25 || Princess Callysta

127 23 12
                                    

Selamat membaca 🤗
Jangan lupa vomentnya!
.
.
Dengan kondisinya yang terluka, jalanya yang terpincang-pincang ia tetap berlari untuk menuju Kerajaan negeri Hijau, yang mana kerajaan tersebut di pimpin oleh penyihir jahat yang terkenal akan kutukan yang mematikan dan kejamnya saat memerintah.

Ratu Titanium, itulah nama yang mengatur dan memerintah jalannya kerajaan. Ia berhasil merebut kerajaan yang sekarang ia duduki dengan paksa, dan tak tanggung-tanggung juga ia membunuh seluruh keluarga kerajaan tersebut untuk mendapatkan apa yang ia inginkan.

Rakyat kini begitu tersiksa dengan sistem yang di terapkan di kerajaan, banyak rakyat di sana memutuskan untuk pindah dari tempat tersebut.

Saat sedang menyantap makanannya itu, tiba-tiba saja Baldric pengawal pribadinya itu memangilnya membuat makanan yang hendak di santap jatuh dan membuat Titanium nampak emosi dibuatnya. "Kau telah mengangu sarapan pagiku Gloriosa," teriaknya yang begitu menakutkan bagi siapapun yang mendengarnya.

"Callysta ...,"  jawab Gloriosa yang seakan dibuat menggantung.

Seketika emosi itu meredam setelah mendengar nama Callyst dan  Baldric mulai angkat bicara mengenai Callysta, Titanium yang mendengar hal itu begitu senang.

"Tak butuh membawamu kemari kau sudah datang dengan sendirinya Callysta. Hahaha." Senyum liciknya keluar kembali dengan tawa yang begitu mengelegar.

"Betul Ratu, kita akan dengan mudah mengambilnya."

"Namun, kita harus terlebih dahulu memusnahkan Filbert agar rencana kita berjalan lancar," ucap Titanium yang menancapkan pisau tajam yang tadinya untuk mengupas buah berganti untuk menusuk-nusuk foto yang berada di depannya.

"Aku sudah tak sabar ingin segera menjadi salah satu penyihir paling hebat di seluruh dunia, hahaha."

"Lihat saja Callysta, kematianmu semakin dekat!" batin Titanium.

***

Langkah Filbert terhenti setelah mengingat bangunan tua tersebut. Filbert sudah tidak asing dengan bangunan sekaligus orang yang memiliki bangunan tua itu. Sesekali Filbert selalu mampir ke tempat tersebut untuk sekedar istirahat ataupun berguru dengan kakek tua itu. Kakak tua yang ada di dalam bangunan tua itu bukanlah kakek sembarangan, ia mempunyai beberapa kekuatan yang mampu mengalahkan penyihir-penyihir yang ada. Makanya itu, tidak ada satu pun penyihir yang mendekati atau mencari masalah dengan kakek tua itu. Penampilan dan tampangnya memang nampak tak berdaya, tapi tidak dengan aslinya, ia lebih dua kali lipat dari orang biasa.

"Ada apa Filbert? Kenapa kita berhenti?" tanya Callysta kepada Filbert yang tak lepas tatapannya mengarah kebagunan tersebut.

"Kita akan masuk ke bangunan tua itu untuk menemui seseorang, untuk melatih dan menambah kekuatan kita agar bisa melanjutkan perjalanan selanjutnya dengan selamat."

"Apakah tempat itu aman?" tanya Callysta yang masih belum begitu percaya dengan keamanan dalam bangunan tua yang akan ia kunjungi.

"Tenanglah, aku mengenal siapa orang yang mempunyai bangunan tersebut," ucap Filbert yang sontak membuat Callysta terkejut dibuatnya, karena Filbert begitu saja mengandeng tangannya.

"Baiklah aku ikut," jawab Callysta menyembunyikan senyumannya kepada Filbert.

Dari luar bangunan itu nampak begitu besar dan sedikit seram layaknya tidak berpehuni. Callysta tak henti-hentinya menelan salivanya sendiri.

"Permisi."

"Iya siapa di sana?" tanya kakek tua yang baru saja membukakan pintu kepada Filbert dan Callysta.

Princess Callysta  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang