16

229 28 0
                                    

Ada typo kasih tau!!
Malam ini Gina duduk termenung dibalkon kamarnya. Ia menatap sebuah kanvas bergambarkan dirinya pemberian Tara kemarin. Sedari tadi siang sepulang sekolah Gina hanya sibuk menatap layar ponselnya berharap Tara akan membalas ratusan pesan yang ia kirim.

Tara mendadak tak ada kabar bak hilang ditelan bumi setelah kejadian tadi siang, Gina tak faham mengapa Tara bisa marah kepadanya?? Tara juga sempat bilang jika dirinya akan pergi ke Solo, itu artinya ia pulang kerumah orang tuanya. Bagaimana jika Tara tak kembali kesini lagi??

Gina mulai cemas memikirkan Tara, sampai Opanya masukpun ia tak menyadarinya. "Gina" panggil Opanya. Gina masih diam memandangi ponselnya.

"Gina"

"Eh Opa?? Udah pulang?" kaget Gina. Opa Sinyo tersenyum menatap cucunya yang sudah tak memakai anting dan juga gelang.

"Cucu Opa cantik bener hari ini, habis dari mana?" tanya Opa Sinyo seraya duduk disamping Gina. Gina tersenyum.

"Nggak dari mana-mana kok Opa" jawab Gina sesuai kenyataan. Pria itu tersenyum menatap cucu kesayangannya intens, meski Gina tersenyum seperti ini tetapi Gina tak pernah bisa menyembunyikan kesedihannya lewat sebuah senyuman. Gina tak pandai berbohong dan Opanya sangat tau soal itu.

"Kamu lagi nunggu apa?" tanyanya melihat Gina terus terfokus pada layar ponselnya. Gina tersenyum paksa, dan menunjukkan ponselnya.

"Tara nggak balas pesan dari Gina Opa" tunjuk Gina.

Opa Sinyo tersenyum, "mungkin teman kamu itu lagi ada urusan jadi nggak bisa bales pesan dari kamu" nasihat Opa namun membuat Gina semakin merasa cemas. Sesibuk apa sih Tara, sampai tidak bisa membalas pesannya??

"Tapi Opa, Tara sebelumnya nggak pernah kaya gini. Dari tadi sepulang sekolah nomor Tara nggak aktif" ucap Gina menjelaskan kecemasannya.

"Tapi tadi temen kamu itu sekolah kan?" Gina mengangguk.

"Itu tandanya temen kamu itu nggak kenapa-kenapa. Mungkin hpnya rusak atau emang ada acara gitu. Kamu nggak boleh terlalu cemas kaya gini" tutur Opa lembut. Gina berdecak dan menghentakkan kakinya kesal.

"Opaa, Opaa tuh nggak tau yang Gina rasainnnn" rengek Gina kesal dengan Opanya yang selalu optimis thinking, berbeda dengannya yang kerap sekali berpikir buruk.

"Emm, ya udah kalo gitu kita samperin kerumahnya aja gimana. Kamu tau kan rumahnya?" Opa Sinyo memberi saran, Gina mengangguk setuju. Tetapi jika ia dan Opanya bertamu kerumah Tara malam-malam seperti ini, apakah bu Fatma akan menyambutnya dengan baik?

"Tapi Opa"

"Tapi kenapa? Dari pada kamu cemas kaya gini mendingan langsung samperin kerumahnya aja biar nggak berburuk sangka terus" Gina menganggukkan kepalanya patuh dan berlalu mengikuti Opanya menuju mobil.

Perlahan mobil yang mereka naiki mulai melaju meninggakkan rumah. Opa Sinyo terfokus pada jalanan sedangkan Gina hanya menatap kosong kedepan.

"Kamu suka ya sama temen baru kamu itu?" tanya Opa. Gina menggelengkan kepalanya.

"Kalo Kamu nggak suka, kenapa mesti khawatir hayoo??"

Gina menghela napasnya kasar, ia tidak suka dengan Tara hanya saja Gina tak mau kehilangan Tara. Tara adalah sosok malaikat yang tuhan turunkan untuknya, dan Tara tidak boleh pergi begitu saja tanpa seizinnya.

Mobil yang mereka tumpangi berhenti didekat rumah wanita harimau itu, Opa Sinyo melepas setbetnya dan berniat untuk turun dari mobil namun Gina menahannya.

My Bride (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang