapi disini saya tinggal sama tante saya mbak, soalnya baru pindah belum beli rumah"

"..."

"Ngak papa kan mbak?"

"Iya serah looooooo, denger NGAKKK???" kesal Gina karena Tara tak kunjung diam juga. Tara terdiam membisu dan memilih untuk diam saja. Ia tak mau membuat Gina kesal, ia juga tak mau membuat Gina marah, lalu apa yang bisa ia lakukan untuk menjalankan rencananya? Waktu yang ia punya tidak banyak, dan respon yang Gina berikan tak begitu mendukungnya. Ya Tuhan tolong bantu Tara untuk menjemput pengantinya.

***

Sebuah motor Vespa berhenti tepat didepan rumah Gina. Gina segera turun dan melepas helm yang ia kenakan. Tara melempar senyum manisnya untuk wajah kusut Gina.

"Nih,,, makasih" ketus Gina seraya menyodorkan helm ditangannya. Tara menerimanya dengan senang hati, tak lupa senyum manis yang selalu menghiasi wajahnya.

My Bride (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang