04 || Princess Callysta

665 138 3
                                    


Selamat membaca🤗
Jangan lupa vomentnya!
.
.
Hari sudah begitu malam, mana mungkin Callysta keluar sendiri untuk membeli buku untuk digunakan besok pagi. Bisa di bilang toko buku paling lengkap di sana begitu jauh dari Callysta dan terpaksa Callysta membeli buku di warung dekat rumahnya, yang konon cerita, jika jalanan tersebut terbilang sepi dan banyak orang yang tidak berani melewatinya karena sering di gangui jika melewati jalan tersebut. Berita tersebut bukan sekali dua kali Callysta dengar, tetapi, sudah hampir berkali-kali, sampai-sampai ia bosan dengan berita yang terus beredar di sekitar kompleknya yang menceritakan hal tersebut.

Cerita simpang siur itu, membuat Callysta menjadi bingung, sekaligus takut untuk pergi ke warung dekat rumahnya. "Aduh gimana nih, beli gak, ya? Tapi kalau enggak beli, gimana aku mau ngerjain tugas, buku aku habis semua lagi," ucapnya yang mondar-mandir di depan pintu kamarnya dan ibunya yang melihat hal itu pun begitu bingung dan mencoba menghampiri.

"Callysta kamu belum tidur? kenapa kamu dari tadi mondar-mandir di situ?" tanya Titanium.

"Callysta mau beli buku di warung, tapi Callysta takut. Kalau beli besok pagi, Callysta yakin warung itu belum buka, Ibu."

"Mau ibu temani?" tawar Titanium kepada Callysta yang sedang memikirkan tawaran ibunya.

"Kalau di hantar Ibu, nanti kalau ketemu sama temen di jalan yang ada nanti malah di ejek di sekolah, Pasti nanti bilang gini. Masak udah gede ke warung aja masih di anterin kaya bocah kecil aja," batin Callysta yang begitu bimbang, di satu sisi ia takut untuk keluar sendiri, di sisi lain ia harus sekali membeli buku itu.

Karena begitu lama tak ada jawaban dari Callysta. Titanium pun menanyainya kembali. "Gimana?"

"Tidak Ibu, Callysta bisa sendiri," jawabnya dengan sedikit ragu.

"Beneran kamu berani sendiri? Padahal, ya. Banyak tetangga bilang kalau jalanan komplek itu banyak makhluk kasat mata, loh." Titanium yang berusaha menakut-nakuti Callysta tertawa melihat perubahan reaksi wajah Callysta yang menutupi rasa takutnya di hadapan Titanium.

"I-ibu!" kesal Callysta.

"Iya, maafin Ibu. Yaudah sana, nanti keburu tutup lagi warungnya."

"Iya Ibu, Callysta pergi ke warung dulu, ya," pamit Callysta.

"Iya hati-hati."


***

Sepanjang perjalanannya menuju warung Callysta tak berani menatap samping kanan-kirinya, ia hanya melihat jalanan saja dengan tangannya yang memegang senter untuk jaga-jaga jika tiba-tiba saja lampu mati begitu saja di jalan tersebut.

Dinginnya angin malam yang menghembus ke arahnya, membuat tubuh Callysta menjadi tambah merinding. Dengan segera Callysta  mempercepat langkah kakinya.

Wush.

"Apa itu?" Callysta yang terkejut karena ada sosok hitam yang lewat di depannya dengan begitu cepat, sampai-sampai ia tak bisa melihat begitu jelas apa yang melewatinya tadi. Namun, jika di perhatikan kembali bayangan tersebut begitu kecil. Apa iya itu tadi makhluk yang orang-orang bilang.

"Callysta tenang, itu mungkin hanya angin saja. Mending sekarang aku langsung aja ke warung, nanti ke buru tutup lagi," batin Callysta yang menenangkan dirinya sendiri untuk tidak takut dengan yang barusan ia lihat tadi. Lagi pula ia sudah sedari dulu yakin dan tidak percaya dengan hal-hal semacam itu.

Princess Callysta  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang