01 || Princess Callysta

1.2K 195 8
                                    


Selamat membaca 🤗
Jangan lupa vomentnya!
.
.
Callysta Annora, gadis remaja yang terlahir dari keluarga sederhana. Hidupnya tak seindah yang orang lain bayangkan. Banyak sekali pertanyaan yang terlintas di kepala Callysta mengenai dirinya, yang banyak orang bilang jika tidak ada kemiripan sama sekali dengan kedua orangtuanya yaitu Titanium Edelweis dan Baldric Donahve. Bisa di bilang Callysta tipe orang yang pendiam, penurut dan terkesan selalu mengalah dengan perlakuan teman-temannya selama ini.

Hari masih begitu pagi, Callysta sudah siap-siap bergegas untuk berangkat sekolah untuk menghindari macetnya kota dan menghindari keramaian depan sekolahnya yang berlalu lalang hendak menuju kelasnya masing-masing. Namun sayang, niatnya untuk berangkat pagi,  ternyata sudah ada yang berangkat lebih pagi dari pada dirinya. Callysta masuk begitu saja ke dalam lingkungan sekolah dengan tatapannya menunduk ke bawah tanpa sedikit pun memandang kearah teman-temannya yang menatapnya tidak suka, lebih tepatnya jijik melihat tampilannya yang lusuh, dengan rambutnya yang di kepang dua dan tak lupa juga mengunakan kaca mata bulat yang membuat teman-temannya yang lain selalu menjadikannya bahan tertawaan dan di manfaatkan kesana-kemari oleh orang-orang.

Banyak teman-teman Callysta yang sedang membicarakannya. Sudah begitu kebal hati Callysta mendengarkan celotehan mereka. Hingga pagi ini celotehan itu terdengar kembali.

"Ehh guys, lihat itu! Udah besar masih aja rambutnya di kepang. Hahaha ... kayak anak kecil aja," sindirnya dengan tatapan tak suka akan kedatangan Callysta dan memamerkan barang-barang mewah yang ia kenakan walaupun Callysta tidak sedikit pun tertarik dengan apa yang di pamerkannya itu.

"Sabar Callysta, kamu harus kuat. Ini bukan sehari dua hari, hinaan meraka hampir setiap hari kamu dengar. Kamu harus terlihat tegar, supaya orang yang menghinamu tidak menganggapmu lemah," batin Callysta yang menguatkan dirinya sendiri dan jika di tanggapi pun tidak ada gunanya.

Meraka lanjutkan kembali menghina Callysta, siapun jika berada di posisi Callysta pasti tidak kuat, atau malah akan marah waktu itu juga di tempat tersebut. Namun ini beda, entah terbuat dari apa hati Callysta hingga saat ini masih begitu kuat dan malah tetap berperilaku baik kepada orang-orang yang menggangunya itu. "Lebih parahnya lagi. Kok bisa, ya. Orang kayak gitu bisa keterima di sekolah elit kaya gini. Iyuhhh ... udah dekil, apalagi tampilannya buat siapapun yang lihat males tau enggak!" Bukannya membalas, Callysta malah terus menghindar dan pergi dari tempat tersebut menuju kelasnya, sehingga membuat teman-teman yang menghinanya begitu kesal, karena Callysta tidak semudah itu untuk di pancing amarahnya.

Cewek yang menghina Callysta, pergi begitu saja dengan menghentakkan kakinya penuh kesal, karena selalu saja tidak di tanggapi oleh Callysta.

***

Dengan pelannya Callysta mengetuk pintu kelasnya dan mengucapkan salam dengan pelan walau ia tahu tidak ada yang mengapai akan kedatangannya apalagi salam darinya. Sungguh hidup Callysta begitu tak adil, meraka hanya menganggapnya ada orang-orang yang berada, sedangkan yang biasa hanya di kucilkan tak jarang juga malah di perbudak kesana-kemari untuk melayani kemarin teman sekelasnya untuk mengerjakan tugas yang di berikan guru yang mengajar.

"Eh, lo mau kemana? Enak aja main duduk. BERSIHIN KELAS SEKARANG JUGA!!!" teriak Yoana. Siswi cantik di sekolahnya, yang selalu memanfaatkan orang-orang lemah untuk menjadi budaknya dan tak tanggung-tanggung  ia mengeluarkan siapapun orang-orang yang menolak setiap perintahnya. Biasa ia adalah anak donatur terbesar di sekolah.

"Tapi ...." Belum sempat melanjutkan ucapnya sudah di potong begitu saja oleh Yoana. "Tapi kenapa? Owh ... lo, berani nolak perintah gue, ya?" ucapnya dengan nada keras membuat siapapun yang mendengarnya begitu terkejut dan takut.

Tak tanggung-tanggung sikapnya yang terkenal tak terbantahkan dan tempramental, selalu saja Yoana perlihatkan di depan umum dan kini, ia lakukan kepada Callysta. Ditarik begitu saja tubuh Callysta dan di benturkan di dinding kelasnya itu.

Tanpa rasa bersalah Yaona memperintah kembali Callysta. "CEPAT BERSIHIN ATAU LO  BESOK GAK BAKALAN ADA LAGI DI SINI!!!" ancamnya kepada Callysta yang membuat menciut seketika.

"Baik, aku bersihkan sekarang juga," jawabnya dengan gugup dan tubuhnya sedikit gemetar karena bentakan Yoana.

"Bagus," ucap Yoana sembari memainkan handphonenya kembali.

Tidak ada satupun teman di kelasnya yang membantu, ia hanya melihatnya dengan acuh. Membiarkan Callysta membersihkan sendiri kelas itu.

Kurang 15 menit lagi bel berbunyi, dan menandakan jika pelajaran akan di mulai, tetapi kini guru yang mengajar di kelas 12 sudah berada di depan kelas Callysta.

"Loh, kok kamu yang piket? Bukannya piket kamu kemarin, ya?" tanya bu Raisa kepada Callysta, karena nampak penasaran yang selalu melihat Callysta piket setiap harinya.

"Mampus gue. Kalau sampai tuh cewek ngomong kalau gue yang nyuruh bisa jadi apa, gue?" batin Yoana sembari memberikan kode kepada Callysta agar tidak memberi tau jika dirinya yang menyuruhnya tadi.

Callysta hanya diam tak berani menjawab pertanyaan bu Raisa, karena posisinya begitu serba salah. Saat mulai ingin menjawab tiba-tiba saja ada suara yang menyahut di belakangnya.

"Mundur! Awas lo ya kalau berani ngomong kalau gue yang nyuruh!" ancam Yoana dengan suaranya yang pelan, tetapi penuh penekanan yang tak lupa juga terselip ancaman kepada Callysta.

"Bu Raisa kayak gak tau aja. Kan murid Ibu yang satu ini itu rajin banget, Bu. Ya kan, Callysta?" ucap Yoana yang berusaha menutup-nutupi apa yang sebenarnya terjadi kepada Bu Raisa.

"Awh ...," ucap Callysta spontan karena terkejut tiba-tiba saja Yoana mencubitnya. "Jawab! Jangan diem aja!" Callysta pun menganguki ucapan Yoana.

"I-iya ... Bu, benar apa yang di katakan Yoana."

"Okey, yasudahlah kita masuk ke kelas. Kita lanjutkan kembali pelajaran kemarin."

"Baik, Bu," jawab Callysta.

"Hufhh ... selamat." Yoana menghembuskan nafas lega di hadapan Callysta.

Pelajaran pun di mulai dan Callysta memperhatikan setiap apapun yang di terangka bu Raisa. Namun, di sisi lain Callysta mengetahui jika sedari tadi Yoana tidak memperhatikan bu Raisa dan malah sibuk memainkan Handphone-nya.


***

Jam sudah menunjukkan 16.00 pasti angkutan umum yang melawati sekolahnya sebentar lagi akan tiada. Dengan segera Callysta lari begitu saja agar tak tertinggal angkutan umum tersebut.

Begitu jauh jarak kelas dengan gerbang sekolah. Ia harus melewati satu persatu anak tangga untuk turun ke bawah.

Kini Callysta sudah sampai di lorong sekolah, tak peduli banyak teman yang melihatnya, bagi Callysta itu semua sudah biasa.

_Bruk!_

Tubuh Callysta terpental begitu saja karena tak sengaja menabrak tubuh seseorang di depannya.

"Maaf aku ngga sengaja," ucap Callysta dengan nada bersalahnya, karena sudah menumpahkan kopi yang hendak di minum cowok tersebut yang malah terjatuh mengenai seragamnya.

"Makanya kalau ...," ucapannya terhenti seketika, setelah melihat wajah Callysta. Entah mengapa ada hal aneh yang ia rasakan setelah bertemu dengan Callysta.

"Sekali lagi maaf. Aku pamit pulang dulu, ya." Pamit Callysta meminta maaf sekaligus meminta izin untuk pulang kepada cowok tersebut yaitu Filbert Adelio. Siswa baru di SMA Satelit, yang kerap di juluki orang aneh di sekolahnya karena perilaku dan sikapnya yang dengan sekejap bisa berubah begitu saja dan tatapannya yang tajam, membuat siapapun yang di tatapnya langsung menciut dan memilih untuk tidak menatapnya.

"Hai kenalin, nama aku Filbert," ucapnya kepada Callysta yang sudah pergi jauh dari tempat tersebut menuju gerbang sekolah.

"Ada apa dengan diriku? kenapa aku merasakan sesuatu setelah melihat cewek tersebut?" batinya di sepanjang perjalanan pulangnya yang penuh akan tanda tanya.

"Apakah dia adalah orang yang selama ini aku cari?" batinnya yang dengan sekejap, langsung menghilang dari lingkungan sekolah tersebut."

Princess Callysta  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang