Park Seyi berharap agar dalam hidupnya tidak akan pernah terlibat dengan orang kaya. Namun suatu hari tanpa sengaja ia berhadapan dengan Min Yoongi, lelaki kelas atas yang juga seorang produser musik terkenal. Seperti sebuah takdir, Seyi selalu bert...
Park Seyi hilang fokus. Sudah beberapa kali dirinya ditegur karena melamun saat sedang bekerja. Rasanya Seyi ingin mengambil lagi cuti setengah hari untuk menemani Yoongi, tapi mengingat permintaan pria itu untuk tak pulang sebelum jam kerja selesai Seyi menunda keinginannya dengan berat hari. Belum lagi beberapa rekan kerjanya yang mengeluh karena tugas yang Seyi kerjakan berantakan. Data yang salah input, kesalahan penulisan dan lainnya yang membuatnya terlihat tidak profesional.
Setelah memastikan jam menunjukkan tepat pukul 5 sore Seyi bergegas bangkit kemudian mengambil langkah cepat menuju halte bus. Dirinya pulang tepat ketika jam kerja berakhir. Ia bahkan tak sadar dengan reaksi dan tatapan rekan kerjanya yang memandang aneh tingkahnya belakangan ini.
Begitu tiba di rumah Seyi berlari mencari sosok yang ia khawatirkan. Namun semakin berjalan lebih dalam semakin sunyi suasana. Tidak ada siapa pun di rumah.
Tak lama Seyi kembali berlari ke tempat yang ia yakini bahwa orang yang dicarinya ada di sana. Restoran ayahnya tak terlalu jauh di rumah, karena itu dengan cepat pula Seyi tiba di sana.
Di antara ramainya pengunjung sekali lagi Seyi tak menemukan keberadaan Yoongi, bahkan ayah dan ibunya juga tak terlihat.
Ah, Seyi lupa. Tempat ayahnya bukan di bagian depan, tapi di dapur.
Sesaat setelah melangkah ke tempat yang penuh asap dan aroma masakan laut bercampur aduk Seyi menemukan yang ia cari.
Ayahnya yang sedang merebus abalone, dan Yoongi yang sedang mencuci piring (?)
Tak salah. Pria berkemeja putih dengan kedua lengan digulung setengah dan tengah mencuci piring di sudut dapur itu benar-benar Min Yoongi.
Seyi mendekat dan menyentuh lengan Yoongi yang membuat pria itu sedikit terlonjak. "Kenapa kau di sini? Siapa yang menyuruhmu melakukan ini?" Tatapannya tertuju pada piring-piring dan gelas kotor yang tersisa.
"Sudah pulang?" Yoongi bertanya namun tak menatap gadis di sebelahnya saking fokusnya mencuci piring agar tidak terjadi kecelakaan kerja, seperti memecahkan piring yang sedang ia pegang misalnya.
"Apa ayah yang menyuruhmu? Atau ibu?" Pertanyaan bodoh Yoongi tak mampu mengalihkan Seyi. Lagi pula jika dirinya belum pulang lalu siapa yang ada di sebelah Yoongi sekarang?
"Tidak, aku sendiri yang—"
"Oke. Pasti ibu!" sahut Seyi yakin.
Tanpa diminta dan mengabaikan Yoongi yang menyuruhnya untuk menunggu di luar dapur Seyi membantu pria itu membilas piring-piring yang sebelumnya sudah mandi busa. Ia tak habis pikir dengan ibunya sampai harus menyuruh Yoongi melakukan ini.
Seyi pun menduga pasti sebelumnya Yoongi belum pernah mencuci piring, mengingat pria itu bisa menyewa ratusan pekerja rumah, dan lihat saja sabun yang Yoongi tuangkan meninggalkan banyak busa besar di kitchen sink. Benar-benar amatir.
"Kalau sudah selesai kalian pulanglah. Sebelum itu jangan lupa jemput ibu dan bibimu di tempat penyelaman!" Suara sang ayah menginterupsi sepasang manusia itu.
Pandangan Seyi berpindah dari menatap ayahnya yang berjalan di belakang tubuh mereka kini menatap ke arah Yoongi dengan raut hampir putus asa. "Ditolak lagi, ya?"
Jawaban Yoongi yang berupa gelengan ringan dan senyum tipis membuat Seyi bertanya-tanya apa maksud pria itu.
"Apa yang ibu katakan?"
"Pertama, selesaikan cucian ini dulu, setelah itu aku berjanji akan memberitahumu."
Ucapan Yoongi mendatangkan motivasi untuk Seyi, bahkan gadis itu mendorong Yoongi menjauh kemudian menyelesaikannya seorang diri. Pastinya Seyi sudah biasa melakukan pekerjaan yang lebih dari ini dan dalam waktu singkat meja cuci sudah bersih. 3 kali lebih cepat dibanding Yoongi yang mencuci 1 piring dalam 1 menit.
Saat mereka keluar dari restoran dan berjalan kaki ke laut di sebelah barat untuk menjemput ibu dan bibinya, Yoongi masih belum menjawab satu pun pertanyaan dari Seyi dan terus berjalan hingga kini mereka sudah berada di tepi laut.
Sedikit lagi mereka akan sampai di tempat komunitas penyelam berkumpul, Seyi tak tahan lagi untuk mendapat jawaban sehingga ditariknya tangan Yoongi agar berhenti melangkah.
"Sekarang katakan padaku, apa yang terjadi saat aku sedang bekerja?"
Fokus Yoongi telah jatuh pada sang gadis. Suara desiran ombak, matahari yang hampir terbenam, serta angin yang meniup surai tak menjadi penghalang untuk saling jatuh pada manik masing-masing.
Yoongi tersenyum lembut. "Kita akan menikah,"
"..."
Sesungguhnya kalimat itu terdengar indah, sangat indah. Terlebih saat Min Yoongi yang mengatakannya.
Namun seketika suara Seyi seperti dibawa ke dasar laut. Tak bisa berkata pun tak tahu harus mengatakan apa. Kata-kata tak selalu bisa mengungkapkan isi hati yang sebenarnya. Tapi mata tak bisa berbohong, dan Yoongi melihat itu dari sudut pandangnya pada sang gadis.
Kedua kaki Seyi tiba-tiba hilang tenaga. Jika saja Yoongi tak segera memeluknya mungkin ia akan limbung ke pasir pantai.
"Terimakasih, Yoongi... Terimakasih telah terus berjuang..."
Meskipun suara Seyi teredam dalam pelukannya Yoongi masih bisa mendengarnya dengan baik.
"Aku terlalu mencintaimu, Seyi... Karena itu jangan buang aku dan hiduplah selamanya denganku..."
Antara ingin tertawa dan terharu, tentu saja Park Seyi tak akan pernah membuang pria yang juga ia cintai.
(???)
Wow gimana nih? Gatau apa feelnya dapat apa enggak huhu ㅜㅜ
Berkat semangat dan ucapan dari teman-teman semua Winter jadi semangat nulis buat tamatin buku ini.
Terimakasih yaa... (。♡‿♡。)
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.