"Seyi, ikut ibu!"
Beberapa menit berlalu hening sejak Ibu Seyi mengatakan itu pada anak gadisnya. Seyi pasrah, ia sudah memprediksi apa yang akan terjadi saat dirinya tiba di rumah dan berhadapan dengan ibunya.
"Apa tidak ada yang ingin kau katakan pada ibu?"
Kepala Seyi tertunduk semakin dalam. "Ibu melihat berita itu?" tanyanya dengan suara yang sangat kecil hampir tidak terdengar.
"Fotomu bahkan muncul di televisi."
Seyi diam mendengarkan sang ibu. Ia benar-benar kehabisan kata. Meski begitu dalam batin Seyi terus mengutuk media yang telah mengeluarkan berita tentang dirinya.
"Maafkan aku, Bu... Sungguh, kami tidak ada hubungan apa pun..."
"Lalu bagaimana dengan foto kalian yang duduk berdua di kafe itu?" kemudian tatapan Ibu Seyi beralih pada pakaian yang Seyi gunakan, "Apa tadi kalian bertemu? Bajumu mirip seperti yang di foto."
Seyi menghela berat, ia tidak punya keberanian untuk berbohong. "Iya, tadi siang kami bertemu. Dan sepertinya wartawan itu mengambil gambarku hari ini."
Tatapan Ibu Seyi melunak, dielusnya punggung tangan anaknya. "Seyi-ya, kenapa kau tidak mendengarkan perkataan ibu untuk menjauhi pria itu? Jika sudah begini kau sendiri yang akan kesulitan. Ibu tidak ingin nantinya ayahmu memarahimu karena hal ini,"
"Maafkan aku, aku bersalah..."
"Ibu tidak melarangmu berkencan, bahkan ibu ingin melihatmu suatu saat menikah dengan orang yang kau cintai, hanya saja ibu tidak ingin kau bertemu pria yang kedudukannya tinggi seperti pria itu. Berapa kali harus ibu ingatkan, kehidupan konglomerat sangat berbeda dengan hidup kita. Ibu tidak ingin nantinya kau direndahkan oleh mereka. Lebih baik kita hidup biasa-biasa saja dan saling merangkul daripada hidup penuh kemewahan tapi diisi oleh kedengkian dan kekejian."
"Aku mengerti, aku minta maaf, Bu,"
"Kalau begitu jawab pertanyaan ibu dengan jujur, apa kau benar-benar berkencan dengan pria itu?"
Seyi menggeleng kuat meyakinkan sang ibu, "Kami tidak berkencan."
"Lalu, apa kau menyukainya?" tanya ibunya sambil menatap lekat manik Seyi.
Seyi diam. Batinnya sedang berdebat. Bibirnya sudah terbuka ingin menjawab tapi tak ada jawaban apa pun yang keluar.
"Kau menyukainya," konklusi sang ibu.
Kedua manik Seyi melebar, "Bu..."
"Kau tidak bisa membohongi ibu, matamu akan bergetar jika berbohong." Sang ibu menguatkan genggaman tangannya pada Seyi, layaknya sedang mengalirkan kekuatan untuk anaknya. "Seyi-ya, kau ini anak ibu, tentu ibu mengerti dirimu. Tapi, jika ibu memintamu untuk tidak bertemu lagi dengannya, apa kau bersedia?"
Seyi menghela pelan sebelum akhirnya mengangguk.
"Maafkan ibu, ini demi keluarga kita..."
***
Tak jauh berbeda dengan Seyi, Yoongi pun mendapat tekanan dari orang di sekitarnya. Pihak manajemennya meminta pernyataan Yoongi terkait berita itu, namun Yoongi memilih tak menghiraukan.
Hal termudah yang ia lakukan saat ini adalah tidur dengan ponsel yang dimatikan. Anggap saja sedang mengisi energi untuk menghadapi hari esok.
Sesungguhnya Yoongi sangat ingin menghubungi Seyi dan menanyakan keadaan gadis itu, tapi Yoongi tahu sekarang bukanlah waktu yang tepat. Meskipun Yoongi belum mengetahui siapa yang menyebarkan berita ini ke media, tapi ia akan memastikan untuk menangkap orang itu. Selama ini Yoongi berusaha keras merahasiakan hubungannya dengan Seyi. Bahkan dulu ia berjanji pada Seyi dirinya tidak akan terseret ke media, dan nyatanya Yoongi tak mampu menepati janjinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RICH MIN ✔️
FanfictionPark Seyi berharap agar dalam hidupnya tidak akan pernah terlibat dengan orang kaya. Namun suatu hari tanpa sengaja ia berhadapan dengan Min Yoongi, lelaki kelas atas yang juga seorang produser musik terkenal. Seperti sebuah takdir, Seyi selalu bert...