38 || Princess Callysta

102 12 1
                                    

Selamat membaca 🤗
Jangan lupa vomentnya!
.
.
.
Hari sudah nampak akan berganti siang dan Callysta baru saja bangun dari tidurnya karena begitu lelah setelah melakukan aktivitas kemarin yang membuatnya menguras tenaga dan pikirannya.

Tak seperti biasanya ia selalu bangun pagi, dan Ratu Amira lah yang membangunkanya. Namun kini, tidak ada seorang pun yang membangunkannya. Karena begitu aneh, Callysta pun memutuskan untuk segera bergegas mandi dan turun ke bawah mencari kedua orang tuannya.

"Ibunda dan Ayahanda, mengapa menatapku seperti itu?" tanya Callysta yang begitu sedikit takut dengan tatapan kedua orang tuanya yang tidak seperti biasanya. Tatapan itu tergambar begitu jelas, jika Ratu Amira dan Raja Delonix seperti malas menatap Callysta.

"Tidak apa-apa. Lebih baik kamu segera ganti pakaianmu!" perintahnya tanpa sedikit pun memandang ke arah Callysta. Callysta pun begitu bingung dengan ini semua, seingatnya sebelum ia terbaring lemas beberapa hari ini, Callysta tidak melakukan kesalahan apa pun kecuali pergi tanpa seizin kedua orang tuanya. "Apakah iya, Ibunda dan Ayahanda marah kepadaku, karena itu?" batin Callysta yang terus bertanya-tanya sebelum ia mendapatkan jawaban atas apa yang dipikirkannya itu.

"Memang kita mau kemana Ayahanda?" tanya Callysta sekali lagi. Yang malah mendapat tatapan biasa saja dari kedua orang tuanya.

"Sudah turuti saja kemaun Ayahandamu, pakaianmu sudah Ibunda siapkan di lemari!" perintahnya dengan sedikit mengunakan nada tinggi, yang membuat Callysta seakan merasa bersalah, tapi ia bingung juga. Kesalahan apa yang ia lakukakan hingga bisa seperti itu.

"Baiklah Callysta izin ke kamar dulu, mau ganti pakaian Callysta," pamit Callysta yang sudah mulai melangkahkan kakinya, menuju kamar.

"Iya silahkan, kami tunggu kamu di bawah," jawab Ratu Amira.

***

Callysta nampak sudah berganti pakaiannya, ia sudah ada di hadapan kedua orang tuannya. Ratu Amira diam-diam begitu terkagum-kagum dengan Putrinya itu yang begitu nampak cantik dengan balutan gaun putih yang manambah kecantikan Callysta.

"Mari ikut Ibunda," ajak Ratu Amira kepada Callysta.

"Baiklah,"  jawabnya yang mengikuti langkah kaki Ibundanya dari belakang.

"Ibunda hendak kemana?" tanya Callysta yang di tinggal pergi begitu saja oleh Ratu Amira di taman Kerajaannya.

"Ada apa sebenarnya ini ya tuhan. Ada salah apa aku ini? Apa iya karena permasalahan kemarin? Tapikan ... kemarin Ibunda dan Ayahanda tidak marah denganku," batin Callysta yang begitu bingung dan khawatir dengan sifat kedua orang tuanya yang seketika berubah.

Callysta yang masih melamun sendiri memikirkan hal tersebut pun, di tinggal begitu saja oleh kedua orang tuanya. Callysta sudah telat menyadari jika kedua orang tuanya sudah tidak berada di sebelahnya. Callysta cari kanan-kirinya, karena tak kunjung ketemu, Callysta memutuskan untuk duduk di kursi panjang yang telah di sediakan di taman. Betapa banyak orang di sana yang berlalu lalang di depan Callysta, dengan membawa pasangan dan teman masing-masing. Setiap melihat orang-orang itu, Callysta hanya begitu merindukan sosok seseorang yang sudah beberapa hari ini belum kunjung bertemu, karena dirinya sendiri juga terbaring lemas. Karena begitu lelah menungu, Callysta mencoba untuk mencari kembali kedua orang tuanya. Dan saat menengok ke sebelahnya, betapa terkejut Callysta melihat Filbert yang sudah berada di sana.

"Hai, Callysta," sapa Filbert dengan senyum tipisnya yang begitu membuat Callysta tersenyum balik kepadanya.

"Filbert? Bukannya kamu ...," ucapnya yang seakan tak percaya dengan apa yang dilihatnya itu.

"Sudah jangan pikirkan yang kemarin, yang kemarin biarlah berlalu. Callysta terima kasih karena kamu sudah bisa mengembalikanku seperti ini lagi." Filbert nampak tidak seperti biasanya, kini ia menggunakan pakaian rapi, layaknya seorang Pangeran, entah ada apa dengan hari ini.

"Iya sama-sama Filbert," jawabnya yang masih menatap Fillbert secara diam-diam.

"Filbert, apa yang kau lakukan?" tanya Callysta dengan matanya yang sudah tertutup kedua tangan Filbert dan dituntun ke suatu tempat yang tak jauh dari sana.

Callysta tidak hanya diam dan terus mengikuti aba-aba yang diucapkan Filbert, walaupun sesekali ia mencoba untuk melepaskan tangan Filbert yang menutupi matanya. "Coba lihatlah ke belakang!" perintah Filbert kepada Callysta, dan Callysta pun menuruti perintahnya.

"Selamat ulang tahun putriku," ucap Ratu Amira dengan diikuti beberapa orang di kerajaannya, untuk merayakan hari ulang tahun Callysta yang kini genap berusia delapan belas tahun.

"Terima kasih Ibunda, Ayahanda dan semuanya. Ternyata kalian semua masih mengingat hari ulang tahunku? Padahal aku sendiri saja tidak ingat jika hari ini adalah hari ulang tahunku," ucapnya penuh kagum dengan apa yang dilihatnya, begitu indah taman di sana dengan berbagai bunga-bunga, yang menambah keindahan pesta ulang tahun Callysta ini.

"Iya sama-sama nak, kamu nikmati dengan baik ya, acara kecil-kecilan yang sudah Ibunda siapkan kemarin bersama seisi kerajaan."

"Bagi Callysta, sekecil apapun itu begitu berharga Ibunda, apalagi sekarang Callysta begitu senang. Di ulang tahunku ini Callysta bisa berkumpul dengan orang-orang yang Callysta sayang," ucapnya yang seketika memeluk tubuh kedua orang tuanya. Dan memandangi Filbert yang tersenyum kepadanya.

"Inilah hari, di mana aku sudah sejak lama nanti-nantikan. Dan aku bersyukur, karena di ulang tahunku yang ke delapan belas tahun ini. Aku bisa berkumpul kembali dengan orang-orang yang aku sayang. Terima kasih untukmu, orang yang sudah menghantarkanku menuju kebahagiaan. Aku sadar, tanpamu aku tidak bisa sebahagia ini," batin Callysta yang memperhatikan sekitarnya dan tersenyum manis ke semua orang yang ada di sana.

Kebahagian Callysta tidak cukup di situ saja, kini ia mendapat suatu surat undangan yang sudah di buat begitu rapi, dan dibukalah surat tersebut dan betapa terkejut dirinya. Sampai-sampai air matanya jatuh begitu saja karena begitu terharu, dengan isi surat itu.

Callysta hanya tidak mampu berkata-kata lagi, ia hanya mengangguki ucapan Filbert, sesekali menunduk menyembunyikan senyum tersipu malunya, melihat setiap tatapan yang diberikan oleh Filbert. Beberapa menit kemudian, Callysta mulai angkat bicara. "Terima kasih Filbert, aku akan mempersiapkan hal ini besok!" ucap Callysta, yang mendapat anggukan dari Filbert dan membantunya turun dari tempat tersebut.

Callysta pandangi kepergian meraka satu persatu, dengan senyum manisnya yang masih terpancar. "Akanku tunggu hari esok, yang akan menjadi hari di mana, aku begitu lebih bahagia dari pada hari ini."

***

Halo update lagi nih 🎉

Wih Callysta ulang tahun nih. Kira-kira, isi surat tadi apa, ya? Uwuuu penasaran nih😂

Selamat menunggu dan membaca kelanjutan ceritanya 🤗

Papai ❤️

Princess Callysta  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang