Di siang hari menuju sore, Park Seyi sedang berdiam diri di kursi paling ujung memperhatikan manusia yang berlalu-lalang dari dalam toko Modu Hodu milik ibunya.
Satu jam yang lalu Seyi mendapat email tentang lamaran pekerjaannya. Ia ditolak. Lagi. Membuat mood Seyi jadi buruk.
"Seyi Nuna!"
Ditengah lamunan Seyi mendengar namanya disebut, ia menjawab tanpa menoleh ke sumber suara.
"Eung," sahutnya malas-malasan.
Park Hoon, adik Seyi yang berusia 17 tahun menatap gemas gadis yang ia panggil Nuna itu dari kasir.
"Sudah cukup waktu bersantainya! Sekarang giliran nuna bertugas di kasir!"
Tanpa perlu menunggu jawaban dari kakaknya, Hoon bergegas keluar menemui temannya yang sudah menunggu di depan toko, membuat Seyi terpicu ingin menggunduli kepala adiknya.
"Ya! Park Hoon! Masih ada 3 menit sebelum giliranmu berakhir!" teriak Seyi setelah mengecek arlojinya.
Waktu masih menunjukkan pukul 14.57 sementara giliran Seyi tepat pukul 15.00
Beberapa pelanggan yang menyaksikan waktu pergantian pemain itu hanya menggeleng acuh, meskipun ada beberapa yang menutup telinga dan terkejut karena teriakan Seyi.
Sadar telah mengganggu kenyamanan pelanggan, Seyi lekas berdiri dan membungkuk meminta maaf sembari berjalan menuju meja kasir.
"Maaf, maaf," Ia merasa bersalah.
Seyi menghela sebelum memeriksa keuangan di kasir. Ia menghitung semuanya. Meskipun suasana hati Seyi sedang tidak bagus, ia tetap harus membantu di toko dengan profesional.
Ting!
"Selamat da—" ucapan Seyi terhenti sejenak, "Ayah!" sambungnya agak terkejut.
Seorang pria paruh baya masuk ke toko dengan mengenakan kemeja coklat yang sedikit kusut. Kerutan karena faktor usianya semakin terlihat jelas. Seyi bersyukur ayahnya tiba dengan selamat. Secepat mungkin Seyi berlari dan menghambur ke dalam pelukan ayahnya.
Suasana hati Seyi seketika berubah begitu melihat sang ayah menepati janji untuk pulang ke Seoul menghadiri acara kelulusannya.
"Hey, jangan menangis!"
"Kenapa tadi ayah tidak mengangkat panggilanku?" Seyi mengakhiri pelukan mereka, ia menatap ayahnya dengan bibir melengkung.
"Ayah ketiduran di perjalanan,"
Rambut legam Seyi diusak kecil oleh ayahnya, mereka saling tersenyum lalu tertawa kecil.
"Dimana Hoon?" tanya ayahnya.
"Pergi bersama teman-temannya, nanti akan kuberitahu dia ayah sudah pulang."
Ayah Seyi mengangguk, kemudian mereka berjalan berangkulan menuju dapur menemui sang ibu. Sama seperti Seyi dan Hoon, ibu mereka pasti juga sudah sangat merindukan suaminya.
Ketika memasuki dapur, Ibu Seyi tercengang melihat siapa yang datang dan sontak ikut berhambur ke pelukan sang suami, membuat Seyi sedikit terdorong saat ibunya memeluk ayahnya dengat erat.
"Aduh, Bu," protes Seyi saat badannya terdorong oleh ibunya. Dengan terpaksa ia harus rela melepaskan pelukan ayahnya untuk ibunya.
"Bu, sudah sudah, ayah bisa kehabisan nafas kalau ibu cekik begitu." lerai Seyi pada ibunya yang memeluk ayahnya sangat erat.
"Ibu tidak mencekik ayahmu, sudah sana kau jaga kasir!" balas sang ibu mengusir Seyi sambil menatap kesal anak gadisnya.
Mendengar perintah sang ibu, dengan langkah berat Seyi keluar dari dapur dengan bibir yang mencebik, ia masih ingin melepas rindu juga dengan ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RICH MIN ✔️
FanfictionPark Seyi berharap agar dalam hidupnya tidak akan pernah terlibat dengan orang kaya. Namun suatu hari tanpa sengaja ia berhadapan dengan Min Yoongi, lelaki kelas atas yang juga seorang produser musik terkenal. Seperti sebuah takdir, Seyi selalu bert...