31

197 19 10
                                    

Malam yang dingin tak membuat niat Tara goyah sama sekali, ia justru semakin semangat untuk menjemput Gina. Dari sekian lama ia bersama Gina, ini untuk pertama kalinya ia makan malam berdua. Tara tak tau harus memberi kejutan apa untuk Gina, ia bukan tipe cowok yang romantis padahal semua cewek itu suka diperlakuakan romantis. Entalah lebih baik menjadi diri sendiri aja.

Mobil berhenti. Cowok berkaca mata itu turun dan bersandar pada mobilnya. Perlahan ia melepas kaca matanya untuk membersihkan debu yang menganggu lensanya. Kabur-kabur ia melihat seorang wanita memakai dress keluar dari ambang pintu dan dikawal oleh dua orang cowok. Tara mengerutkan keningnya dalam, siapa??

Kaca mata itu perlahan terpasang tepat didepan matanya.

"Gina??"

Seorang gadis cantik bernama Gina itu tersenyum manis. Tara bergegas menghampirinya dan melihat gadisnya mulai dari atas sampai bawah. Gina benar-benar terlihat cantik menggunakan dress yang Tara pilih waktu itu, bukan hanya itu saja. Diwajah cantik itu juga terpoles sedikit bedak dan sebuah liptin membuat bibir itu terlihat begitu lembab. Rambut yang semula selalu tergerai bebas kini terjepit keatas rapih sehingga memperlihatkan leher jenjang milik Gina.

"Kamu cantik bangett" puji Tara takjup membuat Gina harus menggigit bibir bawahnya malu.

"Cieee-cieee"

"Apaan sih lo berdua" kesal Gina karena godaan Ival dan Aldi membuatnya semakin merah meronna. Tara meraih tangan Gina membawanya agar lebih dekat dengannya.

"Uluh uluhh, buboss sama pakboss cocok banget deh. Terus kitanya kapannn" ucap Aldi haru melihat sepasang insan didepannya ini. Gina semakin dibuat tidak tahan, rona dikedua pipinya juga semakin terasa panas.

"Ciee merah, kaya kepiring rebut" goda Ival diikuti tawa meledeknya. Gina menggigit bibir bawahnya kuat dan bersembunyi dibalik punggung Tara. Ival dan Aldi benar-benar sialan, nggak tau apa Gina nahan malu setengah mati.

"Udah, ayok Tarr" bisik Gina pelan agar tidak ada yang mendengarnya kecuali Tara.

"Oma, Tara pamit dulu ya" ucap Tara seraya mencium punggung tangan wanita paruh baya itu, oma tersenyum manis dan memegang bahu Tara lembut, "iya hati-hati ya"

"Siap oma"

"Loh, nggak pamitan sama kita juga nihh??" sindir Ival melihat hanya oma saja yang dimintai izin namun sebelum Tara berucap kembali Gina segera menarik tangannya.

"Udah ayok, nggak usah dengerin mereka" Gina menarik tangan Tara paksa agar ia bisa menjauh dari godaan Ival dan Aldi. Sesampainya dimobil mereka berhenti.

"Tunggu-tunggu. Kamu mau kemana sih?" tanya Tara menatap manik Gina dengan senyum lebarnya.

"Mau makan sama lo"

"Kenapa mesti dandan cantik kaya gini, hm?"

"Ya udah, gue ganti aja" rajuk Gina berniat untuk kembali masuk dan mengganti pakaian serta menghapus polesan bedak diwajahnya.

"Eits, ngambek ya"

"Enggak, minggir lo. Gue mau lewat"

"Nggak usah ganti, kamu cantik kok. Aku suka" Gina terdiam tersipu malu.

"Kenapa kamu nggak ngomong sama aku kalo bakal dandan cantik kaya gini hm??"

"Kalo gue bilang keelo, nggak surprise dong namanya"

Swittt swittt

Suara siulan itu terdengar keras sehingga menganggu perbincangan Gina. "Masuk dulu, digangguin mulu" ucap Tara seraya membukakan pintu untuk Gina, Gina masuk dengan perasaan degdegan. Seumur hidup Gina baru kali ini merasakan gugup, malu, takut semuanya menjadi satu sampai sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata.

My Bride (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang