Episode 17: Dua sahabat

3.9K 485 11
                                    

"Malam ini aku yang tidur dekat jendela!"

Son Yebin berhambur menghempas badannya di kasur Seyi dan berguling-guling dengan nyaman.

"Katakan padaku!" ujar Seyi yang masih berdiri di depan pintu kamar sambil melipat tangan di depan dada. Ia tahu tujuan Yebin tidur di rumahnya.

"Apa?" tanya Yebin pura-pura tidak mengerti.

"Kau ada maksud lain menginap di rumahku, bukan?"

Yebin mengibas tangannya malu-malu. "Tidak, kok... Aku hanya rindu rumahmu, tidak ada maksud lain.... Tapi, bukankah akan membosankan kalau kita langsung tidur?"

"Lalu?" Seyi memancingnya.

"Bagaimana kalau kau bercerita?" Yebin tersenyum lebar yang kemudian mendapat tatapan masam dari Seyi. "Ceritakan tentang hubunganmu dengan Min Yoongi!" lanjut Yebin lalu ia menarik Seyi dan menjatuhkan tubuh mereka di kasur bersamaan.

Seyi memberontak saat Yebin menggelitik dan memeluknya erat. Ia kegelian. Suara mereka yang sedang asik bercanda rupanya sampai ke luar kamar. Ibu Seyi sampai masuk ke kamar dan menyuruh mereka diam. Akhirnya, mereka terdiam sambil menatapi langit-langit kamar.

"Bagaimana tadi?" tanya Yebin lagi saat deru nafasnya sudah normal.

Seyi beralih menatap wajah Yebin dari samping. Ia ingin membuka bibir untuk menjawab namun Yebin kembali berbicara. "Sebenarnya aku terkejut kau menyuruhku ke tempat kerja Min Yoongi setelah kau pergi dari kantor polisi. Ketika aku tiba di sana, suasananya sangat dingin. Kau tahu? Sepertinya Hansel tidak suka melihat kau pergi bersama Min Yoongi,"

"Tidak baik berprasangka buruk, Son Yebin..."

"Sungguh! Aku melihat tatapan mata Hansel sangat tajam seolah ingin melubangi kepalamu!"

Seyi menggeleng mendengar ucapan Yebin yang menurutnya sangat berlebihan. "Aigoo... Aku mau ganti baju dulu! Kau juga, ganti bajumu atau tidur di lantai?!!!"

Dengan malas Yebin bergerak sedikit demi sedikit bangkit dari kasur mengikuti Seyi mengganti pakaian. "Baiklah! Baiklah! Pokoknya aku yang tidur dekat jendela!"

***


Ryu Hansel duduk dengan tenang di ruang tengah sembari menghabiskan sekaleng bir di tangannya. Pandangannya lurus ke depan. Pikirannya sudah jauh dari raganya. Ketika ia mendengar suara bel menggema di seluruh ruangan lantas pikiran-pikiran itu lenyap. Hansel mengembalikan kesadarannya lalu berdiri untuk membuka pintu.

Seperti dugaannya, sosok yang baru saja menekan bel apartemen adalah Choi Hajun. Hansel mempersilahkan lelaki itu duduk dan menyuduhkan sekaleng bir pada Hajun.

Mereka saling diam dan canggung. Hingga menit kesepuluh keheningan itu berlangsung, Hansel tidak tahan lagi. Ia menghela panjang sebelum memulai pembicaraan.

"Kau tidak ingin menanyakan kabarku?"

Hajun masih diam dan hanya menunduk. Tidak tahu apa yang sedang dipikirkan olehnya.

"Pengecut!"

Barulah perkataan Hansel itu berhasil membuat Hajun menatap sang gadis.

"Setelah menyatakan perasaan, kau meninggalkanku. Sekarang, kita kembali bertemu dan kau tidak menanyakan kabarku. Ch!"

Hajun mengambil jeda cukup lama. "Bagaimana kabarmu?" tanyanya dengan tenang. Hajun sadar bahwa pertanyannya akan memercikkan api, karena itu ia berhati-hati agar tidak menyakiti Hansel sekali lagi.

"Aku terluka. 5 tahun yang lalu, dan aku terluka lagi hari ini,"

"Maafkan aku..." apapun yang ingin Hajun katakan, tidak ada yang lebih baik selain meminta maaf pada sang gadis. Ia merasa sangat bersalah.

RICH MIN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang