Episode 34: Perjuangan

3.6K 448 26
                                    

"Ini, minum dulu,"

Teh hijau disodorkan pada Yoongi agar dirinya tak masuk angin karena terkena angin laut. Raut frustasi yang tergambar jelas di wajah Yoongi membuat Seyi tak tega. Sudah tiga hari Yoongi mendatangi Ayah Seyi untuk meminta restu pernikahan, tapi selalu ditolak. Ayahnya bahkan tak membiarkan Yoongi menyelesaikan kalimat.

"Besok aku akan datang lagi," ujar Yoongi setelah menghabiskan tehnya.

"Maafkan aku masih belum bisa meyakinkan ayah," sesal Seyi menyalahkan dirinya sendiri.

"Kau tidak perlu melakukan apapun, biarkan aku yang berusaha lebih keras," Yoongi tersenyum menenangkan sembari mengusap lembut surai sang gadis, lalu tangannya bergerak membawa Seyi duduk di kasur dan masuk ke selimut yang sama dengannya. "Besok jangan izin kerja lagi, aku akan pergi sendiri," tutur Yoongi pada Seyi yang kini sudah berada dalam dekapannya di atas ranjang.

Tiba-tiba Seyi menjauhkan kepalanya dari dada Yoongi, ia menatap Yoongi dengan mata yang bulat. "Sendiri? Kau yakin?" ucapnya agak terkejut.

"Sayang, aku bukan anak kecil," balas Yoongi, kemudian ia membawa lagi Seyi ke dalam pelukannya. Hari ini cuaca mendung sepanjang hari, udara dingin Jeju membuat Yoongi butuh kehangatan. Dibandingkan selimut, tubuh Seyi membuatnya merasa lebih hangat. "Bahkan aku ingin langsung menemui ibumu," lanjutnya penuh keyakinan.

"Ibu lebih keras dibanding ayah, tapi aku yakin jika ayah setuju ibu juga akan ikut setuju, walaupun butuh usaha keras untuk meyakinkannya. Karena itu, kita perlu membujuk ayah dulu."

Setelah mendapat anggukan dari Yoongi, Seyi mengeratkan pelukannya. Sangat nyaman, hingga rasanya ia ingin bermalam di penthouse ini. Tapi, itu tidak mungkin terjadi. Ayahnya akan sangat marah jika tahu dirinya tidak pulang semalaman.

Awan hitam di langit Jeju akhirnya menjatuhkan rintik air. Suara hujan yang turun dan suara detak jantung Yoongi menyatu menjadi pengantar tidur untuk sang gadis.

Sedangkan Yoongi menikmati waktunya saat ini. Memandangi Seyi yang tertidur dalam pelukannya memunculkan kebahagiaan tersendiri untuknya. Sebelum menyusul Seyi menuju dunia mimpi Yoongi mengecup kening sang gadis lalu membenarkan selimut mereka.

Keduanya terlelap. Hingga beberapa jam setelah hujan berhenti yang pertama membuka mata adalah Seyi. Langit di luar sudah gelap, buru-buru Seyi menegakkan tubuh dan mengecek ponselnya. Ia tertidur pulas sampai tak sadar sudah waktunya untuk pulang.

Gerakan gusar di ranjang rupanya turut membangunkan Yoongi. Yang ia lihat pertama kali setelah membuka mata adalah Seyi yang sedang merapikan pakaiannya.

"Sudah mau pulang?" tanya Yoongi dengan suara serak khas bangun tidur.

"Eung, ayah dan bibi pasti akan menelpon kalau aku tidak pulang sekarang,"

Yoongi mengerti, ia mengantarkan gadisnya kembali ke rumah. Menjelang pukul 9 malam Seyi tiba di rumahnya. Yoongi hendak ikut turun tetapi sang gadis mencegahnya. Seyi tidak ingin Yoongi terkena angin malam yang bercampur angin laut, pria itu masih belum terbiasa dengan udara Jeju yang labil.

"Pulang dan istirahatlah,"

Perintah Seyi itu dibalas dengan sebuah kecupan singkat di bibir ranum sang gadis sebelum Yoongi benar-benar pergi.

Seyi mengangkat langkah berat masuk ke rumahnya. Baru beberapa detik ia menginjak kaki di lantai rumah sebuah suara mengejutkannya.

"Bersama pria itu lagi?"

Seyi terperanjat menatap presensi sang ibu yang tiba-tiba muncul di depannya. Matanya tak berkedip mengira-ngira sejak kapan ibunya tiba di Jeju. Dan untuk panggilan 'pria itu' yang ibunya maksud Seyi tahu itu tak lain adalah Min Yoongi.

Seyi masih mengingat larangan ibunya untuk tak lagi berhubungan dengan Yoongi, tetapi Seyi sudah melanggarnya. Dirinya ingin egois untuk kali ini saja. Sungguh, menjauh dari Yoongi itu seperti menyiksanya. Ia tak sanggup kehilangan Yoongi lagi.

"Ibu, maafkan aku, aku tidak bisa melepaskannya. Aku mencintainya,"

Suara pilu Seyi diikuti dirinya yang berlutut di hadapan sang ibu membuat dua orang lain yang menyaksikan hal itu tak sampai hati. Namun ayah dan bibinya tak bisa berbuat lebih selain diam dan memperhatikan.

"Bawa pria itu besok ke hadapanku. Aku dengar kalian ingin menikah,"

Seyi mengangkat pandangannya ke arah sang ibu. Dirinya dibuat terkejut sekali lagi. Ibunya tahu rencana pernikahannya?

Lalu sorot Seyi beralih pada ayah dan bibinya yang berada tak jauh di belakang ibunya. Mereka mengangguk penuh arti. Tersirat bahwa ayah dan bibinya lah yang memberitahu sang ibu.

Seyi meneguk salivanya cemas. Apakah ini pertanda baik atau malah sebaliknya?

Sang ibu kemudian membawa tubuh Seyi yang kaku untuk berdiri. "Bagaimana bisa kalian ingin menikah tapi tak meminta restu dariku?" sambung ibunya yang membuat jantung Seyi memompa lebih cepat.





Maaf Winter update sebisanya yaa :""

Bahu Winter sudah seminggu lebih sakit banget berasa ditusuk kalau digerakkan :"" Setiap terasa sakit Winter ingat Yoongi dan ingat juga cerita ini belum selesai :""

Bahu Winter sudah seminggu lebih sakit banget berasa ditusuk kalau digerakkan :"" Setiap terasa sakit Winter ingat Yoongi dan ingat juga cerita ini belum selesai :""

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
RICH MIN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang