28. H-1 Bulan Bahasa

14 2 0
                                    

HAPPY READING♥️

Ayah adalah cinta pertama untuk putri kecilnya

•••

"Jadi lo ada ide gak?" tanya Aura seraya memutar-mutar pulpen yang berada di depannya.

"Emang harus ada berapa penampilan?" tanya Bella.

"Katanya sih satu juga gapapa."

"Yaudah gue tampil."

"Solo?"

Bella mengangguk.

"Jangan sendiri, setidaknya ada yang iringi lo lah gitar kek apa kek," ucap Rere.

"Iya gue setuju," ucap Aura.

"Terus siapa? Lo taukan kelas X pada gak mau terus kelas XI ngandelin kita," ucap Bella pasrah.

"Ranza?"

"Gak, gue gak setuju kalau Bella sama tuh kunyuk. Gak setuju," tegas Rere.

"Pacar lo aja Bell, pasti bikin satu sekolah heboh dan happy. Terlebih ini kan acara penutupan yang harus berkesan gitu," saran Aura.

"Gue setuju kali ini."

Bella tampak berpikir. Haruskah Dengan Rezal? Sepertinya bukan ide yang buruk, "Oke gue nanti omongin."

Aura dan Rere tersenyum bangga, kini mereka tidak usah risau lagi mengenai perwakilan anak musik untuk memeriahkan bulan bahasa yang tinggal lima hari lagi.

•••

"Kak aku mau ngomong."

Kini Bella dan Rezal sedang berada di taman kota dekat sekolah, katanya Bella ingin memakan eskrim yang dijual di sini.

"Ngomong aja."

Tangan Bella yang sibuk memegang eskrim mulai gugup, masalahnya ini adalah performen pertamanya dengan Rezal.

"Kenapa?" tanya Rezal yang mengerti kegugupan Bella.

"Kamis sama Jumat mulai event bulan bahasa kan?" Rezal mengangguk mengiyakan, "Anak musik harus perform di penutupan," lanjut Bella.

"Terus?"

Rasanya Rezal ingin menyulik Bella dan menjadikannya istri karena sangking gemasnya dengan kegugupan yang dialami Bella.

"Kakak mau gak jadi temen perform aku?" tanya Bella.

"Berdua?" Bella menjawab dengan anggukan kemudian ia memasukan eskrim ke mulutnya.

"Ngomong gitu doang? Ya ampun Bell, kirain Kakak apa. Lagian soal perform gitu Kakak bisa, kok. Emang mau perfrom apa nih?" Rezal tak habis pikir dengan jalan pikiran kekasihnya yang satu ini, hanya untuk berbicara seperti itu saja gugup.

"Duet."

"Oke, suara Kakak gak terlalu jelek."

"Makasih ya," ucap Bella kemudian menghadap Rezal dengan senyum manisnya.

"Sama-sama." Tangan Rezal terulur untuk mengusap lembut puncak kepala Bella, "Kalau ada apa-apa jangan sungkan Bell, Kakak bukan sekedar pacarmu, Kakak juga sahabatmu yang akan selalu ada dan juga Kakak adalah pendamping mu yang akan selalu mendampingi mu satu lagi Kakak juga adalah penjaga kamu Bell."

Bella langsung memeluk Rezal tak lupa sebelumnya ia sudah menyimpan dulu eskrim yang ia beli, "Makasih."

"Sama-sama."

Rezal membalas pelukan Bella.

Rasa nya Rezal ingin menghentikan waktu.

Ia ingin terus bahagia bersama Bella.

Selamanya.

•••

"Bell menurut lo gimana baju yang gue poto. Bagus gak buat gue tampil besok?"

"Bagus, Za. Besok gue bantu siap-siap ya."

"Iya, lo mah kan emaknya kelas XI IPS 3."

"Yoi."

"Gue denger lo mau tampil bener?"

"Iya, kenapa?"

"Sama Abang?"

"Iya, Za. Kenapa sih?"

"Gapapa, lo udah siapin baju belum. Dua hari lagi nihh...."

"Oh iya lupa gue, ah dadakan sih."

"Yaudah gue tutup ya, bye."

Setelah mengakhiri panggilan akhirnya Bella bergegas menuju lemarinya, ia pastikan semua pakaian miliknya akan keluar dari lemari.

Beberapa menit kemudian Andy membuka pintu kamar Bella. Namun, Bella tak menyadari itu.

"Bella boleh kah Daddy masuk?" tanya Andy.

"Masuk Dadd, aku lagi siap-siap."

Andy melihat Bella yang sibuk dengan beberapa pakaian yang sudah ia keluarkan dari lemarinya, "Mau kemana Bell?"

"Lagi nyari baju buat perform nanti Dadd, tapi Bella bingung."

"Duduk dulu di samping Daddy, urusan pakaian kamu bisa meminta pendapat Mommy."

"Daddy benar, kenapa aku gak mikir gitu ya Dadd?" gumam Bella kemudian duduk di samping Andy yang sudah lebih dulu duduk di tepi ranjangnya.

"Bella bahagia tinggal di sini?" tanya Andy, setelah hampir satu setengah tahun mereka menetap di Jakarta baru kali ini Andy menanyakan hal ini.

"Bella bahagia kok," jawab Bella kemudian menyandarkan diri pada tubuh Andy yang begitu nyaman, Andy adalah cinta pertamanya.

"Dibandingkan dengan Bandung?" tanya Andy seraya mengusap lembut rambut hitam panjang milik putrinya.

"Daddy tau kan kalau Bella lahir dan besar di Bandung, pasti jawabannya Bandung, tapi Bella bahagia kok tinggal di Jakarta asalkan ada Mommy, Daddy sama Aza." Bella melingkarkan tangannya ke pinggang milik Andy, sudah lama rasanya ia tak bermanja-manja dengan Daddy-nya.

"Maafin Daddy karena Daddy kalian harus ikut pindah ke Jakarta."

"Gapapa, lagian kata Mommy kita harus selalu nemenin Daddy karena Daddy juga butuh pendamping terlebih Mommy. Bella sudah dewasa Dadd, Bella paham kok."

Bella mendongak menatap wajah tegas Daddy-nya, "Bella sayang Daddy." Bella mempererat pelukannya.

"Daddy lebih sayang Bella."

"Bella bahagia sama Kak Rezal Dadd, meski dalam hati Bella gak bisa di pungkiri kalau Adit lebih bisa bikin Bella bahagia, tapi Bella sadar Adit cuman masalalu Bella. Jangan pindah lagi ya? Bella gak mau jauh dari Kak Rezal, Bella gak mau jadi Bella yang lemah kayak dulu," ucap Bella membuat Andy paham jika Bella putrinya sudah dewasa. Tak seharusnya ia menahan masa remaja dan pubertas putrinya meski begitu Andy akan selalu mengingatkan pada Bella jika ia harus menjaga dirinya dan tau batasan.

"Kamu bahagia Daddy lebih bahagia sayang, tetep senyum ya? Jangan murung karena itu semua yang membuat Daddy sedih juga."

"Siap kapten."

"Ya sudah istirahat, besok sekolah."

"Aye-aye."

"Good night little princess."

"Good night too my hero."

"Maafin Daddy sudah memisahkan kalian."

BEL - ZAL ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang