30

199 18 2
                                    

Suara kuas dan dinding yang saling bergesekan memenuhi keheningan yang ada. Gina hanya bertopang dagu memperhatikan Tara dalam diam. Apa yang kurang dari cowok berkaca mata ini?? Baik, sabar, kaya, berbakat tapi kenapa hati Gina belum seutuhnya terbuka untuknya?? Mengapa nama Handit begitu kuat didalam hatinya, apa yang harus Gina lakukan untuk melupakan Handit dan membiarkan Tara sebagai gantinya??

"Ginaa" Gina terbelabak saat Tara melambaikan tangan didepan wajahnya.

"Kamu kenapa bengong??"

"Ahh itu nggak papa kok, kagum aja sama lukisan lo" bohong Gina.

"Tapi aku nggak bisa cat semua kamar kamu nggap papa ya. Nanti aku suruh orang lanjutin soalnya aku harus pulang, ibu aku dirumah sendirian" ucap Tara seraya meletakkan kuas yang ia pegang, Gina tersenyum. Ini kesempatannya untuk ikut dan mencari tau pasal album My Bride itu.

"Gue ikut ya"

Tara mengerutkan keningnya bertanya, "ikut kemana?"

"Kerumah lo"

"Kamu serius mau kerumah aku? Bukannya kamu takut ya sama ibu aku?" tanya Tara heran, itu artinya Gina ada maksut tertentu.

"Kan ada elo, kenapa mesti takut?"

"Ya udah deh terserah kamu, tapi kalo oma nggak izinin kamu pergi nggak usah ikut ya?"

"Oma pasti izinin kok, lo tenang aja" jawab Gina begitu yakin. Kini mereka berdua segera membereskan kaleng cat yang berserakan, dan mengembalikan satu persatu barang-barang Gina ketempat semula.

Tara berkacak pinggang mengamati seisi kamar Gina. Baru saja ia lukis satu sisi, tapi suasana kamar ini sudah berubah total. Dulunya yang begitu suram kini terlihat cerah karena warna yang terpancar dari bunga sepatu yang ia lukis.

Gina terduduk disisi ranjang menatap satu sisi dinding kamarnya yang sudah tidak polos lagi. "Tar makasih ya, lo udah mau gambarin dinding kamar gue"

"Iya, lagian apa sih yang enggak buat kamu?" Tara tersenyum manis meraih rantang yang ada diatas meja. "Ayo" ajak Tara seraya mengulurkan tangannya untuk Gina, Gina menerimanya.

Mereka berdua menuruni anak tangga secara bersamaan, "loh? Udah baikkan?" kaget oma melihat Gina sudah lebih baik dibanding kemarin.

"Oma tau, Gina sakit karena kangen sama Tara" lapor Tara dibalas pelototan dari Gina.

"Oh ya?? Pantesan sekarang langsung sembuh"

"Oma, Tara mau ajak Gina kerumah boleh kan?"

"Kamu yang ajak, apa Gina yang mau ikut?" tebak oma karena terlalu hafal dengan cucunya yang tidak betah berada dirumah.

"Hehe, Gina yang mau ikut" jawab Tara menyengir kuda.

"Ya udah gapapa, tapi kamu jaga Gina baik-baik ya" pesan oma seraya membelai rambut Gina lembut. Gina hanya tersenyum dan semakin menempel para Tara, jujur tubuhnya masih terasa lemas belum seutuhnya pulih seperti semula, tetapi Gina harus kuat, Gina harus menemukan jawaban tentang kejanggalan yang ia rasakan.

"Siap oma" jawab Tara beringsut mencium punggung tangan oma Raya, dan diikuti Gina dibelakang. Mereka berdua melangkah keluar dengan tangan yang masih menggenggam satu sama lain.

Tara membukakan pintu untuk Gina membuat Gina segera masuk. Kini Tara berjalan memutar dan duduk dijok kemudi.

Sesampainya dirumah megah milik Tara kedua remaja itu keluar secara bersamaan.

"Gina, kamu masih pusing?" tanya Tara khawatir melihat raut wajah Gina masih terlalu kusut.

"Udah enggak kok, cuma masih lemes aja"

My Bride (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang