Episode 11: Seoul yang sempit

4.5K 524 23
                                    

Min Yoongi meneguk dan menghabiskan satu seloki lagi. Lee Yoochan yang melihat seloki kosong Yoongi berinisiatif mengisinya lagi namun Yoongi menghentikan.

"Cukup. Aku akan pergi. Sebaiknya kau juga." ucapnya pada Yoochan.

Namun tepat sebelum Yoongi beranjak dari kursi suara Hajun menyapanya.

"Yoongi-ya!"

Sudut bibir Yoongi terangkat sinis mendengar panggilan akrab dari Hajun. Menurutnya itu tidak pantas.

Yoongi menoleh pada Yoochan dan menepuk sebelah bahunya. "Katakan pada orang di sampingmu, jangan memanggilku dengan cara yang tidak sopan."

Yoochan tampak bingung untuk sesaat. Meskipun begitu ia tetap patuh menyampaikan perkataan Yoongi.

"Hyung," panggil Yoochan pada pria yang duduk di sebelahnya, namun lekas ia menggeleng, "Ah, tidak. Permisi... Aku tidak tahu harus memanggil apa... PD-nim bilang jangan memanggilnya dengan cara yang tidak sopan."

Hajun menarik tipis ujung bibirnya. Ia lihat Yoongi yang memalingkan wajah. Sepertinya Yoongi masih belum ingin berbicara dengannya.

"Tidak apa-apa memanggilku Hyung. Aku yakin aku lebih tua darimu. Dan tolong sampaikan juga pada PD-nim-mu, dia tidak mungkin melupakan tetangga dan temannya sedari sekolah dasar, kan?" balas Hajun sambil menepuk sebelah bahu Yoochan seperti yang Yoongi lakukan.

Yoochan mengangguk sebagai balasan pada Hajun, ia sependapat tidak mungkin seseorang melupakan tetangga sekaligus temannya sedari sekolah dasar. Lalu Yoochan kembali menghadap Yoongi. "PD-nim, kata Hyung di sebelahku—"

"Katakan padanya aku tidak ingat punya teman sepertinya." elak Yoongi.

Yoochan memiringkan kepala. Ia tidak mengerti masalah apa yang terjadi pada dua pria di kiri dan kanannya ini. Mereka seperti tidak ingin saling bicara —lebih tepatnya Yoongi yang menolak berbicara langsung dengan Hajun—. Dan Yoochan yang duduk di tengah-tengah mereka mendadak menjadi penyampai pesan mereka.

"Hyung, PD-nim bilang ia tidak ingat pu—"

"Dia ingat. Hanya saja masih marah padaku. PD-nim-mu itu sangat mengerikan kalau sudah marah." potong Hajun dan berbisik pada Yoochan di akhir kalimatnya. Ia melanjutkan dengan suara lantang, "Tapi tak masalah. Sampaikan padanya aku ingin bicara empat mata. Min Yoongi yang kukenal selalu mendengarkan penjelasan orang lain, tidak kekanak-kanakan seperti ini."

Yoochan menoleh pada Yoongi lagi. "PD-nim, Hyung bilang ingin bicara emp—"

"Aku tidak ingin bicara dengannya. Sampaikan itu."

Tampaknya Yoochan sudah cukup bersabar menyampaikan pesan meskipun setiap ucapannya selalu dipotong oleh mereka berdua. Yoochan memantapkan hati agar ini menjadi pesan terakhir yang ia sampaikan kemudian dirinya akan kabur dengan berpura-pura pergi ke toilet.

"Hyung, PD-nim bilang—"

"Aku mendengarnya. Aku mengerti. Terimakasih sudah menyampaikan pesanku." Hajun memberikan senyum hangatnya.

Yoochan tertegun. Hyung di sebelahnya ternyata pria yang peka. Ucapan terimakasih dan senyum hangat Hajun sudah cukup membuat Yoochan merasa dihargai.

Hajun berdiri dari kursi bersiap pergi dari bar. Sebelum pergi, ia ingin mengatakan sesuatu pada Yoongi.

"Min PD-nim, mungkin lain kali kita bisa saling bicara dengan tenang." ujar Hajun sambil menatap langsung wajah Yoongi dari samping. "Aku tidak bisa minum banyak malam ini. Besok aku ada janji dengan seseorang. Aku pergi."

RICH MIN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang