23

180 23 7
                                    

Jam terakhir kosong, hanya tinggal menunggu beberapa detik lagi bell pulang berbunyi. Gina, Tara, Ival serta Aldi sudah didalam mobil menunggu gerbang dibuka. Mereka berempat berencana pergi ke mall sepulang sekolah.

"Pakboss, nanti kita ditraktir belanja ya??" ucap Aldi dari belakang.

"Gampang, tapi aku kerumah dulu" jawab Tara diangguki oleh Ival dan Aldi.

"Kalo mau belanjain tuh curut kasih batesan Tar, ntar habis jutaan" peringat Gina agar tidak ribet nantinya. Tara hanya tersenyum mendengar kalimat Gina.

"Jangankan sejuta dua juta, mau beli mallnya sekalian kalo itu buat kamu aku sanggup kok"

Hening

"Nikah sama Aldi aja pakboss, Aldi mau kok dibeliin mall" sahut Aldi dan dibalas jitakan oleh Ival.

"Enak aja, lo pikir Tara homoan kaya lo gitu" serkas Gina tidak terima. Aldi dan Ival saling lempar pandang sebelum senyum mengoda mereka ukir.

"Cieee, pak bossnya aja diem kok buboss yang sewot ciee-ciee"

"Takut diembat sama Aldi ciee, cieee" goda Aldi dan Ival secara bergantian. Gina terdiam dan membuang pandangannya untuk menyembunyikan rona merah dikedua pipinya. Sialan, kalimat tadi begitu reflek ia ucapkan, ia tak ada niatan untuk yang aneh-aneh sama sekali.

"Aaaa Aldi baper anjayyyy" pekik Aldi memegangi kedua pipinya. Gina hanya diam dan memandang keluar kaca, ia benar-benar tak bisa menahan hastrad didalam hatinya.

Entah mengapa akhir-akhir ini Gina merasakan sesuatu yang berbeda jika itu menyangkut soal Tara. Ia juga tak menyadari perasaan ini muncul sejak kapan, yang ia tau ia dan Tara hanyalah teman.

Perlahan Tara mengijak gasnya membuat mobil yang mereka tumpangi bergerak perlahan sebelum parkiran mulai macet. Gina kembali menegakkan badannya menatap lurus pada jalanan, sedangkan Ival dan Aldi masih ribut dibekalang. Entah apa yang mereka bahas Gina tak peduli itu.

Perempatan-perempatan Tara lalui, belokan demi belokan Tara lalui sampai dimana ia membanting stirnya memasuki halaman rumah bak istana. Tiba-tiba Ival dan Aldi terdiam saat mobil Tara berhenti.

"Ayo, masuk dulu. Ada ibuk kok didalem" ajak Tara sebelum ia keluar dari dalam mobil. Ival dan Aldi saling lempar pandang tak percaya dengan rumah yang besar ini.

"Buboss emang ini rumahnya Tara ya?" tanya Ival memastikan. Gina menggelengakan kepalanya pelan.

"Gue juga nggak tau, setau gue bonyoknya Tara tuh di Solo terus dia tinggal sama bu Fatma. Kalo soal rumah ini gue nggak tau" jelas Gina karena memang ia tak tahu apa-apa soal ini.

Perlahan bagasi mobil terbuka memperlihatkan Tara yang tengah mengambil kursi roda. Ival dan Aldi segera keluar meninggalkan Gina yang masih terdiam ditempat, mengamati rumah bak istanah ini. Tara anak orang kaya??

Gina segera menormalkan keterkejutannya saat melihat Tara  membuka pintu mobilnya. Tara mengulurkan tangannya dan diterima olah Gina. "Tar, ini rumah lo?" tanya Gina ketika ia sudah duduk dikursi roda.

"Cuma sewaan"

"Lo nyewa rumah segede ini??"

"Nggak tau, ayah yang sewa soalnya" jawab Tara tidak sesuai kenyataan. Rumah ini Tara yang sewa untuk tempat tinggal ibunya sementara. Meskipun hanya sementara Tara tak akan membiarkan ibunya tinggal dirumah yang sempit dan kotor, karena bagi Tara rumah sebesar ini belum seberapa.

"Jadi lo resmi pindah ke Jakarta?" tanya Gina sukses membuat Tara diam. Ia harus memakai alasan apa soal ini??

"Emm-"

My Bride (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang