9

312 31 1
                                    

Tara terduduk disamping Gina seraya merasakan tengkorak hidungnya seperti mau pecah. Sesekali Tara melirik Gina yang tengah melamun dan ditemani oleh seputung rokok ditangannya. Entah mengapa Gina sekarang seperti tak peduli kepadanya, Gina tidak seperti kemarin yang selalu khawatir dengannya. Apa yang sebenarnya terjadi?

"Masih sakit Tar?" tanya Ival ketika melihat hidung Tara terus mengeluarkan darah segar. Tara menggelengkan kepalanya pelan.

"Udah agak mendingan kok"

"Syukurlah"

Sekarang Gina seolah-olah tidak peduli dengannya tetapi mendadak Ival begitu peduli dengannya. Ada apa ini?? Mengapa mereka semua sangat membingungkan?? Apa yang harus Tara lakukan untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi?

Tara memilih untuk diam saja dan fokus kepada darah yang terus mengalir dari hidungnya. Sesekali Tara melirik Gina yang terus menghisap putung rokok. Ival memperhatikan Tara yang berusaha mencari celah untuk mengintip Gina.

"Tar" Tara mendongak menatap lawan bicaranya, Ival tersenyum.

"Temenin gue kekantin yok" ajar Ival dengan senyum ramahnya. Disaat Tara ingin bangkit dari duduknya tangan Gina menahan lengannya.

"Enggak, Tara tetep disini sama gue" ucap Gina tanpa melirik Tara dan Ival sedikitpun. Tara menatap tangan mungil Gina yang menahan lengannya, lalu menatap wajah Gina yang terlihat penuh amarah dan rasa cemas.

Ival berdecak, "ck, bentar doang" paksa Ival seraya menarik tangan Tara membuat Gina bangkit dari duduknya dan menatap Ival tanpa ekspresi, Ival pun balik menatap Gina lalu mendongakkan kepalanya menantang.

"Kalo menurut Lo keputusan gue salah, bantu gue buat tebus kesalahan gue" ucap Gina datar tanpa ada sedikitpun nada yang naik atau pun turun. Ival tersenyum remeh.

"Nebus lo bilang? Nebus pake nyawa lo?" sengit Ival menatap Gina penuh remeh. Tara hanya dibuat bingung karena tak tau apa yang kedua insan ini debatkan.

"Eemm, Aldii" panggil Tara saat melihat Aldi baru saja masuk kelas seraya membawa dua kareng fanta ditangannya. Aldi tersenyum ramah kepada Tara dan melambaikan tangannya sebelum ia berlari untuk bergabung dengan mereka bertiga.

"Kamu temenin Ival ke kantin ya, aku mau jagain Gina dikelas aja" ucap Tara pada Aldi, Aldi mengerutkan keningnya dalam menatap Tara lalu menatap Ival yang terlihat kesal.

Gina kembali duduk tanpa mengucapkan sepatah katapun. Aldi meletakkan satu kaleng fanta didepan Gina dan beralih menatap Ival penuh tanya.

"Tadi lo bilang ngak mau kekantin?" tanya Aldi kepada Ival untuk menghilangkan rasa penasarannya. Ival memutar bola matanya malas saat Gina balik menatapnya dengan datar.

"Gue HAUSS" ketus Ival seraya menarik tangan Aldi dan berlalu pergi meninggalkan Gina dan Tara. Tara kembali duduk dan menyekat darah yang akan menetes dari dalam hidungnya. Gina melirik Tara menyadari jika hidung cowok berkaca mata itu terus mengeluarkan darah.

Gina menahan tangan Tara yang kembali menghapus darah dari dalam hidungnya. Tangan Gina terulur untuk menyentuh sebelah hidung Tara yang terlihat memerah.

"Aaww" rintih Tara seraya memundurkan badannya. Gina kembali menaraik tangannya.

"Masih sakit?" tanya Gina. Tara hanya mengangguk untuk mengiyakan ucapan Gina.

"Kita kerumah sakit sekarang" ucap Gina seraya berusaha bangkit dari duduknya, namun Tara segera menahannya sehingga membatalkan niat Gina untuk berdiri.

"Nggak usah, aku ngak papa kok. Nanti juga sembuh sendiri"

"Nggak papa? Itu berdarah lo"

"Udah bias-, eh nanti juga darahnya berhenti sendiri"

My Bride (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang