Episode 14: Idola dan penggemar

4.2K 541 28
                                    

"Min Yoongi dan Choi Hajun sama-sama menyukainya."

"Min Yoongi dan Choi Hajun sama-sama menyukainya."

"Min Yoongi dan Choi Hajun sama-sama menyukainya."


"Kalau begitu kenapa dia memintaku pura-pura jadi kekasihnya!!! Dia kan punya gadis yang dia sukai, jadikan saja dia kekasih!!!"

Park Seyi tidak tahan untuk tidak berseru keras meskipun busa dari pasta giginya masih memenuhi mulut dan menyembur keluar. Wajahnya di cermin terlihat sangat kusam dan berantakan. Ia kesal semalaman tidak bisa tidur tenang, ucapan Yebin mengganggu pikirannya.

"Waahh... Choi Hajun juga!!! Tidak punya teman? Ch! Bahkan teman-temannya terkenal!"

Dengan masih mengomel Seyi membersihkan diri lalu berhias. Hari ini ia berencana menemui Yebin dan makan udon di kafetaria kampus. Ia juga berjanji akan menolong Yebin mengerjakan tugas akhirnya di perpustakaan setelah makan udon.

Drrtt! Drrtt!

Ponsel di atas meja rias terus bergetar. Seyi menghentikan sejenak mengoles pewarna bibirnya lalu mengernyit dahi melihat nama Hoon muncul di layar ponsel. Tidak biasanya bocah itu menghubunginya, biasanya hanya mengirim pesan karena lebih hemat.

"Ada apa? Tidak bia—"

Bibir Seyi mendadak bungkam. Detik berikutnya kedua pupilnya melebar. Telinganya baru saja mendengar pernyataan yang tidak terduga.

"Apa?! Kantor polisi?!!!"

Setelah mendengar penjelasan dari pihak seberang bergegas Seyi merapikan barang yang akan ia bawa dan menuju tempat yang tidak ia kira akan ia datangi sekali lagi.

Sembari menunggu di halte, Seyi mencari kontak Yebin di ponselnya lalu menyambungkan panggilan. Ia ingin mengabari kalau dirinya akan datang terlambat.

"Kebetulan aku juga ingin menghubungimu," sahut Yebin begitu panggilan tersambung.

"Yebin-ah, aku akan datang sedikit terlambat, aku harus ke kantor polisi sekarang."

"Kantor polisi? Ada urusan apa kau ke sana? Kau terlibat masalah lagi? Kali ini dengan siapa?!"

Seyi memutar matanya sebal. Yebin seperti menganggapnya orang ceroboh yang selalu membuat onar.

"Bukan aku, tapi Park Hoon. Sudah, aku tutup! Busnya sudah datang."

"Katakan saja kau ada dimana, nanti aku akan menyusulmu!"

Seyi menutup panggilan sepihak, ia mendengar ucapan terakhir Yebin namun sengaja tidak ia respon. Dirinya tengah tergesa ingin menemui adiknya dan menceramahinya habis-habisan.

***

Kantor Polisi Seoul terasa menyesakkan bagi tiga orang pemuda yang tengah diinterogasi. Dua di antara mereka menyumbat hidung menggunakan kapas untuk menghentikan pendarahan, sementara satu pemuda lagi tengah menyesap kopi kesukaannya sambil memperhatikan mereka.

"Kau boleh pergi," ucap polisi di hadapan mereka sambil menatap pemuda dengan tulisan Park Hoon tertera di nametag seragam sekolahnya.

"Saya?" Hoon menunjuk dirinya untuk memastikan bahwa ia yang dimaksud.

Polisi itu mengangguk malas. "Ya, Kau. Park Hoon."

Hoon lekas berdiri dan menatap lega orang di sebelahnya, "Ayo, Yoochan Hyung."

Lee Yoochan tersenyum dan merangkul Hoon, mereka menunduk singkat ke arah polisi yang bertugas lalu berjalan keluar dari sana.

"Tunggu! Kenapa dia dibebaskan? Dia memukul saya sampai hidung saya hampir patah!" protes siswa yang masih tersisa di sana dan menunggu kelanjutan pemeriksaan.

RICH MIN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang