07 || Princess Callysta

521 103 0
                                    


Selamat membaca 🤗
Jangan lupa Vomentnya!
.
.
Setiap langkah, demi langkah selalu saja tidak lepas dari kejaran Filbert. Sampai-sampai Callysta lelah sendiri karena cepatnya langkah kaki Filbert yang tidak bisa ia imbangi.

Saat Callysta berhenti sejenak karena begitu lelah, tiba-tiba saja tangannya di tarik begitu saja dengan cepat oleh Filbert. Callysta yang di tarik pun terkejut dibuatnya. Hingga kini posisi mereka berdua begitu dekat sampai-sampai ia bisa mendengar detak jantung dan hembusan nafas antara mereka berdua.

Callysta merasakan hal aneh kembali setiap dekat dengan Filbert, dengan segera Callysta melangkahkan kakinya mundur ke belakang dan Callysta melanjutkan kembali langkahnya karena begitu malu dilihat oleh banyak orang di sana, tapi Filbert tetap saja mengikutinya entah apa yang ia mau dari Callysta.

"Berhenti ngikutin aku!" Callysta yang nampak sudah kesal langsung memutar balikkan badanya dan memperingatinya agar berhenti mengikutinya karena Callysta begitu risi jika diikuti oleh seseorang, apalagi laki-laki.

"Aku tidak akan berhenti sebelum aku bisa bicara denganmu," tolak Filbert kepada Callysta yang begitu keras kepala.

"Okey, kamu mau bicara apa denganku?" jawabnya yang sudah malas dan begitu kesal dengan tingkah Filbert yang selalu saja menganguinya

"Jangan di sini banyak orang, lebih baik kita bicara di dekat taman sekolah itu," tunjuknya dan Callysta pun menuruti.

Filbert langsung membawa Callysta secepat kilat ke tempat yang ia tunjuk tadi. "Jadi gini, aku mau minta tolong ke Putri Callysta untuk ikut denganku ke suatu dimensi lain untuk menyembuhkan aku dari kutukan Ibumu," ucap Filbert yang memperhatikan Callysta yang tengah menyeimbangkan tubuhnya setelah dibawa lari secepat kilat yang membuatnya sedikit pusing. Beberapa kali Callysta memegangi kepalanya dengan salah satu tangannya yang di tahan oleh Filbert agar tidak jatuh.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya Filbert memastikan keadaan Callysta yang tak kunjung ada jawaban.

"Iya aku tidak apa-apa," jawabnya dengan tangannya memegang kepalanya karena sedikit pusing.

"Dimensi? Kutukan? Zaman sekarang mana ada hal semacam itu." Callysta menertawakan ucapan Filbert dengan mengelang-gelengkan kepalannya dan tak henti-hentinya tertawa.

"Callysta tolonglah kali ini saja percaya, ya. Aku sangat membutuhkanmu, waktuku tidak lama lagi," ucapnya yang membuat Callysta begitu terenyuh. Namun, Callysta juga bingung dengan setiap apa yang di ucapkan Filbert yang selalu saja di luar nalarnya.

"Etss ... tunggu dulu, maksud kamu bilang Ibuku mengutukmu apa? Asal kamu tau. Ibuku itu bukan penyihir. Dia itu manusia!"

"Aku ngomong apa adanya, nanti sore datang ke lapangan dekat rumahmu! Aku akan membuktikan jika sihir itu ada dan Ibumu itu juga keturunan penyihir."

"Baiklah aku akan datang nanti sore," jawab Callysta yang begitu semangat akan bukti yang akan diberi tahu oleh Filbert mengenai sihir dan identitas Ibunya sebenarnya yang selema ini di sembunyikan darinya.

"Bagus!"

***

Lapangan dekat rumah Callysta begitu sepi, tidak ada seseorang pun di sana. Tapi Callysta masih setia menunggu walaupun begitu lama. Callysta mengayun-ayunkan kedua kakinya sembari menengok kanan-kirinya yang tak kunjung ada tanda-tanda orang yang lewat dan menghampirinya.

Princess Callysta  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang