Seyi tidak bisa fokus pada acara televisi yang sedang tayang di hadapannya. Ibunya sedang berbaring di sofa, Hoon dan Seyi duduk di lantai, sedangkan ayahnya sudah kembali ke Jeju.
"Toko kue kenari Modu Hodu, aku sudah membeli gedungnya."
Seyi menggeleng cepat. Perkataan Yoongi itu terus berputar di kepalanya. Ia penasaran tentang kebenarannya, karena itu satu-satunya cara agar dirinya tidak lagi bertanya-tanya adalah dengan menanyakan langsung kepada sang Ibu, yang paling mengerti urusan toko.
"Bu," panggil Seyi setelah iklan muncul di layar televisi. "Apa Bibi Shin masih belum meminta uang sewa?"
Pandangan ibunya beralih pada Seyi dengan kening berkerut. "Uang sewa? Seingat Ibu belum ada."
"Kapan terakhir kali Ibu bertemu Bibi Shin? Apa Bibi Shin mengatakan sesuatu?" tanya Seyi lagi sambil mengamati wajah ibunya.
"Mungkin seminggu yang lalu. Bu Shin membeli tart telur dan mendoakan supaya kue terjual laris. Ibu kira dia akan mengingatkan lagi tentang harga sewa yang naik, ternyata tidak."
Seyi mengangguk-angguk kecil dan tersenyum masam. Tubuhnya kembali berputar menghadap televisi.
"Bibi Shin tidak mengingatkan tentang uang sewa, itu aneh dan langka. Apa Min Yoongi benar-benar membeli gedung itu? Ch, tidak ada yang mustahil bagi orang kaya." batin Seyi bermonolog.
"Nuna tidak perlu mencemaskan uang sewa, bisnis ayah sedang berkembang pesat. Cemaskan saja masa depan Nuna, masa mau jadi pengangguran terus!" celetuk Hoon dengan nada menyebalkannya.
Mendengar ejekan Hoon, lantas Seyi berdecak tidak terima. "Memangnya apa yang salah dari seorang pengangguran?!!!"
"Sudah pengangguran, tidak merasa bersalah pula!" Hoon menggeleng kepalanya merasa prihatin.
"Hei, bocah! Lihat saja! Aku akan menjadi wanita sukses yang ahli bela diri!" Seyi menepuk dada kirinya penuh tekad dan percaya diri. Sorot matanya berbinar seolah sedang melihat masa depannya yang cerah.
"Bermimpilah sepuasnya, selagi gratis. Nuna kan suka yang gratisan."
"Sudah, diam! Pikirkan saja pertandingan taekwondo-mu yang semakin dekat!"
"Aku yakin akan menang lagi. Pikirkan saja usia Nuna yang semakin tua tetapi hanya punya sedikit pencapaian di bumi ini." pungkas Hoon dengan santai.
"Ya! Park Hoon!!!" Seyi berteriak kesal.
"Seyi! Diamlah! Dramanya sudah mulai!" tegur ibunya.
Terdengar cekikikan Hoon melihat Nuna-nya dimarahi sang ibu, sementara Seyi melototi Hoon yang tidak takut padanya.
***
Tok! Tok!
Yoongi yang tengah bersiap di depan komputer studio musiknya melirik pintu yang diketuk dari ujung mata.
"Masuk saja," katanya mengizinkan.
Dari balik pintu muncul Choi Hajun dengan wajah gelisah. Ia berdiri lama di tengah pintu sampai Yoongi menyuruhnya untuk duduk.
"Hansel... belum tiba?" Hajun bertanya dengan khawatir.
Yoongi memutar tubuhnya menghadap Hajun lalu mengecek arlojinya. "Sebentar lagi," ujarnya yakin.
Hajun duduk tidak nyaman di sofa panjang studio itu. "Apa Hansel akan memaafkanku?" tanyanya langsung ke permasalahan.
"Katakan semuanya dengan jujur, itu sudah cukup."
KAMU SEDANG MEMBACA
RICH MIN ✔️
Fiksi PenggemarPark Seyi berharap agar dalam hidupnya tidak akan pernah terlibat dengan orang kaya. Namun suatu hari tanpa sengaja ia berhadapan dengan Min Yoongi, lelaki kelas atas yang juga seorang produser musik terkenal. Seperti sebuah takdir, Seyi selalu bert...