18

255 24 2
                                    

Ini bukanlah soal senja yang selalu dirindukan tetapi soal fajar yang selalu dinantikan
.
.
.
.

Semangat puasanya:*
Gina keluar dari kamar mandi dengan keadaan yang lebih segar dari sebelumnya. Ia menggerakkan kursi rodanya menghampiri Tara yang terduduk bersandar pada tembok, kedua tangannya ia melipat didepan dadanya untuk menjaga keseimbangan.

"Tar" panggil Gina, namun Tara tak bergeming.

"Owh tidur rupanya" guman Gina melihat Tara yang tak bergeming sama sekali. Gina beringsut untuk mengambil sisir diatas meja dan mulai menyisir rambutnya. Sesekali ia menatap Tara memastikan jika cowok itu benar-benar tidur atau hanya berpura-pura tidur saja.

Gina kembali menggerakkan kursi rodanya dan berhenti tepat didepan Tara. Ia bertopang dagu memperhatikan Tara yang tengah tertidur, kasihan Tara pasti kecapean seharian harus temenin Gina.

"Lo itu malaikat yang Tuhan kasih buat gue Tar. Gue harap Lo nggak bakal tinggalin gue apapun keadaannya" guman Gina seraya tersenyum menatap wajah Tara sendu.

Perlahan kedua tangan Tara bergerak untuk menggesek lengannya, ia terlihat seperti kedinginan.

Gina beringsut mengambil selimutnya dan menutup tubuh Tara agar tidak terkena dinginnya angin malam yang masuk melewati pintu balkon kamarnya. Perlahan Gina menyingkirkan rambut Tara yang menutupi keningnya. Tara terlihat lucu jika tertidur seperti ini, Gina pen cubit rasanya.

Manik itu terbuka untuk menyesuaikan cahaya yang masuk. Tara tersentak kaget melihat Gina ada disampingnya. Gina tersenyum menatap manik merah itu, Tara benar benar tertidur tadi, terlihat dari matanya yang merah.

"Kamu udah selesai mandinya??" tanya Tara seraya berusaha untuk menegakkan badannya, ia belum menyadari soal selimut yang menutupi tubuhnya. Pikirannya belum pulih sepenuhnya.

"Udah dari tadi"

"Kok kamu nggak bagunin aku?" tanya Tara seraya mengucek sebelah matanya.

"Elo kelihatan capek banget, nggak tega gue mesti bangunin lo" jawab Gina seraya mengukir senyumnya. Tara menarik selimut yang menutupi tubuhnya dan menatap Gina bertanya.

"Itu tadi gue yang kasih, habisnya lo kelihatan kalo kedinginan" jelas Gina dan dibalas senyuman oleh Tara. Tara bangkit dari duduknya meletakkan selimut itu ke atas ranjang.

"Makasih ya, aku mau pulang udah malem" pamit Tara berniat untuk keluar, namun tangan mungil Gina menahan lengan Tara. Gina menggelengkan kepalanya saat Tara menatapnya.

"Tunggu sampe gue tidur ya, pleaseee" mohon Gina begitu berharap. Tara melirik jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, bagaimana ini??

Tara tersenyum "ya udah" putusnya seraya mendorong kursi roda Gina membawanya mendekat keranjang. Tara mengangkat tubuh Gina dan meletakkannya ke atas ranjang. Gina tersenyum senang sekaligus tersenyum puas.

"Kamu tidur gih, aku tungguin sampe tidur" pinta Tara membantu Gina untuk tiduran, Gina tersenyum menatap Tara yang tak pernah mengeluh mengenai apa yang ia inginkan ataupun apa yang sudah ia perbuat meski itu sedikit menjengkelkan.

Tara menarik selimut Gina dan menutup seluruh tubuh Gina kecuali kepadanya. Tangan Tara terulur untuk membelai rambut Gina lembut, Gina tersenyum diperlakukan seperti itu, andai ia bisa seterusnya seperti ini mungkin ia akan menjadi orang paling bahagia dunia ini. Tapi semua itu hanyalah kata 'andai'

Gina mulai memejankam matanya. Tiba-tiba dibenak Gina terlintas jika ia nanti benar-benar berjodoh dengan Tara dan hidup dalam satu rumah. Pasti Tara akan berprilaku lembut kepadanya setiap hari. Aahh Gina tak bisa membayangkan itu.

My Bride (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang