"Siapa wanita itu?" pandangan Yebin tertuju pada sepasang makhluk yang duduk di pojok kafe.
Seyi mengikuti arah pandang Yebin. "Mungkin kekasihnya," celetuk Seyi asal.
Yebin menggeleng, "Tidak mungkin. Yoongi belum memiliki kekasih."
Alis Seyi terangkat setelah mendengar nama yang asing. "Yoongi?" tanyanya.
"Nama asli Suga itu Yoongi. Min Yoongi." jelas Yebin.
"Oh," jawab Seyi singkat.
Seyi tidak peduli seberapa banyak nama yang dimiliki produser musik itu, yang terpenting Seyi harus membereskan masalah ini secepatnya.
Sementara di meja pojok kafe, Min Yoongi terlihat tengah berbincang serius dengan seorang wanita yang wajahnya tertutup topi hitam, rambut coklat terang wanita itu dibiarkan terurai, pakaiannya juga sangat tertutup.
"Omong-omong dia mirip Hansel,"
"Hansel? Siapa lagi itu?" tanya Seyi lagi.
"Huh, Kau tidak tahu juga?!"
"Tentu saja aku tidak tahu makanya aku bertanya!" jawab Seyi sembari menyeruput iced americano miliknya.
Dahi Yebin berkerut kebingungan, seingatnya ia pernah melihat album debut Hansel di rak buku ruang tengah rumah Seyi.
"Kau yakin? Bukannya di rumahmu ada album debut Hansel?"
"Benarkah? Aku tidak pernah melihatnya." Kali ini Seyi yang kebingungan. Ia bahkan tidak tahu siapa Hansel, bagaimana mungkin ia membeli albumnya?
"Aku sempat melihatnya di rak buku ruang tengah rumahmu," kata Yebin.
"Rak buku? Bagian atas atau bawah?"
"Seingatku itu di bagian bawah,"
"Rak bagian bawah itu barang-barang milik adikku," jelas Seyi.
Yebin mengangguk paham, ia lupa Park Seyi si gadis hemat tidak mungkin membeli barang yang seperti itu, berbeda dengan adiknya.
Bisa dikatakan Seyi dan adiknya berbeda 180 derajat. Hal yang tidak Seyi suka justru adiknya suka, begitu pula sebaliknya. Adik Seyi menyukai dunia seni, sedangkan Seyi tidak tahu apa-apa tentang dunia seni. Seyi yang senang saat ditanya berapa hasil dari integral xy, adiknya justru akan kabur jika ditanya soal seperti itu.
"Aku rasa itu memang Hansel, penyanyi solo di bawah naungan perusahaan musik Min Yoongi. Tapi, bukannya dia sedang berada di Amerika mempersiapkan debutnya di sana, ya?" ucap Yebin yang masih penasaran.
Yebin diam-diam mengintip setiap pergerak dua makhluk di pojok sana. Ikut penasaran, Seyi mengintip sedikit ke arah mereka, takut-takut jika lelaki pucat itu mengenalinya dan meminta ponsel yang sama sekali belum Seyi perbaiki.
"Biarkan mereka bahagia, itu privasi mereka. Lebih baik kau mengantarkanku ke toko ibu."
Seyi berdiri dan memegang tangan Yebin agar segera ikut beranjak dari duduknya.
"Ah, benar. Aku rindu kue kenari ibumu."
***
"Kapan kau kembali?" tanya Yoongi begitu bertemu dengan lawan bicaranya.
"Aku merindukanmu, Yoongi."
Yoongi merasa tangannya menghangat digenggam seseorang, namun Yoongi hanya diam merasakan sentuhan itu.
"Jangan membuat orang-orang salah paham, Hansel!"
Hansel mengerti, ia melepaskan genggamannya di tangan Yoongi.
KAMU SEDANG MEMBACA
RICH MIN ✔️
Fiksi PenggemarPark Seyi berharap agar dalam hidupnya tidak akan pernah terlibat dengan orang kaya. Namun suatu hari tanpa sengaja ia berhadapan dengan Min Yoongi, lelaki kelas atas yang juga seorang produser musik terkenal. Seperti sebuah takdir, Seyi selalu bert...